Bagian 5

13.1K 1K 98
                                    

Happy Reading~

..

" Naruto- san," panggil Obito ragu- ragu. Pemuda berusia 16 tahun itu duduk tenang seraya memperhatikan si pirang yang tengah sibuk menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga. Bertiga? Well, Naruto sudah mengatakan padanya bahwa Sasuke pulang larut karena kerja lembur. Karenanya siang tadi, Sasuke –dengan sangat tidak tahu malu- mendatangi tempat kerja Naruto dan meminta gadis itu untuk menjemput dan menemani Menma selama bocah 5 tahun itu di rumah karena Obito ada les Matematika sore tadi. Dan kenapa Naruto mau? Obito hanya mengendikkan bahu tidak mengerti kenapa juga perempuan manis ini mau- mau saja dimintai tolong oleh sepupunya yang dengar- dengar sih mereka ini mantan kekasih saat SMA dulu.

Obito tidak habis pikir, jika bukan karena Naruto- san ini yang cinta mati sama sepupu gantengnya itu, pasti karena Sasuke yang lihai merayu atau barangkali pandai mengibuli Naruto sampai si pirang menggemaskan ini rela begitu saja disuruh- suruh dan menjadi kacung dengan menjaga si tengil Menma seharian.

" Hei."

Obito berjengit kaget saat sebuah telapak tangan melambai di depan wajahnya.

" Kau memanggilku tadi. Ada apa?" tanya Naruto seraya kembali menghampiri meja dapur Sasuke.

" Oh, itu . . . emmm-" seketika otaknya mampet, Obito mengernyit, dia mau bilang apa tadi? Serius, dia lupa.

" Tidak jadi saja deh," ujarnya kemudian, Naruto menoleh menatap Obito penuh tanya.

" Kenapa tidak jadi?"

" Ya pokoknya tidak jadi," balas Obito kalem.

Naruto meringis dalam hati, ' Bocah aneh' batinnya.

Kemudian hening selama beberapa saat.

" Dobe- mommy, daddy pulang malam?" suara Menma terdengar memecah keheningan.

Naruto menoleh sebentar, lantas mengangguk. Tangan kanannya meraih dua mangkuk dari dalam lemari. Dengan tangkas membersihkan kompor dan merapikan meja dapur setelah berhasil meletakkan kedua mangkuk itu di atas nampan, dan mulai mengisinya dengan nasi.

" Daddy- mu ada rapat dengan klien-"

" Klain?" Menma mengernyit. Obito mendengus.

" Klien," si pirang membenarkan.

Menma mengangguk, pura- pura tahu apa yang diucapkan Naruto. obito memutar bola mata bosan melihat sang keponakan yang lagaknya seperti remaja tanggung yang sudah mulai paham dengan istilah perkantoran, palingan ujung- ujungnya nanti juga akan bertanya apa arti 'Klien' padanya secara diam- diam.

" Lalu kenapa kau yang jemput?"

" Memangnya kau tidak mau kujemput?"

Obito memperhatikan percakapan keduanya tertarik.

" Mau sih. Aku 'kan cuma bertanya saja," Menma berujar kalem. Jemari kecilnya meraih- raih mangkuk kecil berisi sereal dan yogurt milik Naruto. berniat menyicipinya sedikit.

" Dobe- mommy~"

" Menma-" Naruto menoleh, lagi. Menghela nafas panjang lalu melanjutkan, " -aku masih bisa mentolelir kau memanggilku mommy, tapi kalau pakai Dobe itu rasanya aku . . . . . . jadi ingin menggigit pipimu bulat- bulat, bagaimana?"

Si kecil mengerutkan kening," Akan kulaporkan pada daddy kalau begitu," sahutnya.

" Dasar pengadu," seru Obito dengan bibir mencebil pada ponakannya.

Menma merengut. Sang paman jelas sedang tidak di pihaknya.

" Tapi Naruto- san sepertinya tidak keberatan dipanggil mommy, Naruto- san beneran mau menikah sama Sasuke- nii, ya?"

Mom for My Little MenmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang