*Putar lagu di mulmed ya, lagunya rekomen banget buat di dengerin sambil baca part ini. Happy reading :)
Daffin's Point of View
Aku merapikan berkas-berkas pekerjaanku yang berserakan di meja untuk bersiap pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.47 kemungkinan gadis itu akan menemuiku sekitar pukul 6 sepulang kantor. Yang kutahu jam pulang kantor Farel adalah jam 4 sore jika tidak ada lembur. Dan setelah itu biasanya ada semacam briefing di kantornya, ditambah persiapan pulang kurasa pukul 6 adalah waktu yang kuperkirakan Rain akan menemuiku.
Tadi siang Rikko menghubungiku daan menyampaikan bahwa gadis itu ingin menemuiku untuk mengembalikan sweaterku. Kupikir mereka sudah berbaikan sekarang karena gadis itu bahkan meminta bantuan pada Rikko untuk menyampaikan pesan padaku. Aku turut senang jika memang benar mereka sudah berbaikan. Sejujurnya aku tidak masalah jika sweaterku tidak kembali, karena sweater itu juga jarang sekali ku pakai, namun aku tetap menghargai usaha gadis itu untuk mengembalikannya. Dan mungkin bisa jadi salah satu kesempatanku bisa bertemu dengannya tanpa kurencanakan.
Entah mengapa sejak mengobrol dengannya di balkon ada rasa nyaman dan ingin berjumpa lagi. Aku memang termasuk seseorang yang mudah bergaul dan berkomunikasi, aku senang membangun hubungan yang baik dengan orang-orang baru sebagai bentuk menjalin koneksi, namun belum pernah aku merasa senyaman itu ketika berbincang dengan seseorang seperti aku berbincang dengan Rain. Padahal menurut penilaianku dia adalah salah satu gadis yang tidak mudah untuk di dekati, dia tidak akan semudah itu membuka diri pada orang lain, apalagi yang di kenalnya, terbukti ketika ia tidak langsung menyebutkan namanya saat aku memperkanalkan diri padanya. Namun melihat bagaimana ia bicara, cara ia menanggapi percakapanku, aku merasa ia akan penuh dengan kejutan dan membuat nyaman baik sebagai pendengar maupun pembicara.
"Anda sudah hendak pulang Pak?", tanya Sarah ketika aku baru saja keluar dari ruanganku dan melewati mejanya.
"Iya, hari ini saya ingin pulang lebih awal karena ada urusan pribadi."
"Sepertinya urusan pribadi anda sangat penting karena tidak biasanya anda pulang lebih awal untuk urusan pribadi. Maaf sebelumnya jika saya lancang Pak." Aku tersenyum menanggapi ucapan Sarah barusan agar ia tidak terlalu sungkan padaku. Aku tidak ingin terlalu kaku pada karyawanku terlebih sekertarisku sendiri.
"Pertanyaan kamu masih wajar untuk ukuran orang yang selalu mengamati saya setiap hari ketika bekerja. Tapi bukan hanya kamu yang heran dengan apa yang saya lakukan sekarang, saya sendiri bahkan tidak bisa menjawab pernyataan kamu."
"Boleh saya berpendapat Pak?"
"Silahkan, ini sudah diluar jam kantor karena sebentar lagi saya pulang."
"Pak Daffin sejak awal seorang workholic, menurut pengamatan saya, selama ini rasanya pekerjaan selalu jadi prioritas anda. Dan sekarang ketika pekerjaan yang selalu anda prioritaskan bisa tergeser karena urusan pribadi, berarti hal itu sangat penting untuk Pak Daffin." Aku mulai mempertanyakan apa yabg dikatakan oleh Sarah barusan di dalam hatiku, apakah itu benar? Sarah sudah menjadi sekertarisku sejak awal aku menjadi manajer puncak di kantor, pengamatannya tentu bukan sekeder menilai saja.
"Saya tidak bisa mengatakan itu benar atau tidak. Hati kadang tidak bisa dikendalikan begitu saja." Sarah langsung tersenyum begitu mendengar jawabanku barusan, ia juga tampak sedikit kaget dengan pernyataanku.
"Sepertinya saya mulai mengerti kemana arah pembicaraan Pak Daffin."
"Kalau begitu saya permisi dulu ya. Hati-hati saat pulang, kejahatan masa kini semakin canggih Sar."
"Iya anda juga sebaiknya berhati-hati Pak, terutama pada hati.", ucap Sarah dengan senyum sindirannya. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kemudian beranjak pergi.
YOU ARE READING
Rainbow's Love
RomanceIngatan yang hilang bukan berarti tidak pernah ada. Kenangan itu tetap ada, mungkin hanya terlupakan sesaat atau mungkin selamanya. Velonica Rain terbangun dari masa komanya pasca kecelakaan percobaan bunuh dirinya, dengan keadaan kehilangan ingatan...