"Galih?"
Gila-gila-gila. Kalau sekarang Galih lagi ada di dunia imajinasinya sendiri, pasti sekarang gunung-gunung lagi meletuskan glitter, mbak-mbak Chatime yang berdiri di depannya menyodorkan karangan bunga sebagai ucapan selamat sambil menari hula, dan beribu pelangi muncul di atas kepala Galih untuk meramaikan suasana yang sudah rusuh.
Galih malu untuk mengakuinya. Tapi, Galih emang beneran nggak nyangka kalau dia bisa se-kangen ini sama cewek di seberang teleponnya saat ini. Mendengar suara Nadya aja udah cukup untuk membuat Galih mau meleleh bagaikan lilin yang kurus—
Cukup.
Galih berdeham. "Iya, ini Galih."
"Iya. Ini Nadya."
Galih nyaris menyemburkan tawanya. Aduh, padahal nggak lucu, kenapa dia mau ketawa? Melihat gelas Chatime di atas meja pick up juga membuat Galih ingin tertawa. Kayaknya Galih akan gila sebentar lagi.
Tergila-gila sama Nadya.
Huek.
"Iya, saya tahu. Saya ambil alih pesanan kamu, lho," sahut Galih sambil menyodorkan uang kepada si Mbak Kasir.
"Ayah lo sakit lagi?"
Galih menggeleng cepat. "Nggak. Eh, iya. Gimana, ya? Pokoknya harus saya yang nganter ini ke rumah kamu."
Nadya mendengus. "Yaudah."
"Kayaknya kamu minum Chatime terus, deh. Jangan keseringan, Nad. Nanti diabetes," celetuk Galih. "Kayak saya. Diabetes karena keseringan liat senyum kamu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got A New Missed Call! ✔
Short StoryCERPEN Pasca putus dari pacarnya, satu-satunya hal yang ingin dilakukan oleh Nadya hanyalah mengurung diri di kamarnya sambil menyemil sampai luka di hatinya mengering. Tapi, ketika mas-mas Watt-Jek yang menangani pesanannya ternyata adalah seseoran...