Satu

2.3K 161 24
                                    

Ting tong

Ting tong

Ting tong

Terdengar suara bel yang ditekan berulang-ulang karena tidak ada tanda-tanda bahwa pintu rumah tersebut akan terbuka.

Ting tong

Ting tong

Ceklek

"Mama, kena-", perempuan yang sedari tadi memencet bel itu menghentikan ucapannya ketika melihat bahwa orang yang membukakan pintu itu bukan ibunya melainkan ...

































"Seokmin?"

"Selamat ulang tahun, Sayang", lelaki yang ada di depannya itu membawa sebuah kue beserta lilinnya. Bukan hanya Seokmin, tapi terlihat juga kedua orang tuanya, orang tua Seokmin, dan beberapa sahabat mereka berdua.

Si perempuan membeku di ambang pintu. Matanya berkaca-kaca dan tangisnya hampir meledak. Entah dia harus bahagia atau marah pada kekasihnya ini. Pasalnya, Seokmin tidak membalas pesannya sejak kemarin. Bahkan Seokmin tidak mengucapkan apapun ketika mereka bertemu di kampus tadi pagi.

"Sayang, ayo tiup lilinnya"

Fyuh

Semua bertepuk tangan setelah lilin di atas kue itu padam. Si perempuan pun menghambur ke pelukan sang kekasih. Tangisnya kini pecah.

"Kau jahat, Seok. Kau jahat", kata perempuan itu sambil memukul-mukul dada Seokmin. Seokmin yang sebelah tangannya masih membawa kue sedikit kewalahan. Dia hanya bisa memeluk kekasihnya dengan sebelah tangan. Tak ada kata yang terucap dari Seokmin.

Setelah tangisnya mereda, perempuan itu melepas pelukannya dari Seokmin. Seokmin menatap dalam kedua mata kekasihnya dan tersenyum penuh arti. Sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk menghapus air mata yang menempel pada pipi sang kekasih. Perempuan itu pun tersenyum dan kembali memeluk Seokmin.

"Ayo masuk. Semua orang sudah menunggu"

Semuanya kini sudah duduk melingkari meja makan. Setelah memotong kue, acara selanjutnya adalah makan bersama. Canda tawa dan obrolan-obrolan ringan meramaikan suasana. Seokmin memang sengaja mengundang keempat sahabatnya dan ketiga sahabat kekasihnya untuk datang karena mereka sudah seperti keluarga dan juga banyak berperan dalam hubungan Seokmin dan kekasihnya.

Mingyu adalah sahabat Seokmin sejak kecil dan dia adalah orang yang mendorong Seokmin untuk menembak kekasihnya ketika di bangku Menengah Atas dulu. Sedangkan Soonyoung, Jihoon, dan Minghao adalah teman satu apartemennya yang juga sekaligus housemate Mingyu.Ya, Seokmin dan keempat sahabatnya itu mengontrak di salah satu rumah yang dekat dengan kampus. Kemudian Yoora, Nami, dan Subin adalah tiga orang yang selalu menjadi teman kekasihnya kemanapun sekaligus mata-mata bagi Seokmin. Hehe.

Seokmin mengedarkan pandangan dan melihat bahwa semuanya telah selesai menyantap hidangan malam ini. Kemudian dia pun memukul gelasnya dengan sendok untuk mendapat perhatian dan setelahnya dia pun berdiri. Seokmin memberikan tangan kirinya pada perempuan di sebelahnya yang berarti dia ingin kekasihnya untuk ikut berdiri juga.

"Ekhem, pertama saya ucapkan terimakasih pada Om dan Tante karena mengijinkan saya untuk membuat acara di rumah ini. Terimakasih juga pada Ayah dan Ibu serta sahabat-sahabat yang telah membantu dan menyempatkan waktunya untuk hadir. Tanpa kalian semua, acara ini tidak akan berjalan dengan lancar"

Semua orang terlihat mendengarkan ucapan Seokmin dengan seksama. Kini Seokmin menggenggam tangan perempuan di sampingnya.

"Kemudian, Haeun", Seokmin menengok ke sebelah kirinya, "Kau tau aku takkan melupakan ulang tahunmu, kan? Selamat ulang tahun, Sayang. Maaf sudah membuatmu khawatir dan kesal sejak kemarin. Selain itu-"

Seketika itu Seokmin menghentikan ucapannya dan mengambil segelas penuh air putih yang ada dihadapannya kemudian menghabiskannnya. Tiba-tiba saja dia merasa tenggorokannya kering. Semua orang hanya menahan tawa melihat itu.

"Seoku, kau tak apa?", Haeun terlihat khawatir dan menyuruh Seokmin untuk duduk.

"Eum", kata Seokmin sambil mengangguk. Namun genggaman tangannya pada Haeun mengerat yang menandakan bahwa dia sedang menahan rasa gugupnya. Haeun tahu itu karena Seokmin selalu menggenggam sesuatu dengan sangat erat ketika ia sedang gugup. Haeun mengelus pelan tangan Seokmin sehingga membuat Seokmin menjadi lebih tenang. Seokmin pun kembali berdiri begitu juga dengan Haeun.

"Ekhem, selain itu", Seokmin merogoh sesuatu dalam saku celananya, "Haeun, maukah kau menjadi pagi, siang, dan malamku?"

Seokmin membuka sebuah kotak kecil dan memperlihatkan cincin perak yang sangat cantik di dalamnya. Mata Haeun sukses membulat melihat itu dan mendengar apa yang baru saja Seokmin katakan. Matanya kembali berair dan tangan kirinya menutup mulutnya tak percaya.

"Terima! Terima! Terima!", riuh suara Mingyu dan kawan-kawan agar Haeun segera memberi jawaban dan menerima lamaran Seokmin. Sedangkan kedua orang tua Seokmin maupun Haeun saling bertukar senyum penuh harap.

Haeun mengangguk pelan sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya malu. Kini senyum Seokmin terlihat mengembang. Dia segera memasangkan cincin yang sudah ia siapkan pada jari manis tangan kiri Haeun. Semua orang pun bertepuk tangan dan bersorak bahagia.

^-^ tbc ^-^

Haiii~
Setelah lama gak update, sekarang mau nyoba nulis cerita baru lagi nih.

Cast nya Seokmin sama Haeun (OC). Maunya sih pake nama aku aja :3

Semoga suka ya ^-^
Mohon dukungannya :^>
Please vote and comment biar tambah semangat nulisnya~
Kritik saran sangat membantu loh~
Terima kasih :*>

A Piece Of You [Lee Seokmin] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang