Janji

5.1K 611 45
                                    

Pertama-pertama, aku mau minta maaf. Maaf karena chap kemarin aku gagal fokus, arggh typonya kebangetan. Sebenarnya dari semua typo yang ada, ada satu typo yang musti di edit kalo ngk ceritanya bakalan kacau.. Jadi aku udah edit, dibagian mananya, coba kalian tebak! Bagian mana? itu sebenarnya bukan typo tapi karena aku lupa. Dan aku juga ngk baca ulang chap terakhir. Maklum walau belum tua, penyakitku agak mainstrem. Terimakasih buat dukungan suaranya.. Semoga fic ini tidak mendadak membosankan untuk tetap diikuti. Aku akan berusaha sebaik mungkin.
.
.
.
.
.
Naruto belongs to Masashi Kishimoto,
.
.
.
Tanggal pernikahan tinggal menghitung hari, didalam kamarnya, Naruto bergerak gelisah, hilir-mudik bingung harus melakukan apa. Bibir bawahnya sesekali digigit, dia diliputi kecemasan.

'Apa yang bisa kulakukan atau apa yang harus kulakukan?' dia berpikir keras, meminta pada Ratu Uchiha untuk membatalkan pernikahannya dengan pangeran percuma, meminta Ratu Uchiha agar mengundurkan waktu pernikahan mereka juga rasanya sia-sia. Bahkan Ratu itu sangat ingin mempercepat waktu pernikahannya dengan pangeran.

Dia jadi ingin tahu mengapa Ratu Mikoto begitu bernapsu mengikatkan janji antara dia dan pangeran. Bukankah pangeran juga tidak menginginkan pernikahan ini?
.
.
Naruto berjalan menuju balkon, berdiri disana memandangi taman bunga yang terlihat menawan. Lalu tatapannya teralihkan pada sosok laki-laki berkimono putih sedang duduk ditepi kolam ikan Arwana. Memiliki inisiatif Naruto turun dari kamar dan menghampiri sosok laki-laki yang merupakan pangeran kedua Uchiha itu.

Naruto berdehem pelan, mencoba mengambil perhatian pangeran Sasuke dari Kolam. Cukup penasaran pula bagaimana bisa pangeran yang matanya saja ditutupi perban bisa menikmati waktu sorenya dengan Ikan-ikan Arwana besar.

"Ada apa?" Sasuke bertanya, Naruto meneguk ludah. Berusaha memberanikan diri untuk mengungkap maksud kedatangannya.

Disertai rasa ganjil dan gugup, terlebih setelah mendengar cerita dari pengawal Kakashi kemarin hari. Maksud hatinya pun tersampaikan.

"Aku punya dua permintaan." katanya dengan ragu, Sasuke mengukir senyum tipis. Tangannya bergerak kekanan-kiri, membuat ombak pada air kolam.

"Katakanlah, akan kukabulkan jika hal itu bisa membuatmu lebih nyaman tinggal di Istana ini." balas sang pangeran. Naruto sedikit shock mendengar jawabannya. Nyaman? Apa yang dimaksud oleh sang pangeran dengan nyaman?

"Aku..." Naruto mengulum bibir, "...bisakah anda mengundurkan waktu pernikahan kita Yang Mulia?" memberanikan diri untuk bertanya menyampaikan maksud yang terpendam dalam hati. Mungkin dia telah berlaku lancang, boleh saja jika sang pangeran ingin menghukum mati dirinya.

Melihat senyum dibibir Pangeran kedua Uchiha lenyap membentuk garis lurus, Gugup Naruto berubah takut. Tanpa sadar kakinya melangkah mundur. Lalu saat sang pangeran berdiri dan berjalan mendekat kearahnya, dahi Naruto bercucuran peluh.

"A-aku tidak bermaksud lancang Yang Mulia, dan maaf jika sebelumnya aku pernah menyinggung perasaan anda. Tapi aku benar-benar—"

Pangeran Sasuke sudah berdiri tepat didepannya dalam jarak yang sangat dekat, kisaran sejengkal.

"—tidak siap." cicit Naruto dipenghujung kata.

Sang pangeran tidak berucap satu patah kata. Pun Naruto masih ada yang ingin dia sampaikan. Katakan atau tidak? Katakan atau tidak? Ayo katakan saja! Tapi nyalinya sudah menciut.

Menudukkan kepala menekuri bunga-bunga anggun dibawah, Naruto berusaha menguatkan hati, memejamkan mata sejenak, menghirup udara segar yang bercampur napas pangeran, Naruto mulai mengolah kata terbijak untuk disampaikan namun otaknya mendadak
lamban dalam bekerja.

Who am I In Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang