.
.
.
"Sasuke kau sudah berjanji pada Ibu bukan?"Bujukan dari Ratu Uchiha terus berlanjut hingga hari ini. Kegundahan dihati sang ratu tidak bisa lagi terbendung semenjak 3 hari yang lalu, saat pangeran Sasuke mendatangi sendiri Istana utama. Setelah sekian lama, akhirnya pangeran kedua Uchiha itu mau menginjakkan kakinya di istana tanpa di undang. Tentu hal itu membuat sang Ratu sangat senang sekaligus bahagia. namun, kabar yang diberikan oleh pangeran Sasuke membuatnya kehilangan rasa haru detik itu juga. Pasalnya, semua telah direncanakan sesuai dengan tanggal baik dari peramal kerajaan. Pangeran Sasuke malah membatalkannya, Pernikahan. sang pangeran datang sendiri ke Istana Raja dan menemui secara langsung Raja yang sedang sakit untuk memberitahukan bahwa dia membatalkan pernikahan yang akan diberlangsungkan 4 hari lagi. Ratu Uchiha yang tidak rela dengan keputusan sang putera mendatangi lagi Pavilium barat untuk meluruskan sesuatu yang menurutnya telah salah.
"Aku tidak bisa memaksanya Ibunda, jika dia menginginkan waktu untuk bisa menerima pernikahan itu. Aku akan memberikannya." dengan tenang pangeran menjawab. Jawaban selalu sama. Ratu Uchiha menggeram, tersulut kesal dengan keras kepala yang pangeran miliki. Bagi sang ratu keputusan ada ditangannya, dan juga pada Sasuke. Bukan pemuda bermarga Uzumaki itu, menurutnya pun anak itu hanya perlu mengikut keputusan yang dia atau raja berikan.
"Ibu tidak pernah memaksa atau meminta sesuatu hal seperti ini sebelumnya Sasuke. Tapi, ibu mohon padamu. Kau sudah berjanji pada ibu akan menjadi raja jika 'dia' sudah ditemukan. Ibu mencarinya tanpa mengenal waktu, ibu bahkan turun tangan sendiri untuk bisa menemukan keberadaannya dan semua itu agar kau bisa dan mau menjadi raja sesuai syarat yang kau berikan." sudut mata berkaca-kaca, suara mulai diiringi getaran akibat sesak dengan keputusan pangeran. Berharap sang putera mau mengambulkan permintaannya.
"Jika Ayahanda begitu sangat ingin turun tahta mengapa tak meminta Itachi-nii sama lagi untuk menggantikannya. Aku sudah pernah bilang dahulu, jika menjadi raja aku haruslah lebih pantas. Menurut Ibunda apakah aku akan diterima dengan kekurangan ini?..."
Sasuke menyentuh perban matanya dengan dua ujung jari
"...Jawabannya sudah pasti adalah tidak." lanjutnya, salah satu tangannya mengepal."Ibunda sangat yakin jika kau pasti akan diterima, kau adalah penerus yang seharusnya. Jika tahta raja diduduki oleh kakakmu, kau tidak akan bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan negeri kita. Hanya kau yang pantas untuk menduduki singgasana itu, anakku." Ratu masih bersikeras.
Tanpa mengingat apa yang dulu telah terjadi. Gigi Sasuke bergemelutuk. Emosinya menanjak tinggi, seiring suara petir diluar sana yang menggelar tiba-tiba. Sasuke marah."Ibu memintaku untuk membayangkannya?" tanyanya dengan suara tinggi.
"Aku tidak pernah merasa berurusan dengan negeri ini bu."
Hujan deras mulai membasahi bumi disertai angin kencang, menghempas gorden putih, membuatnya berkibar liar. Sasuke merasa tiba pada akhir kesabarannya. Jangan salahkan dia jika ada bencana diluar sana.Mikoto mulai ketakutan, angin kencang dan hujan deras tanpa kendali, sepertinya dia telah membuat sebuah kesalahan.
.
.
.
Naruto menatap langit yang tiba-tiba saja berubah total, dia tidak mungkin sedang bermimpi jika beberapa menit yang lalu, langit biru terbentang luas dengan matahari panas menyengat kulit, kenapa bisa turun badai, sehingga mengharuskannya basah kuyup.Kakashi datang menghampirinya, meminta agar Naruto segera kembali ke kamar, cuaca yang sedang tidak bersahabat bisa menjadi bencana.
Berjalan menuju kamarnya, Naruto teringat dengan pangeran Sasuke. Kakashi yang berjarak satu langkah dibelakangnya pun menjadi sasaran pertanyaan.
Jawaban yang dia dapat cukup untuk membuat hatinya merasa lega, ya dia cukup senang saat mendengar jika Pangeran Sasuke sekarang sedang bersama dengan Yang Mulia Ratu. Naruto akan pergi menemui mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who am I In Your Heart?
FanficNaruto © Masashi Kishimoto Tema : Kerajaan Sasuke dan Naruto fanfiction.