chapter 2

17.5K 1.5K 83
                                    

WARNING!
Sudah di revisi

Italic: flashback

"Selamat pagi..."
Yoongi menoleh, melihat Jimin yang masih segar sehabis mandi. Kemudian rona di pipinya kembali menjalar. Ingatannya melayang pada kejadian semalam. Kejadian yang membuatnya berkali-kali tersipu pagi ini.
.
"Aku ingin melakukan nya"
Yoongi menelan ludahnya gugup. Tidak bisa dipungkiri. Ia memang sempat merasa terbuai dengan ciuman manis Jimin. Tapi hati dan pantatnya masih belum siap untuk terbelah.
Kemudian rasa mengganjal pada daerah selangkangannya. Membuat Yoongi terkesiap. Wajah memerah Jimin membuat Yoongi yakin. Suaminya ini, sedang hard.

"Katakan, jika kau juga menginginkannya" Jimin menggeram, tidak sabaran.

"Aku, aku belum siap.. " cicit Yoongi. Ia takut Jimin akan memaksanya. Walaupun ia juga pria. Tapi ia sadar diri. Tubuh gembulnya, tidak akan menang, melawan tubuh kekar Jimin.

Yoongi terkejut, Jimin turun dari atas tubuhnya. Kembali berbaring disampingnya. Dengan celana menggembung. Yoongi jadi merasa tidak yakin dengan ucapannya, kalau Jimin sedang hard. Karena, Namja ini masih bisa bernafas normal, dengan wajah yang kembali seperti biasa. Jangan katakan jika ukuran benda yang ada di dalam celana Jimin sebesar itu. Akan Sebesar apa kalau benda itu menegang? Sial! Pantatnya benar-benar akan terbelah.

"Kemari, aku ingin tidur memelukmu saja, kalau begitu" Jimin kembali menarik Yoongi dalam dekapannya. Memaksa Yoongi untuk menenggelamkan wajahnya pada dada bidang miliknya.

Yoongi tidak melawan. Hanya menurut. Jimin sudah mau memaklumi nya, setidaknya meminta haknya dengan sopan. Ia juga harus bersikap sewajarnya pada Jimin.

Kemudian Yoongi kembali melenguh, Terkutuklah hati Yoongi. Jika baru saja mengatakan kalau Jimin sopan. Remasan pada pipi pantat nya. Membuatnya yakin. Ini wajah asli Park Jimin. Pria ini benar-benar mesum.
.

"Memasak apa?" Yoongi terkejut. Otaknya sungguh sudah rusak. Pagi ini, ia sudah Berkali-kali mengingat adegan itu.

"Aku hanya memanggang roti. Aku tidak suka sarapan" Yoongi menjawab seadanya. Lagipula apa mata Jimin tidak bisa melihat, kalau dari tadi ia hanya mengoles selai kacang pada rotinya.

"Jadi itu untukku? Baiknya... Terimakasih Yoongi" Jimin tersenyum Menggoda, saat mengambil roti. Yang bahkan sebenarnya bukan untuknya. Yoongi memang tidak suka sarapan, tapi ia juga butuh selembar roti, untuk mengganjal perutnya.

Ting tong...

Suara bell,  memecah kecanggungan yang adaa, Jimin menoleh.

"Itu mungkin Tukang Kunci. Aku akan membukakan pintu dulu"
Kemudian Jimin berjalan, membukakan pintu.

"Anak ku.., Dimana menantu manisku?" Jimin terdiam. Masih terkejut dengan kedatangan Ibunya dan Ibu Yoongi. Tapi untuk apa mereka kesini? Ibu-ibu kecentilan ini bisa merusak apartemennya.

"Dasar tidak sopan. Kau mau membiarkan ibu dan mertuamu menunggu di luar?" Masih tetap sama. Eomma Jimin;  Park Baekhyun dengan kebiasaan mengomelnya.

"Eh, maafkan aku eomma..., Ayo silahkan masuk.." Dengan berat hati, Jimin mempersilahkan mereka masuk.

"Astaga!! Menantu ku yang manis..." Suara pekikan Baekhyun, terdengar begitu keras. Saat menantu yang di idam-idamkan nya datang. Menghiraukan wajah sengsara menantunya yang merasa sesak, dipeluk terlalu erat.

"Apa kabar, sayang?" Suara Baekhyun kembali terdengar, saat melepaskan pelukannya pada Yoongi.

"Em..Baik, eommanim" Yoongi bingung. Kenapa mertuanya ini merengut kesal? Apa ia salah bicara?

BYUNTAE PARK (MINYOON)[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang