Quality Time

231 12 0
                                    

Chelsea memandang kosong soto dihadapannya, tidak jadi berselera makan.
"Chel, kenapa sih? Kok gak di makan? Biasanya kalau denger yang gratis langsung berubah jadi ijo itu mata."
Chelsea masih diam, dengan tangan mengaduk aduk soto di mangkuknya. Marsha menghela nafas, demi melihat wajah Chelsea yang bagai sepatu buluk milik tetangganya itu, Marsha mengheka nafas lelah dan membiarkan Chelsea dengan sikapnya itu.

"Chel, gue denger mahasiswa kelas internasional angkatan kita bakalan ke Singapura ya? Ada yang ke Thailand juga katanya." Marsha berceloteh, yang hanya ditanggapi anggukan oleh Chelsea.
"Wah... Asik ya, bisa ke luar negeri. Mereka ngapain disana? Cari jodoh?" Lelah dengan celotehan Marsha, Chelsea akhirnya bersuara.
"Mereka? Ngapain kesana? Lo berapa tahun sih kuliah disini sha? Mereka kesana ya itu salah satu program kelas internasional. Gitu aja gak paham paham. Gue pergi, mau ke perpus. Bye." Ucap Chelsea tanpa memakan soto gratisnya. Marsha mengerjap.
"Chelsea kenapa sih? Sewot banget... Lagi PMS kali ya?"

Chelsea masuk kedalam perpustakaan dengan menghirup oksigen banyak banyak didepan pintu. Mengabaikan lalu lalang mahasiswa yang menatapnya heran. Tanpa perduli tatapan orang orang yang memandang kagum dengan kecantikannya, Chelsea mengambil beberapa buku dan duduk di sudut ruangan.
15 menit, Chelsea mulai jengah. Pikiranya sedang kacau sekarang. Memegang dadanya, Chelsea bergumam dengan sikapnya hari ini. Kenapa Chelsea merasa amat sakit ketika menolak Bagas? Kenapa seolah olah, Chelsea kehilangan sesuatu yang teramat penting, ketika mengusir Bagas?
Mulai frustasi, Chelsea memukul kepalanya diatas meja, berharap pening di kepala dan sesak di dadanya akan segera menghilang.
Tapi tidak, sudah hampir satu menit Chelsea melakukan hal bodoh yang justru membuat kepalanya semakin pening tersebut, rasa sakit di hatinya belum juga reda. Hingga seseorang meletakan telapak tangannya, membuat Chelsea menghentikan aksi konyolnya. Chelsea mendongak, dan menemukan Bagas disana.

"Lo bakalan bikin kepala lo memar dengan tingkah gila lo. Setidaknya, lo harus punya satu hal dalam hidup yang musti lo sayangi kan? Tubuh lo misal... Atau gue.."

Chelsea menatap Bagas. Seperti biasa, dengan wajah datar dan sadis khas Chelsea. Beberapa menit, Chelsea menyerah dan menghembuskan nafas pelan.

"Gas... Sorry," ucap Chelsea tanpa memandang Bagas.

"Kenapa Chel?"

"Gue... Gue pikir, gue keterlaluan banget sama lo" ucap Chelsea menunduk. Bagas tersenyum dan memegang pundak Chelsea.

"Bukan salah lo Chel. Gue mungkin gak sepenuhnya paham  dan tahu gimana hidup lo samapi bikin lo se istimewa ini. Gue cuma percaya satu hal, kalau di hati lo, lo masih punya cinta buat diri lo sendiri."

Chelsea mendongak,

"Chel, lo sadar gak sih. Lo itu istimewa banget, buat gue dan buat semua orang. Gak cuma cantik, lo juga cerdas dan punya jiwa sosial tinggi. Gak cuma menang di.akademis tapi juga hebat menjadi aktivis. Hal yang semua orang gak bisa. Lo pura pura, kalau semuanya baik baik aja. Dengan nyembunyiin setiap luka yang lo punya. Gue paham kenapa lo nolak gue Chel. Itu karena lo berkali kali dikhianati perasaan lo sendiri. Cinta yang lo punya gak bisa bikin lo bahagia justru sebaliknya, dan itu bikin lo nutup hati lo buat seseorang yang beneran suka sama lo. Tapi Chel, kalaupun lo emang gak bisa percaya sama oranglain. Lo bisa percaya sama gue."

"Gimana gue bisa perduli sama oranglain gas, saat gak ada yang perduli dan percaya sama gue."

"Gue perduli, dan sepenuhnya percaya sama lo Chel."

Chelsea sudah menangis sekarang,

"Gue takut ninggalin lo Chel. Satu sisi dari perasaan gue bilang, supaya gue tetep disini jagain lo. Tapi disisi lain, gue musti pergi buat ngejar impian gue."

"Lo harus pergi gas. Bikin gue percaya, seenggaknya sama lo. Bikin gue percaya kalau lo bener bener suka sama gue, sayang, perduli dan percaya sama gue. Kejar impian lo, dan buktiin ke gue, kalau lo adalah seseorang yang sengaja Tuhan beri buat gue. Bikin gue percaya sama itu gas." Chelsea menatap Bagas serius sekarang.

Bagas balik menatap Chelsea,

"Thanks Chel, buat waktu lo hari ini."

Thanks for read and vote
Salam
Cen

Dear, NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang