12

9.8K 668 33
                                    

Vote dulu yang :*

WARNING: typo(s)

---

"Lo bertiga kirimin gue semua foto Bella yang lo punya dan kasih tahu gue alamat rumahnya."

Mina, Anna dan Reya terdiam. Bingung harus melakukan apa. Di satu sisi, mereka tidak ingin melakukan apa yang diinginkan Davin. Tetapi di sisi lain, mereka takut jika hidup mereka juga akan diporak-porandakan oleh Davin karena tidak melakukan apa yang dinginkan lelaki itu.

"Tentakel Squidward, sini hape lo." Ujar Davin sambil menatap Anna. Reya menahan senyumnya karena merasa lucu.

Anna menaikkan sebelah alisnya dan menatap Davin jengkel, ia tidak suka dikata-katai, kecuali tiga temannya yang mengatainya, "Tentakel Squidward? Gue?" Anna mendecih. Kemudian ia tertawa dan mengatakan 'ups' seperti Anggun C. Sasmi di iklan sampo.

"Heh, Kolornya Plankton. Sori ya, gue gak ada waktu ngeladenin lo." Balas Anna yang mulai berani.

"Berani ya,"

"APA LO?! Berani lo sama cewek? Yok gelut di lapangan sama gue." Ujar Anna sambil melotot, memotong ancaman Davin.

Davin menatap Anna sengit. Ia mengira akan mudah mendapatkan apa yang diinginkannya. Dan ternyata teman Bella yang satu itu tidak bisa diremehkan.

"Lo berdua, mana hape lo? Siniin!" Davin beralih pada Mina dan Reya yang masih diam, kecuali Reya yang menahan tawanya.

"Sori, gue gak bisa ngasih tanpa persetujuan Bella." Jawab Mina pelan.

"Hah? Gue gak peduli." Balas Davin.

"Lo peduli juga bukan urusan kita. Heh, Cacing Pita, kalau lo mau, usaha sendiri dong. Yuk guys kita cabut." Ucap Anna kemudian berdiri dan diikuti oleh Mina dan Reya.

"Gue udah gak takut sama lo, jadi jangan ganggu Bella atau temen gue lagi. Inget lo." Lanjut Anna sambil jari telunjuknya menunjuk-nunjuk wajah Davin kemudian pergi melangkah menjauhi lelaki itu diikuti dua temannya.

Davin tertawa jengkel, "Cih, songong lo, Penguin Afrika!"

---

Ningsih mengintip dari gorden jendela, ia melihat pria yang sangat tidak ia inginkan lagi itu berdiri tanpa melakukan apa pun, layaknya patung di depan rumahnya.

Ningsih merasa kasihan. Tetapi ia merasa hidup pria itu tidak perlu dikasihani. Pria itu terlihat baik-baik saja selama ini, tidak seperti ia dan anaknya yang hidup kesusahan karena pria itu. Ningsih bertekad untuk menyembunyikan Bella dari pria itu mengatakan jika pria itu sudah tiada.

Ia tidak peduli jika kemudian Bella membencinya karena telah berbohong.

Bella tidak boleh bertemu ayah biologisnya. Itulah yang dipikirkan Ningsih.

Ningsih pun berjalan berbalik ke arah dapur dan melanjutkan kembali kegiatan bersih-bersihnya. Akhir-akhir ini hidupnya cukup terpenuhi karena pacar anaknya. Reval membeli segala kebutuhan yang diperlukan di rumahnya, termasuk isi kulkas. Bahkan lelaki itu mengganti penanak nasi yang sudah rusak dengan yang baru.

Ningsih bersyukur karena Bella mendapatkan lelaki yang mapan dan sangat mencintainya. Jika suatu saat nanti ia meninggal, ia tidak perlu khawatir lagi akan hidup Bella yang pastinya akan bersama Reval. Ia yakin, Reval adalah masa depan yang cerah bagi Bella.

Ningsih tersenyum kecut, mengingat pria yang dicintainya pergi sesaat setelah ia melahirkan Bella. Hanya karena sebuah alasan sepele. Ningsih menguatkan hatinya dan berpikir jika pria itu tidak menerima Bella sebagai anaknya, maka dari itu pria itu meninggalkan mereka. Ningsih juga tidak menyematkan nama keluarga pria itu di nama belakang Bella. Hanya Bella Anggita.

[IYM] You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang