Old Time (Bagian Tiga)

4.7K 537 21
                                    

.
.
.

Sesampainya dirumah, Kyuubi disambut oleh kemarahan ibunya yang mengatakan betapa tidak bisa diajari dia. Tapi seperti biasa Kyuubi tidak begitu menanggapi perkataan sang ibu. Kedua telinganya sudah terlalu kebal untuk mendengar setiap kalimat kasar dari wanita yang telah melahirkannya itu.

Naruto ternyata telah bangun dari tidur panjang. Adik kembarannya sedang makan bubur penambah stamina ketika dia masuk kedalam kamar berdinding bilah bambu.

"Kau sudah bangun?"

Kyuubi mengambil tempat disamping Naruto. Tepi kasur yang sudah mengeluarkan buntalan kapas.

Naruto tidak menjawab, dia memakan bubur di mangkuk sampai bubur itu habis tak bersisa. Kyuubi bermaksud untuk mengambil mangkuk kosong ketika tangannya ditepis dengan kasar.

"Tinggalkan saja aku, bukankah kau sudah tidak peduli lagi. Pasti bersama dengan pangeran lebih menyenangkan ketimbang menemani adikmu yang tidak berguna dan sakit-sakitan ini. Kau tidak perlu sok baik padaku."

Hari itu kali pertama Naruto marah padanya. Permohonan maaf Kyuubi tidak ditanggapi. Mungkin Kyuubi memang keterlaluan.

"Pergilah, lanjutkan bersenang-senangmu." Naruto membuang muka, raut sedih yang diperlihatkannya membuat Kyuubi berpikir jika dia memang telah melakukan sebuah kesalahan besar. Naruto tidak pernah mempersalahkan apapun sebelumnya, bahkan dia tidak akan mempersalahkan Kyuubi yang jarang pulang. Jika Ibu mereka mengadu.

"Maaf."

"Aku tidak akan memaafkanmu."

"Maafkan aku, aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Kyuubi memeluk Naruto dari samping, pelukannya mengerat Saat Naruto tidak menjawab.

"..."

"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi. maafkan aku Naruto."

"Tidak, kau sudah keterlaluan karena membuat ibu menangis. Kenapa kau tidak mau mendengar sedikitpun yang ibu katakan?"

"Aku memang anak yang jahat, dan tidak berguna."

"Kyuu, aku tidak pernah mempersalahkan sikapmu selama ini. Aku tidak masalah dengan kau yang jarang pulang meski aku tahu aku sendirian dirumah ini dalam keadaan tidur. Aku selalu berkata pada diriku, wajar jika kau tidak mau kita bersama. Wajar jika kau memilih hidup bebas diluar sana dari pada terkekang dirumah hanya untuk menjaga orang sepertiku. Aku tidak masalah dengan semua yang Kau lakukan. Tapi tidak dengan menyakiti ibu dan membuatnya menangis, tidak dengan Ayah yang khawatir saat mendengar kau berkelahi atau masuk kedalam wilayah kerajaan. Aku tidak suka kau berbuat masalah dan membuat Ayah, Ibu sedih. Jika aku pergi nanti bagaimana aku bisa meninggalkan mereka bersama denganmu?"

"Tidak begitu, Aku minta maaf, jangan bilang begitu, aku tidak akan membiarkanmu pergi. aku akan minta maaf pada ibu juga Ayah. Aku tidak pernah berpikir seperti yang kau katakan barusan, aku hanya, hanya tidak sanggup melihatmu yang menahan sakit saat matamu tertutup."

"..."

"Kau tahu sendirikan ketika kau sehat, aku selalu menemanimu. Aku selalu berada disampingmu, kita selalu bersama."

"Kyuu... Aku memang tidak akan pernah mengerti dirimu, walau kita kembar sekalipun."

Naruto membalas pelukan kakaknya, "Minta maaflah pada ibu dan Ayah sekarang!"

.
.
.
.
Beberapa minggu kemudian Naruto demam panas disertai batuk-batuk yang tak jarang mengeluarkan darah. Kyuubi panik dan tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk kesembuhan sang adik kembaran. Ayah mereka-Minato stres karena memikirkan uang untuk biaya pengobatan Naruto yang terbilang tidak sedikit, walau bagaimanapun mereka hanyalah rakyat kecil yang untuk makan sehari-hari saja masih kesulitan. Kushina-wanita yang merupakan ibu dari si kembar tak berhenti menangis dan meratapi nasib anak bungsunya yang di ujung tanduk. Ini adalah takdir, dari awal persentase anak bungsunya untuk hidup hanya 40 persen, bersyukur jika Naruto masih hidup diusianya yang akan menginjak 15 tahun. Setidaknya Naruto sudah berusaha untuk tetap bertahan walau kemungkinan besar dia sudah tidak lagi sanggup.

Who am I In Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang