Mimpi?

5.4K 619 62
                                    

.
.
Ketika ia terbangun didalam sebuah kamar bernuansa putih, Naruto pikir dia sudah kembali ke pavilium barat. Setelah kedua iris biru terbuka sepenuhnya, barulah Naruto sadar jika dia tidak sedang berada dikamarnya. Kamarnya tidak menggunakan seprai putih dan kelambu putih, akan tetapi berwarna merah.

Derit pintu membuat Naruto terkesiap, seorang remaja masuk kedalam kamar itu dengan air muka tak enak dilihat. Kemarahan terpatri jelas diwajahnya. Remaja bersurai raven itu berteriak sebelum melempar sebuah vas kecil menuju kearahnya. Naruto terlonjak, niat untuk menghindar pupus saat vas itu telah menghantam dinding dengan bunyi yang cukup keras.

Raut bingung, Naruto memperhatikan dirinya sendiri.

Apa ini?

Seorang yang lain masuk kedalam kamar itu, mengambil kembali perhatian Naruto, laki-laki bersurai perak dengan masker yang menutupi setengah wajahnya.

Kakashi?

"Sasuke-Sama! Mohon tenangkan diri anda!"

Sasuke-Sama?

Pangeran Sasuke kah maksudnya?

Naruto terus memperhatikan kedua orang tersebut dengan dahi berkerut.

"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya aku bisa membantu Kyuubi bebas dari hukuman mati itu?" yang dipanggil Sasuke-sama meremat surai ravennya frustasi. Dahi Naruto semakin berkerut tidak mengerti. Mengapa pula kembarannya dibawa-bawa dan apa maksudnya dengan hukuman mati? Apakah ini ada hubungannya dengan yang pengawal Kakashi pernah ceritakan?

Kepala Naruto didesak tanda tanya besar. Pun dia masih bingung dengan situasi yang melingkupi sekelilingnya.

"Pasti ada jalan keluarnya, Yang Mulia. Anda harus tenang!"

Sepertinya bujukan dari pria bersurai perak tidak berhasil. Bukannya membuat sang pangeran menjadi lebih tenang, pangeran Sasuke malah semakin murka, hampir semua hiasan yang terbuat dari kaca menjadi sasaran kemarahannya.

"Keluarlah Kakashi!" Suara sang pangeran mulai terdengar serak ditelinga Naruto.

Setelah pengawal Kakashi keluar karena tidak ada pilihan lain, Naruto berjalan mendekati pangeran yang sudah duduk bersimpuh, derai air matanya mengalir deras. Naruto penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kyuu, aku tidak mungkin membiarkanmu mati." bisik sang pangeran sebelum tangisnya terdengar lebih memilukan. Frustasi sang pangeran seperti bisa Naruto rasakan.
.
.
.
Naruto tidak tahu kenapa tiba-tiba saja dia ada didekat kerumunan orang-orang yang berteriak tidak jelas. Suara mereka sedikit mengganggunya, bukankah tadi dia ada didalam sebuah kamar?

Manusia-manusia yang tidak terhitung jumlahnya sedang mengelilingi sesuatu. Naruto mencoba memasuki kerumunan, untuk ikut melihat objek yang membuat keributan, keadannya yang ternyata transparan membuat Naruto lebih mudah untuk melewati lautan manusia itu. Pilihan yang seharusnya tidak ia lakukan.

Sesampainya dibarisan paling depan kedua iris biru terbelalak.

Disana-

"Kyuubi! Kyuubi! Tolong lepaskan anakku! Tolong! Dia tidak bersalah."

Kerut didahi Naruto semakin banyak. Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini? Apakah itu adalah Kyuubi, kembarannya? Naruto semakin dibuat bertanya-tanya.

Naruto mencari asal suara yang memanggil nama sang kembaran. Walau sudah bertahun berlalu sekalipun Naruto tidak akan lupa dengan suara itu.

Ayah!

Naruto tidak sanggup berkata-kata ketika melihat keadaan sang Ayah. Laki-laki yang sangat dia sayangi, sudah lama sekali dia tidak melihat mereka.

Ayah! Kyuu!

Who am I In Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang