Rain's Point of View
"Lo Cuma mau bawa ini aja?"Aku menghentikan aktivitasku menata peralatan mandiku, lalu menatap Dea yang baru saja menanyakan baju bawaanku.
"Iya emang kenapa? Kita ke Bali kan Cuma buat liburan bukan pindahan."
"Dan kita ke Bali buat jalan-jalan bukan buat kerja. Lo bawa baju minim banget Rain." Aku hanya mengedikkan bahu, tidak berminat membalas perkataan Dea lagi. Aku paling malas jika harus packing barang seperti ini, terlebih jika sejak awal aku sama sekali tidak beriminat dengan perjalanannya seperti sekarang. Padahal Dea sudah berusaha membantuku mengemasi barangku, tapi aku masih saja bermalas-malasan.
Aku dan Dea sudah berbaikan pagi tadi saat kami hendak berangkat ke kantor. Ia menjelaskan alasan dari perbuatannya kemarin dan meminta berbaikan denganku.
Flashback
"Rain gue minta maaf, lo masih marah ya?", tanya Dea ketika aku hendak membuat bekal makan siangku di dapur. Aku tidak menyahut dan berlalu menuju kulkas untuk melihat bahan makanan. Aku mengernyit bingung saat melihat isi kulkas yang dipenuhi aneka produk coklat. Aku berbalik menatap Dea kemudian menatap sebuah bekal dan secangkir coklat panas di meja sebelah Dea berdiri.
Bekal itu pasti Dea buat bukan untuk dirinya, aku tau betul bahwa Dea tidak pernah mau membawa bekal makan siang ke kantor selain karena tidak praktis, dia juga tidam suka makan makanan dingin.
"Lo nyogok gue dengan semua ini?", kataku heran. Sebenarnya aku sedikit terharu dia menyiapkan semua ini, terlebih bekal makan siangku yang pasti ia buat pagi buta tadi.
"Gue harap secangkir coklat hangat ini bisa menengkan pikiran lo dan meluluhkan hati lo. Gue bener-bener pengen kita baikan Rain. Gue ngga tahan harus lo diemin terus kaya gini." Ya, Dea tahu betul bagaimana caranya meluluhkan hatiku. Karena dia tahu apa kelemahanku. Aku penggila coklat, karena benar seperti kata Dea, coklat mampu menenangkanku. Terlebih dengan sifat tak tegaanku membuatku luluh melihat Dea yang kini mrnatapku dengan tatapan memohon.
"Lo tau kalo alasan gue buat marah sama lo itu cukup kuat. Lo bahkan sudah memprediksi gue akan bersikap seperti itu."
"Gue Cuma ngga pengen lo dapet masalah aja Rain. Kemarin Pak Farel juga ada disana sama cowok itu. Dan gue liat tuh cowok juga kesel banget sama lo, mungkin gara-gara waktu itu lo nyindir dia. Yang gue pikirin, gue takut dia dendam sama lo terus dia nyuruh Pak Farel ngasih lo hukuman di kantor atau mungkin lebih dari itu. Gue yakin banget kalo cowok itu sahabatnya Pak Farel. Gue Cuma khawatir." Mendengar penjelasan Dea membuatku tersentuh akan ketulusannya peduli padaku selama ini.
"Gue tau lo Cuma khawatir sama gue, thanks buat itu. Tapi bukan kaya gitu caranya lo ngelindungin gue De. Buat gue masalah gue sama cowok itu belum selesai, yang lo lakuin kemarin itu Cuma menghindar dari masalah. Gue ngga mau menghindar, gue mau masalah itu selesai."
"Oke fine, mulai sekarang gue ngga akan menghalangi lo berurusan sama cowok itu lagi. Gue Cuma pesen supaya lo lebih hati-hati aja. Kita baikan ya?" Aku tidak menjawab perkataan Dea dan langsung memeluknya begitu saja. Aku juga tidak tahan jika harus berlama-lama marah padanya. Terlebih kami satu atap sekarang.
"Rain? Rain... kok lo malah ngelamun?" Suara Dea barusan mengagetkan sekaligus menyadarkanku dari lamuban sesaatku.
"Ah engga kok. Yaudah gue mau tidur dulu, capek gue."
"Yaudah nanti pagi gue bangunin lo buat berangkat ke Bali." Aku tk menjawab perkataan Dea dan hanya mengangguk kemudian beranjak menuju kamarku untuk tidur.
*******
Aku menggeliat dari dari posisi tidurku yang kurang nyaman karena aku tidur di bus. Dea baru saja membangunkanku dan mengatakan bahwa kami telah sampai di Pulau Dewata Bali. Sungguh benar-benar perjalanan yang panjang dan melelahkan meskipun kami berangkat dari Jakarta menggunnakan pesawat, bukan bus dari Jakarta.
YOU ARE READING
Rainbow's Love
RomanceIngatan yang hilang bukan berarti tidak pernah ada. Kenangan itu tetap ada, mungkin hanya terlupakan sesaat atau mungkin selamanya. Velonica Rain terbangun dari masa komanya pasca kecelakaan percobaan bunuh dirinya, dengan keadaan kehilangan ingatan...