Chelsea terbangun, menguap. Ia masih berada ditempat yang sama. Pukul 3 pagi, Chelsea melihat Bagas yang tertidur di meja belajarnya dengan buku berserakan dimana mana. Chelsea tersenyum, apa mahasiswa internasional harus belajar sampai segininya? Chelsea tersenyum menatap Bagas, menyelimuti Bagas dengan selimut yang tadi dipakainya.
Menghela nafas, Chelsea menatap Bagas yang terlelap."Gas, lo tahu gak? Gue capek... Banget. Gue gak bisa percaya sama seorangpun di dunia ini. Mereka munafik gas. Tapi, hari ini... Lo justru buktiin ke gue, kalau lo tulus bantuin gue.
Gue, dikhianatin gas. Setiap hari, gue harus berjuang, bukan hanya menjadi perempuan cerdas tapi juga tegas. Capek banget rasanya, sakit banget saat gak ada yang perduli sama kehidupan kita" Chelsea berhenti sejenak, menghapus air mata yang sudah merembes di wajahnya.
"Gue musti percaya sama siapa gas? Gue gak tahu... Saat keluarga gue sendiri justru gak perduli gimana hidup gue. Gue musti gimana gas? Gue capek. Gue cuma pengen punya ibu kayak temen temen lain, yang perduli dan akrab pada anak gadisnya. Bukan ibu yang hanya berambisi untuk menjadikan putri satu satunya menjadi nomor satu. Tidak perduli apakah putrinya baik baik saja dengan itu. Apakah putrinya punya kehidupan lain? Gue gak butuh lahir di keluarga berada gas, sungguh. Gue cuma pengen punya kakak yang juga dukung apa yang jadi kemauan gue, bukan kakak yang selalu nampar dan ngebiarin adik perempuannya sekarat demi memenuhi ambisi ibunya. Apa itu permintaan yang mahal? Berapa harga yang harus kubayar untuk itu?"
Chelsea sudah sesenggukan sekarang.
"Gue capek banget gas. Orang orang cuma bisa bilang bahwa gue gadis arrogant yang berambisi buat diakui. Mereka gak tahu, gimana hidup gue selama ini.. Gue... Gue... "
Chelsea menunduk dalam. Hingga seseorang duduk disampingnya dengan menepuk pelan pundak Chelsea."Lo perempuan hebat Chel,"
Chelsea tertawa hambar mendengar penuturan Bagas yang entah sejak kapan terbangun. Atau mungkin sudah mendengar ocehan Chelsea sejak tadi. Chelsea sudah tidak perduli lagi sekarang."Apa lo masih bisa bilang hebat sama gue, saat kerja sampingan gue adalah menjadi seorang penyanyi caffe dan pembawa minuman di klub malam?" Chelsea menatap Bagas dengan senyum miring di wajahnya. Bagas melengos, menatap Chelsea seperti ini, membuatnya ingin memeluk gadis itu.
"Ini gue, gas..."
Dan luluh sudah. Bagas akhirnya memeluk gadis mungil itu. Membiarkannya terisak dipelukan Bagas.
Chelsea. Gadis jahat ini, tidak sekuat itu.To be continue
Thanks for read and vote.
Salam
Cen
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Name
Fanfiction#42 in #Bagas "Bagaimana aku bisa percaya pada oranglain. Saat tidak pernah benar benar ada yang perduli akan aku."-Agatha Chelsea "aku perduli, dan aku percaya padamu."-Bagas Rahman Thanks kalian semua😘