05

14.3K 922 11
                                    

Bella kemudian tersadar, tidak seharusnya mereka melakukan ini. Tangannya turun ke dada Reval dan mendorongnya pelan untuk melepas pelukan pria itu. Kemudian ia melihat Reval yang menyeringai dengan tatapan menggodanya. "Bisa antar aku pulang?" Tanya Bella untuk mencairkan suasana.

Reval menjadi gelisah, ia harus menahan Bella lebih lama bersamanya. "Aku mandi dulu, ya." Ucap Reval semenit kemudian.

Bella pun mengangguk kemudian ia duduk di sofa yang tidak jauh dengannya. Dia teringat jika ia belum mengabari ibunya. Ia pun melihat ke arah jam digital di nakas samping kasur Reval.

18.13

Bahkan jam kerjanya sudah berakhir tigabelas menit yang lalu. Kerja? Ia sepertinya akan mengundurkan diri karena Reval.

Bella menghela nafasnya pelan kemudian mengusap-usap bibirnya yang masih sedikit bengkak. Ia pun tersenyum malu setelah mengingat kegiatannya dengan Reval tadi.

-

Dua minggu sudah berlalu. Hubungan antara Reval dan Bella berjalan cukup baik. Meski terkadang Bella harus mengumpat dalam hati karena Reval yang seringkali mengekangnya. Lambat laun, ia mulai menerima sifat Reval yang sangat posesif itu.

Reval juga serius dengan ucapannya yang mengatakan bahwa ia akan menanggup beban hidup Bella. Ia sangat marah saat mengetahui Bella bekerja lagi di sebuah swalayan dekat sekolahnya, padahal Bella baru sehari bekerja paruh waktu di swalayan itu. Dan keesokan harinya, Reval membeli swalayan tersebut dari pemiliknya. Orang kaya mah bebas, batin Bella.

Pernah juga, Reval melihat seorang siswa yang tidak sengaja membuat Bella jatuh di depan gerbang saat pulang sekolah, refleks, siswa itu pun membantu Bella berdiri dan kemudian meminta maaf. Reval yang melihat itu pun sangat marah. Pertama, siswa itu membuat Bella jatuh. Kedua, ia memegang tangan Bella saat membantu Bella berdiri. Ketiga, siswa itu terpesona melihat wajah cantik Bella. Keempat, siswa itu terus mengajak Bella mengobrol. Karena tidak tahan, Reval turun dari mobilnya dan menghantam wajah tampan siswa itu dengan bogemannya. Bella berusaha menenangi Reval dibantu oleh dua satpam sekolah dan beberapa siswa yang peduli. Entah bagaimana keadaan siswa itu sekarang.

Selain itu, Reval juga sudah mempertemukan kedua orangtuanya dengan ibu Bella, bahkan mereka telah membicarakan masalah pertunangan.

Satu lagi, semenjak berciuman di kamar Reval hari itu, Reval tidak pernah absen meminta jatahnya itu setiap hari. Bukan meminta, lebih tepatnya langsung main sosor.

Saat ini, Bella sedang menunggu Reval di depan gerbang sekolahnya. Tidak seperti biasanya, saat sudah sampai di gerbang Bella langsung bisa melihat mobil Reval yang diparkirnya tidak terlalu jauh. Tetapi tidak dengan hari ini, Reval telat menjemputnya.

Bella merasakan ponselnya bergetar di tangannya. Melihat nama si penelpon, semangat Bella langsung naik.

"Halo," sapa Bella duluan.

"Sayang, kamu dijemput sekretaris aku, ya." Balas Reval dengan suara sedikit serak.

"Kenapa?"

"Aku gak enak badan. Ehm, kamu ke apartment aku dulu, ya. Aku belum makan loh."

Satu fakta lagi yang harus kalian ketahui. Reval adalah tipe manusia yang dingin, berwibawa, berkelas, dan terlihat garang meskipun wajahnya imut. Tetapi jika dengan Bella, sifat-sifatnya yang tadi itu hilang. Reval sangat manja. Ia tidak mau makan jika tidak disuapi Bella. Ia tidak mau melepas dasinya sendiri dan harus Bella yang melepasnya. Ia juga tidak mau tidur jika Bella belum mengucapkan kalimat cinta.

Tidak sadar usia memang.

"Oh ya. Kamu gak diganggu cowo lain, kan?"

"Engga, Om."

Bella mulai memanggil Reval dengan Om sejak beberapa hari yang lalu. Ia merada tidak enak jika langsung memanggil Reval dengan namanya, dan karena umur mereka yang terpaut sepuluh tahun. Awalnya Reval tidak terima karena ia merasa Om terlalu tua untuknya. Tetapi setelah dibujuk, akhirnya ia terima walaupun dengan berat hati.

"Bella, ya? Cewenya Revaldy, kan?" Ucap seseorang di hadapannya dengan tiba-tiba membuat Bella tersentak.

"Sayang, itu kayaknya sekretaris aku, deh. Coba kasih hp kamu ke dia."

Tanpa mengucapkan apa-apa, Bella langsung menyerahkan ponselnya pada Daniel.

"Nyet, hati-hati bawa cewe gue. Kalo sampe lecet sedikit bakal gue campurin daging lu ke adonan cilok."

"Santai, Bos. Cewe lu bakal gue anter ke apartment lu dengan selamat. Kalau perlu gue bakal sediain karpet merah biar sepatunya aja ga lecet." Balas Daniel.

"Inget, lu. Jangan berani nyentuh dia, godain dia, awas lu kalau berani."

"Iye, Bos. Lu tenang aja elah. Dah ah, banyak bacot lu." Kemudian Daniel langsung memutuskan sambungan telponnya sambil menggumang, bos laknat emang.

"Yuk, Dek. Langsung gue anter biar Pak Presiden gak ngamuk terus bunuh gue." Ucap Daniel setelah mengembalikan ponsel Bella.

Bella hanya mengangguk agar cepat. Jujur, ia sangat khawatir dengan Reval.

[IYM] You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang