Daffin's Point of View
Aku berjalan menuju ruang auditorium hotel tempatku menginap. Tadi Farel sempat mengajakku makan malam bersama, namun karena aku sudah ada janji makan malam bersama Ardyan, akhirnya aku menolak ajakan Farel, dan ternyata tepat saat aku hendak keluar kamar untuk menemui Ardyan, tiba-tiba saja sepupuku itu menelpon dan mengatakan tidak bisa menepati janjinya makan malam denganku karena kekasihnya yang trouble lagi.
Sesuai dugaanku, Ardyan jadi bermasalah karena wanita. Dari semua penyebab menurunnya kinerja Ardyan karena alasan pribadi, yang kupikirkan hanya karena wanita. Sebab aku tahu pasti karakter seperti Ardyan akan sulit jika berurusan dengan Wanita. Ia akan mudah di kendalikan oleh wanita, karena pada dasarnya Ardyan adalah tipe lelaki yang takut pada wanita yang dicintainya sehingga ia akan mudah di kontrol. Dan lebih parahnya lagi kekasihnya itu menyadari sifat buruk Adryan itu. Lihat saja, bahkan tadi kekasihnya merajuk ingin ditemani ke salon oleh Adryan, jika tidak maka ia tidak akan pergi ke salon. Yang benar saja? Memangnya kekasihnya itu bayi hingga tidak bisa pergi sendiri? Poor Adryan. Jika tahu Adryan akan membatalkan makan malam kami, aku pasti sudah menerima ajakan Farel. Akhirnya aku memutuskan menyusul Farel yang saat ini sedang berada di auditorium, ia sedang mengadakan acara hiburan katanya.
Bukan tidak sengaja Farel dan rombongannya juga menginap di hotel yang sama denganku. Aku memang merekomendasikannya untuk menginap di hotel Alpha grup ini. Farel akan mendapat potongan jika membawa rombongannya kesini, selain bisa membantunya sebagai sahabat, aku juga ikut membantu hotel ini mendapat pelanggan, mengingat hotel ini mengalami penurunan omset karena manajernya yang malah asik pacaran. Mengingat hal itu membuatku menjadi muak pada Ardyan. Sepupuku itu bahkan sulit di nasehati, bagamana bisa ia begitu mudahnya di kendalikan oleh kekasihnya? Sepertinya ia memang kelainan.
"Hei, kau datang. Kupikir kau akan punya acara lain.", sapa Farel saat aku sudah berada dir ruang auditorium dan berjalan mendekatinya.
"Satu-satunya acaraku adalah makan malam bersama Ardyan, dan kemudian ia mebatalkannya jadi aku pengangguran sekarang."
"Kau tidak pergi mengecek hotelmu?"
Aku tersenyum masam mendengar perntanyaan Farel. "Ini hotel milik Alpha group, aku bahkan bukan direkturnya, bagaimana mungkin hotel ini milikku."
"Tapi direkturnya adalah ayahmu, jadi bisa dikatakan hotel ini juga milikmu."
"Aku sudah mengeceknya kemarin. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku sampai di Bali kemarin."
"Ku pikir kemarin kau mengecek anak perusahaan yang lain."
"Tidak, kemarin aku sudah-", aku belum sempat menyelesaikan kalimatku dan membiarkannya menggantung begitu saja saat sosok seseorang mengalihkan fokusku dari Farel.
"Kenapa? Kau sedang memperhatikan pegawaiku?" aku tidak merespon perkataan Farel dan terus memperhatikan gadis itu. Gadis yang menabrakku tadi sore. Kulihat tangannya sudah diobati dengan baik daripada hanya balutan sapu tanganku tadi.
Mengingat hal yang terjadi tadi sore, kupikir gadis itu benar-benar ceroboh. Tadi sore saat aku berjalan di pinggir pantai untuk relaksasi sebenarnya aku sudah melihatnya berjalan ke arahku dengan pandangaan fokus pada kameranya. Kupikir ia tidak akan benar-benar menabrakku dan menyadari ada seseorang dihadapannya, ternyata dugaanku salah. Karena tidak menyangka bahwa ia akan menabrakku akhirnya aku tidak sempat menghindar, namun karena sudah kuperkirakan sebelumya, maka dari itu aku bisa menahan diri dan tidak ikut terjatuh.
Sungguh jika saat itu Rikko yang ada di posisiku pasti mereka akan berakhir dengan saling beradu mulut. Menabrak pelayannya saja sudah membuat perdebatan diantara Rikko dan gadis itu, gadis yang bahkan tak kuketahui namanya. Tadi ketika aku menyebutkan namaku kupikir ia akan membalas memberitahu namanya, namun ternyata itu tidak terjadi. Aku tidak ingin dianggap tidak sopan dan bersikap terlalu jauh untuk menanyakan namanya. Jika ia tidak membalas perkenalanku itu artinya ia tidak ingin mengenalku bukan?
YOU ARE READING
Rainbow's Love
RomansaIngatan yang hilang bukan berarti tidak pernah ada. Kenangan itu tetap ada, mungkin hanya terlupakan sesaat atau mungkin selamanya. Velonica Rain terbangun dari masa komanya pasca kecelakaan percobaan bunuh dirinya, dengan keadaan kehilangan ingatan...