Dalam kereta kuda Naruto tidak bisa untuk tidak bergerak gelisah, rasa panik hampir saja membunuhnya didalam, sudah tidak terhitung berapa kali dia berdoa agar semuanya baik-baik saja. Namun dia masih berpikir tidak ada yang baik sama sekali. Firasatnya mengatakan jika dia seharusnya tidak berada didalam kereta, atau setidaknya memaksa Kakashi untuk ikut bersamanya tadi, paling tidak dia akan merasa sedikit lebih nyaman.
Lagi, Naruto melihat keluar jendela, menyingkap sedikit tirai merah yang menjadi penutup. Kali ini Ada Jendral Sai disebelah kereta bersama dengan seorang prajurit. Mereka terlihat sedang berbisik sesuatu, tidak lama dia melihat jendral Sai tersenyum, senyumnya terlalu mencurigakan, seketika bulu kuduk Naruto berdiri. Dia menarik kepalanya, tidak ingin Sai menangkap dia sedang memperhatikan.
Naruto berpindah kesisi lain, mengintip lewat jendela disana. Dia bisa mendapati dua pelayan wanita yang lumayan cantik, kedua wanita itu hanya diam, tidak ada interaksi antara keduanya, tidak ada perbincangan ataupun canda tawa. Saat itu Naruto baru manyadari, dia memang hanya sekali melewati jalan untuk kepavilium barat, hanya sekali tapi dia sangat mengingat hal-hal disepanjang jalan. Akan ada beberapa kebun bunga, tapi masalahnya disepanjang jalan tadi Naruto tidak melihat apapum kecuali pepohonan.
Ketika Naruto sibuk berpikir cemas didalam kereta, keadaan diluar berubah menegangkan, terdengar denting pendang yang saling beradu, hal itu membuat Naruto takut. Ketika dia mencoba mengintip sedikit, sebuah pedang tajan hampir saja melubangi kepalanya, wajah Naruto menjadi pucat dan berkeringat. Sepanjang jalan dia merasakan hal buruk akan terjadi dan sekarang hal buruk itu benar-benar terjadi.
Naruto menangis tanpa suara dalam kereta, jika tidak mati karena pedang dia akan mati ketakutan. Selama nafasnya berhembus belum pernah sekalipun melihat orang-orang berperang. Selama ini Naruto hanya takut pada dua hal yaitu api dan perkataan sendiri. Setelah Kyuubi dan Ayahnua diseret ke Istana, yang tersisa hanya dia dan ibunya. Tak berselang lama setelah itu dia mengetahui jika ibu juga pergi meninggalkannya, tidak ada lagi seorang pun, dia sendirian dan Naruto mulai takut, meski ada beberapa orang yang bersimapti padanya, Naruto selalu merasa bahwa dia sendiri dan kehilangan, hari ini penyebab rasa takutnya bertambah, takut pada bilah pedang yang tajam.
Kereta kuda yang membawa Naruto diperintahkan oleh Sai untuk pergi sementara dia akan menahan musuh yang menyerang mereka. Tampak sekali akal-akalan dan niat bulus dalam perkataannya, sesuai intruksi kereta itu pergi memasuki hutan dan bukannya meneruskan jalan yang tadi. Naruto semakin panik, dia segera berpikir untuk melompat dari dalam kereta dan benar-benar melakukannya.
Naruto jatuh ketanah dan berguling-guling disana, jubahnya berubah kotor dan ditangannya terdapat goresan luka gesekan. Naruto meringis, sepertinya tadi kepalanya juga terbentur hingga dia merasa sedikit pusing.
Ketika hendak bangun untuk berdiri, dari arah belakangnya muncul pedang putih yang berkilat. Suara dingin dan jahat seseorang memerintahkannya untuk tidak bergerak. Naruto membeku dan panik, rasa takut dia rasakan hingga ke tulang punggungnya. Dia akan mati.
"Apa yang kau inginkan dariku?" meski dia takut Naruto tetap tenang, mencoba bertanya dengan nada suara normal, dia menekan rasa takutnya sendiri dan bersikap berani.
Mendengar suara Naruto yang dipaksakan, orang dibelakangnya tertawa sinis seraya menjawab "Hanya kepalamu." Lalu mengayunkan pedangnya, Naruto terbelalak dia ingin bergerak tetapi kakinya sudah gemetar sedari tadi, merasa seperti dia dipaku ketanah, tawa orang itu menyerap hampir setengah seperempat jiwanya. Naruto pasrah dan segera berdoa, jika dia mati mungkin saja dia akan merasa lebih tenang. Menunggu untuk sesuatu menebas lehernya Naruto merasa menjadi orang bodoh karena telah menunggu. Bahkan dia masih baik-baik saja, apa yang terjadi?
Ketika Naruto membuka matanya yang tadi ia pejamkan erat, hal pertama yang tampak olehnya adalah Seseorang yang dia kenal berdiri didepannya. Orang itu mengenakan pakaian hitam yang elegan dengan wajahnya yang tampan, ada perban yang melorot menutupi satu mata kirinya, menyebabkan mata lain terlihat, mata merah dan menyala, mata itu memberi Naruto perasaan takut yang berlebihan. Bukan takut mati tapi ketakutan yang lain. Seperti dia akan disiksa lebih dulu sebelum dibunuh.
Beberapa detik kemudian Naruto mendengar teriakan dari arah belakangnya. Orang dibelakangnya berteriak kesakitan, begitu menyedihkan. Naruto segera menoleh kebelakang, menyaksikan sendiri bagaimana tubuh orang berpakaian hitam dibelakangnya melepuh dan meleleh belum lagi tubuh kurus itu juga mulai membesar. Suaranya semakin membuat orang yang mendengar ingin menutup telinga mereka. Dia memohon untuk diampuni. Hanya untuk beberapa detik lagi tubuh itu pun meledak didepan Naruto, jarak mereka bahkan tidak sampai satu meter jauhnya, hampir seluruh tubuh Naruto bermandikan darah, rambut pirangnya yang tadi begitu bersinar sekarang menjadi gelap oleh darah pekat.
"Seharusnya kau tidak melihat hal menjijikan seperti itu." Suara dingin pangeran Sasuke membuat Naruto tersadar bahwa dia masih hidup disana. Masih bernapas dan masih utuh dari atas ke bawah. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tenggorokannya tercekat. tubuhnya gemetar hebat. Itu sangat menakutkan sampai membuat Naruto menangis tanpa suara.
Langkah kaki mendekat, "Tutup matamu dan lupakan!" Lalu kegelapan menelan ingatan Naruto. Dia pusing dan langsung tak sadarkan diri. Sasuke menatap tubuhnya yang berbaring ditanah. Sudut mulutnya sedikit naik keatas, pandangan matanya masih sama dingin dan jahat. Arogansi dari tatapan itu begitu kuat.
Sasuke yang berjalan mendekati Naruto, membawa tubuh pemuda yang pingsan dalam pelukannya. Tidak lama kemudian Kakashi tiba-tiba muncul dibelakang.
Kakashi,"Semuanya sudah selesai dan bersih."
"hmmm" Sasuke menutup matanya, dan ketika dia membukanya lagi, semua darah dan daging yang berceceran menghilang. Keadaan kembali normal, bahkan darah ditubuh naruto sudah hilang.
"Kembali!" katanya memerintahkan
.
.
.
.
Naruto bangun pada malam berikutnya, tenggorakannya kering dan dia meminta segelas air. Seseorang segera memberikannya, tangan pucat yang sangat dingin. Selepas minum, Naruto menatap orang itu, Pangeran Sasuke."Bagaimana perasaanmu?" Sasuke bertanya dengan sangat lembut, memberi Naruto sedikit kejutan dan tanda tanya. Apakah dia melupakan sesuatu?
Dengan ragu Naruto menjawab, "Lebih baik." tetapi dia tidak begitu yakin. Hei, sepertinya dia memang melupakan sesuatu.
Pangeran Sasuke mengangguk lalu melanjutkan, "Kalau begitu ayo bicara!"
"....." apa itu?
"Dalam dua hari kita akan ke Istana utama untuk melangsungkan pernikahan. Aku harap kau sudah siap."
Apa? APAAA?
Mata Naruto melebar, seakan kedua bola matanya bisa keluar. Berita buruk apa yang dia dengar? ini tidak bisa.
Tergagap pemuda bersurai pirang itu menjawab tidak senang, "Kenapa tiba-tiba?"
Tidak membiarkannya untuk bertanya lebih lanjut, Pangeran Sasuke melanjutkan,
"Keputusan sudah dibuat, mungkin bagimu ini terlalu mendadak, tetapi jika seperti ini aku takut kau tidak akan bisa hidup lama. aku terpaksa mengubah rencana awal dan perlu membersihkan segalanya lebih cepat."Sasuke tidak lagi memberi Naruto celah untuk menolak, dia langsung berdiri dan pergi. Membuat Naruto menelan perkataannya kembali.
Itu tidak bisa, Aku tidak mau menikah denganmu.
Aku berencana untuk tidak melanjutkan fic ini lagi. Ngk tahu kenapa setelah hiatus hampir satu tahun, aku kehilangan ide di awal. Maaf. Aku berniat kembali nulis lagi, tapi ngk yakin juga untuk kedepannya.
Sayang kalian... ヾ(@^▽^@)ノ
KAMU SEDANG MEMBACA
Who am I In Your Heart?
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto Tema : Kerajaan Sasuke dan Naruto fanfiction.