d u a p u l u h d u a

5.7K 1.2K 52
                                    

Saat ini, Galih bagaikan tengah berada di dalam komik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini, Galih bagaikan tengah berada di dalam komik. Tepatnya, dalam panel berisi adegan ketika seorang rakyat jelata sedang menyembah-nyembah rajanya.

"Please, Cha."

Suasana kafe tempat Galih dan Ocha tengah bercengkerama (kalau ini bisa disebut seperti itu) terasa luar biasa sepi. Galih harus rela memutus urat malunya demi bertemu dengan Ocha hari ini sepulang sekolah, dan langsung meminta agar cewek itu memberi informasi mengenai Nadya.

Bukan informasi tentang pasta gigi kesukaannya atau ukuran pakaian dalamnya (sumpah, Galih nggak mikir sampai situ, kok!), tapi tentang tingkah laku Nadya seharian ini. Dan juga, kenapa Nadya terus-menerus mengabaikan teleponnya.

Galih merasa dirinya baru saja dirampok ketika Ocha memaksa cowok itu untuk membelikannya Milo Dinosaur dan kue red velvet, dua slice, sebagai bayaran atas merepotkan Ocha karena dia memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan.

Mungkin, kalau yang berperan sebagai Watt-Jek adalah dia dan bukan ayahnya, Galih senang-senang saja membelikan Ocha segala macam demi secuil informasi. Sayangnya, harga makanan yang dipesan cewek itu kurang sehat bagi kantung pelajar.

Apalagi, sampai sekarang, Ocha masih diam membisu. Seolah-olah dia hendak memberitahukan Galih tentang rahasia besar negara atau semacamnya.

"Gue nggak tahu kenapa lo masih mau tahu soal Nadya di saat lo udah punya pacar. Sama tololnya lo sama Fadli," ketus Ocha setelah memasukkan sepotong besar kue ke dalam mulut. Beberapa serpihannya terlontar dan mendarat di lengan Galih, tapi cowok itu tidak berkomentar dan hanya mengelap lengannya tersebut dengan tisu.

Fadli ... mantan Nadya yang waktu itu? Idih, disamakan dengan cowok macam itu?!

"Pertama, nggak ada unsur ke-Fadli-an sedikit pun di badan dan darah gue. Kita bisa cek ke puskesmas sekarang," tutur Galih dengan perlahan. Suaranya yang dalam terdengar agak mengintimidasi, kecuali fakta kalau mukanya nggak punya unsur seram sama sekali.

Ocha menaikkan sebelah alisnya. "Oke, terus?"

"Gue nggak punya pacar."

Ocha terdiam. Wajahnya dihiasi raut tak percaya yang berlebihan.

"Gue nggak punya pacar," ulang Galih. "Mungkin akan, tapi belum."

Ocha nyaris menyemburkan kunyahan kuenya ke wajah cowok yang duduk di depannya. "'Belum' itu bisa berubah jadi 'nggak akan' kalau lo salah langkah, Bung."

Galih mengerucutkan bibir.

Ocha menimbang-nimbang sesaat, sebelum akhirnya mengedikkan bahu. "Nanti gue kabarin. Gue pulang dulu."

Galih melongo. "Makanannya gimana? Masa' buat gue?!"

"Mau gue bungkus, kok," sahut Ocha cuek. Tangannya kemudian terangkat tinggi, memanggil pelayan.

***

You Got A New Missed Call! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang