Nadya berdiri di depan gerbang sekolahnya sambil memeluk buku-buku cetak pelajarannya. Cewek itu celingukan ke kanan-kiri sesekali, kemudian kembali memainkan ponselnya lagi ketika yakin orang yang ditunggunya belum tiba.
Sejak Nadya tidak berpacaran dengan Fadli lagi, cewek itu terpaksa harus pulang sendiri. Entah dengan angkutan umum, atau diantar Ocha yang rumahnya searah. Nadya merasa merepotkan juga lama-lama, sehingga kali ini dia memutuskan untuk memesan jasa Watt-Jek saja daripada terus menyulitkan sahabatnya.
Awalnya, Nadya sudah berharap-harap cemas semoga mas-mas yang menerima pesanannya bukanlah Galih. Tapi lalu Nadya teringat kalau Galih itu melayani fasilitas Watt-Food, jadi cowok itu nggak bakalan mengganggu Nadya selama hari ini.
Nadya betul-betul keki karena seharian ini Fadli menatapnya dengan tatapan yang seolah mengatakan, "HA-HA-HA! Emang enak lo, gue putusin! Sedih 'kan lo?!"
Sumpah, dada Nadya jadi terasa panas, antara kesal dan sakit hati! Sayangnya, Nadya tidak bisa membalas tatapan Fadli itu dengan sama sangarnya karena ulangan Fisika-nya tadi siang mendapat nilai di bawah KKM.
Pokoknya, hari ini buruk banget. Nadya ingin cepat-cepat pulang dan pergi tidur. Atau bisa juga memesan Chatime, minuman kesukaannya kalau suasana hatinya sedang buruk. Ah, tapi kalau pesan Chatime, bisa-bisa si Galih yang menerima pesanannya!
Suara klakson motor di depan Nadya membuatnya berjengit kaget. Nadya mengerjapkan matanya, lalu mendongak. Di depannya, duduklah seorang cowok berhelm dan berjaket oranye dan masker yang menutupi setengah wajahnya.
"Mas Abdi?" tanya Nadya untuk memastikan.
Abdi mengangguk cepat dan menyodorkan helm oranye lainnya pada Nadya. "Mbak Nadya, 'kan? Kok cemberut gitu, Mbak?"
"Nggak usah kepo," ketus Nadya. Nadya pun memakai helm tersebut dan segera meletakkan bokongnya di atas jok motor Abdi.
Abdi hanya mendengus, lalu dia pun mulai menjalankan motornya. Belum beberapa meter terlalui, Abdi kembali membuka mulutnya.
"Mbak, Mbak Nadya yang tinggal di Perumahan Rumah Tangga itu bukan, sih?"
Nadya menaikkan alisnya. "Iya, kan alamat tujuan saya ke sana."
"Iya," angguk Abdi cepat. "Maksud saya, yang suka ditungguin sama Galih."
"Ditungguin?"
"Dia kan selalu nungguin order-an dari Mbak," ceplos Abdi cuek. "Wah, bisa kena amuk nih, kalo dia tahu saya ngebonceng Mbak."
Tanpa sadar, Nadya menyengir. "Oh, ya?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got A New Missed Call! ✔
Krótkie OpowiadaniaCERPEN Pasca putus dari pacarnya, satu-satunya hal yang ingin dilakukan oleh Nadya hanyalah mengurung diri di kamarnya sambil menyemil sampai luka di hatinya mengering. Tapi, ketika mas-mas Watt-Jek yang menangani pesanannya ternyata adalah seseoran...