Summary : Naruto tiba-tiba saja terbangun di dalam sebuah kamar yang mewah.
.
/"Tentu saja Pangeran, tuan! Anda akan di ajari oleh Yang Mulia Pangeran hari ini."// "Kau mengenal Uzumaki Kyuubi?"/
.
.
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
.
Sasunaru Always! BANZAIII!!.
.
Sudah dua minggu lebih Naruto tinggal di pavilium barat. Ia terpaksa tinggal di sana karena hal itu adalah perintah dari ratu. Sempat terbesit olehnya untuk melarikan diri, akan tetapi pavilium itu di jaga ketat hampir tidak ada celah, tidak memungkinkan ia bisa kabur.Prajurit berdiri disekeliling pavilium seperti patung, yang mengherankan dan menjadi pertanyaan untuknya saat ini adalah 'Mengapa Pangeran kedua kerajaan tinggal di pavilium yang jaraknya saja lumayan jauh dari bangunan utama istana?' dengan penjagaan paling ekstrim (anggaplah begitu). Tempat ini lebih layak disebut penjara tak berjeruji ketimbang pavilium.
Sangat terlihat jika Pangeran itu di sisihkan. Apakah karena sang pangeran memiliki kekurangan?
Ratu Uchiha adalah tempat yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan yang ada di kepalanya namun perempuan yang Pendamping Raja itu tidak lagi datang berkunjung semenjak meninggalkannya disini. Tidak memberi kabar juga tidak memberi penjelasan yang lebih bisa diterima akal sehat.
Dia bisa saja bertanya pada pelayan pribadi Sang Pangeran. Laki-laki bermasker yang ternyata bernama Kakashi. Tapi hal itu malah terdengar seperti urusan pribadi keluarga kerajaan yang tidak boleh seorang pun ikut campur didalamnya. Terkesan tidak layak untuk membicarakan keluarga dengan derajat paling tinggi bersama dengan seorang bawahan. Sanksi jika kedapatan bergunjing mengenai keluarga raja pastilah berat.
.
.
.
Naruto yang sibuk memperhatikan kelambu berwarna merah yang mengelilingi tempat tidur menoleh pada pintu kamar yang di ketuk.Dia ingat semenjak 4 hari yang lalu dirinya diharuskan untuk belajar apa saja mengenai dunia kerajaan. Bagaimana cara makan yang benar, menuangkan teh, berbicara yang anggun, cara menjadi pasangan hidup yang baik dan banyak lagi yang lainnya.
Dirinya begitu disibukkan, memang lebih baik memiliki hal yang bisa dilakukan dari pada hanya berdiam diri memandangi kolam ikan atau berlama-lama di dalam kamar mandi. Hanya saja mestikah hal yang menyibukkan itu adalah bagaimana cara agar ia menjadi pasangan yang baik untuk pangeran. Bukannya Naruto ingin mengejek, tapi ayolah! Ini bukan dunianya, bukan tempat seharusnya ia tinggali. Dia tidak pernah berharap menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Dia juga tidak pernah bermimpi akan menjadi menantu seorang raja maupun ratu. Dia hanya ingin menjalani kehidupannya dengan damai dan tentram tanpa tekanan.
Andai saja desa kecilnya masih ada, dirinya mungkin tidak akan berada di situasi yang sulit ini. Bahkan terbilang sangat sulit, dimana untuk menelan makanan pun ia merasa terpaksa.
.
.
"Pelajaran untuk hari ini akan dimulai."Pelayan pribadi pangeran berdiri di ambang pintu kamarnya. Sejak mulai terbiasa dengan kehidupan di Istana, Naruto mulai kembali pada sifat asli yang ia miliki. Dia buang rasa malu yang entah sejak kapan bercongkol dalam dirinya. Mungkin sejak kakinya menginjak lantai istana. Syukurlah rasa malu itu tidak bertahan terlalu lama.
Naruto menghembus napas lelah, memutar kedua bola matanya bosan melihat orang yang sama setiap hari.
"Tunggu 5 menit lagi aku akan bersiap-siap!"
Pintu di tutup kembali, Naruto berjalan menuju lemari pakaiannya dan mulai membenahi diri.
.
.
"Di mana tempat belajarnya hari ini?""Di kamar Pangeran?"
"Apa?" Naruto menghentikan langkahnya, terkejut. Kakashi yang berada di depan juga ikut berhenti.
"Di kamar pangeran." pelayan pribadi pangeran itu menoleh kebelakang, melihat ke arahnya yang masih dalam keterkejutan.
"Aku dengar! Kau tidak perlu mengulangnya!" gerutu si pemuda bersurai pirang.
Kakashi mengangkat bahu, kemudian melanjutkan kembali langkahnya.
"Siapa yang mengajariku kali ini?" Naruto yang juga kembali mengambil langkah dan bertanya lagi.
"Tentu saja Pangeran, tuan! Anda akan di ajari oleh Yang Mulia Pangeran hari ini." si pelayan menjawab dengan nada tenang, tidak setenang perasaan pemuda pirang dibelakangnya.
"Apa? Kenapa tidak bilang dari tadi." Naruto mengeluh disertai umpatan kasar, wajahnya pucat. Ia tidak menyangka akan berhadapan dengan pangeran diwaktu selain di meja makan.
"Karena anda baru bertanya."
"Kenapa mendadak? Kupikir Pangeran itu tidak akan mau mengajakku bicara."
Naruto tak berhenti mendumel.
"Bukan Yang Mulia yang tidak mau berbicara, tetapi anda." Kakashi mencoba meluruskan, kedua matanya telah menangkap pintu kamar pangerannya.
"Aku? Apa maksudmu?"
"Anda yang menjauhi Pangeran!"
Kakashi mengetuk pelan pintu berwarna gading di depannya. Naruto menunggu di belakang, perdebatan mereka sepertinya telah usai.
Pintu terbuka, Naruto pun dipersilahkan untuk masuk.
"Hamba sudah membawanya Yang Mulia."
Kakashi menuntun Naruto untuk duduk di depan laki-laki bersurai raven yang sangat ia hormati. Pelayan yang telah bekerja selama puluhan tahun itu mempersilahkan Pangerannya untuk segera memulai pelajaran ketika Naruto telah duduk di tempat yang sudah disiapkan.
Ada beberapa buah buku tebal di meja pemisah keduanya, Naruto membaca judul dari buku yang terletak di paling atas.
.
Namun Pangeran masih terdiam, matanya yang tertutup dan bibirnya yang membentuk sebuah garis lurus membuat Naruto bertanya-tanya 'Apa yang sedang Pangeran itu pikirkan.'
.
.
"Aku tahu alasanmu berada disini. Kau bisa menolak, jika memang tidak menginginkannya."Bukannya memulai pelajaran si Pangeran malah berbicara yang bukan-bukan. 'Bisa menolak?'. Tentu saja Naruto tahu arah pembicaraan laki-laki di depannya, sudah pasti mengenai pernikahan mereka.
"Yang Mulia Pangeran, anda tidak semestinya berkata seperti itu." Salah satu pelayannya berujar, memohon ampun untuk kelancangannya. Naruto memperhatikan lelaki tua berjenggot putih yang baru saja bersuara.
"Diamlah Danzo!" perintah Sang Pangeran, kedua tangannya mengenggam satu sama lain di atas meja.
"Tetapi Yang Mulia,"
"Haruskah ku katakan lagi?"
'Hebat' pikir Naruto, sepertinya Pangeran sudah terbiasa dengan orang-orang disekitarnya hingga sudah mengetahui siapa saja yang bersuara tanpa melihat secara langsung pada orangnya.
Lelaki tua terdiam di tempat
Naruto beralih memperhatikan Pangeran yang sedang duduk tegap di hadapannya.
"Tentu saja aku bisa, seandainya Ratu mengizinkanku untuk menolak. Hanya saja sepertinya dia tidak memberiku pilihan."
Sahut Naruto berkata lancang. Tidak mengingat status dan derajatnya ketika berbicara dihadapan seorang anak raja.Sasuke mengulas senyum simpul. Alis Naruto menukik ketika melihat lengkungan dibibir sang pangeran.
"Uzumaki Naruto. Benar itu adalah namamu?"
"Ya." meski tidak mengerti pemuda Uzumaki tetap membalas.
Butuh waktu lama baginya untuk mendengar lagi suara Sang Pangeran. Sepertinya laki-laki itu sedang memikirkan sesuatu.
"Apakah kau mengenal Uzumaki Kyuubi?"
Ternyata itulah yang sedang Pangeran pikirkan, seseorang yang bernama Uzumaki Kyuubi.
Kedua iris biru Naruto membola mendengarnya, tubuhnya juga menegang.
Keringat dingin mengucur dari pelipis.
'Bagaimana bisa dia mengenal Uzumaki Kyuubi? Jangan-jangan-'
-yang dimaksud Kyuubi adalah..."
.
.
.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Who am I In Your Heart?
Fiksi PenggemarNaruto © Masashi Kishimoto Tema : Kerajaan Sasuke dan Naruto fanfiction.