Chelsea terbangun di sebuah ruangan ber-cat abu abu klasik. Indah dan menentramkan. Ruang berukuran 6x4 itu memiliki 3 buah tempat tidur termasuk yang sedang Chelsea tempati sekarang. Ada lemari di ujung ruangan dan rak buku panjang juga banyak sekali tempelan sticky note disamping meja belajar tempat tidur Chelsea sekarang, khas sekali kamar kost-an anak lelaki. Kenapa Chelsea bisa tahu? Karena banyak sepasang baju lelaki di gantungan baju sudut ruangan. Juga tempat tidur disebelah Chelsea yang amat berantakan.
Chelsea bangun dari tidurnya sambil memegang kepalanya yang masih sedikit pening. Tangan dan kakinya, sudah tidak dingin. Artinya, efek kopi sialan itu sudah berakhir. Hanya menyisakan pusing yang pasti akan bertahan hingga esok pagi dan akan membuat Chelsea terjaga malam ini. Chelsea celingukan, mencari tahu dimana dia sekarang? Hingga tanpa sengaja, pandangan matanya tertuju pada sebuah buku tebal di atas meja belajar. Bukan bukunya, lebih kepada nama yang ada dalam buku tersebut.
Bagas Rahman.
Jadi ini kamar lelaki itu? Apakah ini tempat tinggal mahasiswa kelas international? Tidak buruk memang. Universitas benar benar memberikan yang terbaik. Penasaran, Chelsea membuka buku bersampul biru tersebut.
"Bagaimana aku menjelaskannya padamu? Bahwa menatapmupun aku tahu, kau terluka. Sungguh, ijinkan aku masuk dalam kehidupanmu."-Bagas.
Chelsea memiringkan wajahnya, ternyata pria itu cukup puitis juga. Beberapa menit, hingga pintu terbuka. Menampakan wajah Bagas dengan nampan berisi mankuk dan cangkir diatasnya. Sesuatu mengepul dari dalamnya, Chelsea pastikan itu sesuatu yang hangat dan enak. Ah,.. Membayangkannya saja membuat Chelsea lapar.
Chelsea duduk ditepi ranjang. Sementara Bagas meletakan nampannya.
Chelsea berdehem.
" kenapa gue bisa disini? Apa ini tempat tinggal kalian?"
Bagas duduk dihadapan Chelsea,"Lo,tadi pinsan ditangga kampus. Gue panik dan gak tau alamat kost-an lu. Jadi gue bawa kesini deh. Bukan apa apa, kalau gue bawa lu ke tempat para cewek. Sama aja, mereka juga gak bakal ada disana. Kita tadi pulang mahrib, ingat?" Chelsea mengangguk paham.
"Terus? Sekarang jam berapa? Bisa anterin gue pulang gak?" sekarang giliran Bagas yang berdehem.
"Lo yakin mau pulang? Sekarang udah hampir jam 10 malem?"
"Apa?!!" Chelsea membelalak kaget. Bagaimana bisa Chelsea tertidur selama itu?"Kok lu gak bangunin gue sih?!"
" lo kayak orang gak tidur seminggu tau gak sih? Nyenyak banget, malah sampai ileran tuh di bantal gue."
Spontan, Chelsea mengusap mulutnya.
"Ih, enggak ah. Mana ponsel gue?"
Bagas hanya tersenyum menatap Chelsea sekarang. Wajahnya yang kusut, kuncirnya berantakan dan tingkahnya yang sedang panik menampilkan sisi lain Chelsea yang biasanya dingin dan acuh tak acuh.
"Ponsel lo mati, jadi gue charge. Tuh, di pojok sana"
Tanpa komando, Chelsea menghampiri ponselnya, mengaktifkannya dan terduduk di lantai begitu saja setelah melihat notifikasi yang masuk. Bagas masih tersenyum, mengambil kamerannya, Bagas memotret Chelsea diam diam."Chel, apa lo bahkan gak perduli sekarang lo lagi dikamar cowok?" Chelsea hanya menunjukan telapak tangannya, tanda menyuruh Bagas agar berhenti mengoceh.
"Chel, makan dulu. Biar pencernaan lo enakan."
Chelsea ganti menatap Bagas sekarang.
"Gas, lo kan mahasiswa kelas internasional. Bisa bantuin gue ngerjain tugas gak?" Bagas mengernyit seolah sedang berfikir akan membantu Chelsea atau tidak.
"Ayolah gas... Lo kan sering dikasih les privat tuh sama ms. Sari, nah pasti lo tau kan letak tata bahasa sama struktur yang bener." Chelsea menatap Bagas dengan mata innoncentnya. Lucu. Bagas sungguh semakin menyukai gadis itu."Jadi Chel, kalau ini kalimat sederhana kita musti nambahin..." Bagas tersenyum menatap Chelsea yang kepalanya sudah melenggok ke kanan dan kiri. Gadis itu kembali tertidur. Bagas baru saja hendak meletakan kepala Chelsea diatas meja sebelum akhirnya Chelsea terbangun.
"Gas, makasih..." setelah itu, Chelsea kembali memejamkan matanya. Meninggalkan senyum yang tak hentinya diwajah Bagas.To be continue
Thanks for read and vote.
Salam
Cen
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Name
Фанфіки#42 in #Bagas "Bagaimana aku bisa percaya pada oranglain. Saat tidak pernah benar benar ada yang perduli akan aku."-Agatha Chelsea "aku perduli, dan aku percaya padamu."-Bagas Rahman Thanks kalian semua😘