Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan berakhirnya jam pelajaran hari ini. Galih menyandang tasnya di salah satu bahu, kemudian melangkah keluar kelas sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
Teman Galih, Alex, ikut berjalan beriringan bersama cowok itu. Bedanya, Alex tidak repot-repot merapikan bukunya, karena dia hanya membawa satu pulpen dan satu buku tulis. Sementara Galih sedang memegang buku di tangan, Alex asyik menyeruput pop ice dengan ekspresi senang yang menggelikan.
"Lo narik lagi hari ini?" tanya Alex setelah membuang gelas minumannya ke tempat sampah yang mereka lalui.
Galih menarik ritsleting tasnya agar menutup, kemudian menggeleng. "Bokap udah sembuh."
"Oh, selamat ya," sahut Alex.
"Trims," cengir Galih. "Lo basket, 'kan?"
Alex mengangguk. "Tapi, Gal, kok gue perhatiin, muka lo agak surem gitu ya, hari ini? Yah ..., muka lo emang udah surem dari lahir, sih. Tapi, hari ini parah bener."
Galih mendelik. Kakinya melangkah menuruni tangga dengan cepat, membuat Alex mengikutinya dengan tergopoh-gopoh. "Makasih perhatiannya, Lex."
"Gue serius," gelak Alex sambil memutar bola matanya.
"Nggak ada apa-apa, kok."
Alex melirik temannya itu dengan mata memicing, namun tidak berkomentar apa-apa.
Tidak lama kemudian, mereka berdua sudah berada di kawasan lapangan parkir sekolah. Galih mengeluarkan dompetnya untuk dimasukkan ke saku, sementara Alex mengambil kunci mobilnya dari dalam kantung celana.
"Nggak mau gue anter, nih?" tanya Alex seperti biasanya kalau mereka sudah akan pulang ke rumah masing-masing.
Galih menyengir. "Nggak usah. Bensin lo kan mahal, kalau angkot nggak seberapa."
Alex memandang temannya itu lamat-lamat, lalu mengangguk. Ditepuknya pundak Galih dengan senyum tipis. "Oke."
"Oke."
***
omg, maaf ya guys kemarin lupa apdet. becoz induksi matematika sungguh menyita waktuku lol
next chap lagi kutulis jadi moga bisa dobel ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got A New Missed Call! ✔
Short StoryCERPEN Pasca putus dari pacarnya, satu-satunya hal yang ingin dilakukan oleh Nadya hanyalah mengurung diri di kamarnya sambil menyemil sampai luka di hatinya mengering. Tapi, ketika mas-mas Watt-Jek yang menangani pesanannya ternyata adalah seseoran...