Bagian 13

10.5K 948 78
                                    

Italic : Flashback

Happy reading, Sobs ...

..

" Kau yang membuatnya?"

Dirinya mengulum senyum kecil kala pria di depannya mengecap berkali- kali rasa manis pekat dari oreo milkshake buatannya kemudian menggumam " Manis, sedikit pahit tapi aku suka," dengan suara lembut yang bisa ia dengar dengan baik.

" Tidak heran banyak yang gemar datang ke sini. Pemiliknya saja sudah manis, apalagi menu buatannya," goda pria itu dengan senyum menawan yang mampu membuat beberapa gadis memekik kagum. Sementara si gadis di hadapannya hanya melempar cengiran kecil yang begitu kaku.

Utakata meletakkan gelasnya, lalu kembali melempar pandangannya pada wajah manis sang gadis dan tersenyum lembut. Lagi.

" Itulah kenapa aku sangat senang begitu mendengar kau setuju untuk menjadi tunanganku, Naruto."

. .

" Chk," Naruto mengusap wajah gusar. Melempar punggungnya kasar ke sandaran sofa dan mengerang pelan. Kepalanya pusing sejak pagi dan ia butuh obat sakit kepala agar rasa nyerinya mereda.

Mengingat pertemuannya dengan Utakata sekitar seminggu yang lalu membuat perasaan bersalah menggelayuti hatinya. Naruto tahu dirinya egois dan membuat keputusan dengan seenaknya. Lalu mau bagaimana jika ia memang tidak menyukai laki- laki yang menjadi tunangannya itu? Dirinya tidak mungkin selamanya menyakiti pria itu dengan membohongi perasaannya. Di luar keinginannya untuk berakhir hidup bersama Sasuke ataupun tidak ia tetap tidak bisa terus bersama pria bersurai cokelat itu. Utakata pantas mendapatkan gadis yang lebih baik darinya.

Naruto tahu, Utakata adalah pria yang baik, persis seperti yang papanya bilang. Laki- laki itu tidak marah ketika ia seharusnya melakukannya dan itu membuat Naruto menjadi lebih tidak nyaman saat mereka sedang bersama.

..

" Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita dan . . . aku sudah katakan pada papaku mengenai hal ini. Jadi, maafkan aku."

Utakata tertegun selama beberapa saat setelah si gadis berhasil mengutarakan apa yang ada di kepalanya. Naruto mengulum bibirnya gugup, berjuta maaf siap untuk ia lontarkan jikalau Utakata akan mengamuk karena keputusan sepihaknya. Pria itu berhak marah dan Naruto siap menerima konsekuensi apapun atas tindakannya yang keterlaluan. Ia pihak yang bersalah di sini.

" Kenapa?" dari puluhan pilihan pertanyaan hanya itu yang mampu Utakata ucapkan dengan bibir bergetar. Sorot kekecewaan tampak jelas di kedua matanya yang kini menatap lekat pada kedua netra berwarna samudra di hadapannya.

Naruto tak lantas menjawab, ia hanya menggigiti bibirnya pelan, mengalihkan pandangan gugup seolah kesulitan untuk memilih kata apa yang tepat untuk membalas pertanyaan pria itu tanpa menyakiti hatinya. Tapi sepertinya sia- sia. Naruto pikir apapun jawabannya tetap akan membuat Utakata terluka karenanya.

" Aku menyukai laki- laki lain-"

" Kau selingkuh?"

" Bukan," balas Naruto cepat dengan mata menyorot tajam namun tak lama begitu mendapati raut wajah serius yang terpampang di depannya.

" Ah, maksudku- dia-"

Dia apa?

" Aku menyukainya sejak lama. Jadi, maafkan aku, Utakata," lirihnya.

" Lama? Apa itu setahun yang lalu? Sebulan? Seminggu?" tanya Utakata tidak sabar.

Naruto menarik nafas panjang, " Beberapa tahun lalu, saat aku masih SMA," jawabnya.

Mom for My Little MenmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang