Rain's Point of View
From: Mbak Sarah
Rain, nanti kita jadi ketemuan di kantin kantor saya ya. Novelnya sudah selesai saya revisi. Nanti kita bisa bertemu di jam istirahat saya, pukul 13.00
Aku membuka pesan whats app baru dari Mbak Sarah sambil berjalan keluar lift untuk menuju ruangan timku di lantai dua. Pagi ini seperti biasa aku kembali bekerja dengan normal, tidak lembur lagi seperti sebelumnya, namun saat ini berganti Dea yang bekerja lembur karena harus menyelesaikan editing novel penulisnya.
To: Mbak Sarah
Oke Mbak, nanti saya akan kabari Mbak Sarah jika sudah berada di lokasi.
Aku memasukkan ponselku ke dalam tas tanganku sebelum memasuki ruanganku. Baru saja aku hendak menyapa rekan-rekanku di dalam, sebelum akhirnya ku urungkan niatku begitu mendengar perdebatan dua orang di dalam ruanganku.
"Lo pikir gue bahagia gitu satu tim sama lo. Mending gue ngga punya tim deh dari pada sama lo." Caci Tara di bangkunya. Ia memang tidak menatap orang yang sedang ia bicarakan. Tapi aku tau jelas keepada siapa ia berbicara. Siapa lagi jika bukan Sandy.
"Oh gitu? Yaudah sana keluar aja. Lo bilang mending sendirian daripada satu tim sama gue, terus kenapa lo masih disini." Balas sandy dengan nada sindirannya.
"Guys guys, udah jangan pada berdebat gini. Ini masih pagi, daripada kalian berdebat ngga jelas mending kalian beresin kerjaan masing-masing." Sela Gia sebelum Tara kembali menyambar ucapan Sandy. Kepribadian Tara yang emosional dan spontan memang tidak usah di herankan lagi jika ia akan bereaksi berlebihan pada hal kecil seperti ini. Dan kepindahan Tara ke timku benar-benar ide buruk. Menurutku lebih baik melihat kemesraan-kemesraan kecil yang di lakukan Sandy dan Rita daripada harus melihat Sandy dan Tara selalu berdebat. Setidaknya kemesraan Rita dan Sandy tidak menimbulkan kegaduhan. Jika merasa terganggu cukup tidak usah melihat mereka saja.
"Gue juga ngga bakal nyolot Gi kalo dia ngga mancing duluan." Kata Tara mencoba membela diri.
"Oh jadi salah gue? Lo itu emang ngga pernah berubah ya dari dulu. Lo selalu nyalahin orang lain tanpa intropeksi."
"Lo juga selalu-"
"Kalo mau bahas masa lalu mending keluar aja. Ini tempat kerja, please jangan bikin gaduh." Kataku spontan sebelum Tara membalas ucapan Sandy lebih jauh dan sebelum perdebatan mereka berakhir lebih panjang. Sungguh aku tidak tahan melihat mereka. Bagaimana mungkin mereka yang sekarang tidak pernah akur setiap kali bertemu, dulunya pernah menjalin hubungan benar-benar tidak masuk akal.
Setelah aku berkata demikian aku langsung duduk di mejaku dan mengeluarkan berkas-berkas pekerjaanku. Dan sempat kulihat Sandy dan Tara mematuhi ucapanku karena mereka tampak diam di meja mereka tanpa berkomentar apa-apa lagi.
"Selamat pagi teman-teman. Sepi sekali aura disini." Sapa Pak Sony yang baru saja memasuki ruangan. Sepi katanya? Pak Sony terlambat 5 menit untuk melihat kegaduhan yang terjadi saat aku datang tadi.
"Lingkungan kerja tentunya harus kondusif Pak." Kataku santai namun sambil menatap ke arah Sandy dan Tara sejenak, mereka tampak menunduk dan sedikit salah tingkah. Mungkin mereka merasa tersindir dengan ucapanku barusan.
"Oh ya Rain, bagaimana progress novel milik Avinessa?"
"Lancar kok Pak kemarin saya sudah bertemu langsung dengan Mbak Sarah dan memberikan saran untuk revisi. Ternyata Mbak Sarah sangat nyaman di ajak berkomunikasi, dia juga cepat belajar dan mau memperbaiki kekurangannya."
YOU ARE READING
Rainbow's Love
RomanceIngatan yang hilang bukan berarti tidak pernah ada. Kenangan itu tetap ada, mungkin hanya terlupakan sesaat atau mungkin selamanya. Velonica Rain terbangun dari masa komanya pasca kecelakaan percobaan bunuh dirinya, dengan keadaan kehilangan ingatan...