Good Bye

231 12 0
                                    







Bagas melihat jam yang melingkar di tangannya dengan gelisah. Pukul 7.56, sebentar lagi Bagas sudah harus pergi ke bandara tapi Chelsea belum juga menampakan batang hidungnya. Bagas mendengus tertahan, hingga seseorang berlari ke arahnya. Bagas menoleh, dan senyumnya mengembang mendapati seseorang yang ditunggunya.

"Gas.. Hhh.. Hh.. Sorry," ucap Chelsea dengan nafas ter-engah engah. Bagas tersenyum, dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.

"Chel, itu pemberian mama gue kemaren pas gue pamitan buat berangkat ke Singapura. Jaga itu buat gue ya. Benda itu, dan lo adalah alasan gue bertahan dan bikin gue buat segera nyelesain study gue disana. Itu berharga buat gue, dan gue percaya lo bisa jaga benda itu. Bye" hanya itu, untuk kemudian Bagas melambai, meninggalkan Chelsea disana.

"Gue bakal jaga benda ini gas. Percaya sama gue." ucap Chelsea tulus. Sekian lamanya, akhirnya Chelsea kembali menaruh kepercayaan kepada oranglain dan berharap darinya.

***

2 years later

Dengan memoles sedikit wajah cantiknya dengan make-up, gadis bermata cantik itu membiarkan dirinya tampil natural dengan balutan kebaya di tubuhnya.

Memandang sekilas wajahnya pada cermin, gadis tersebut mengembangkan senyum. Pada hari ini, akan banyak kebahagiaan yang menghampirinya, semoga.
Dua tahun berlalu tanpa kehadiran Bagas, Chelsea melalui hari harinya dengan baik. Walau beberapa kali terjatuh, Chelsea dapat mengatasinya. Kabar baiknya, ibu Chelsea sedikit demi sedikit mulai mengerti keadaan Chelsea. Sementara kakak laki-lakinya telah berkeluarga dan menjadikan jarak antar keduanya semakin pekat. Tapi, itu baik untuk Chelsea, karena dengan itu kakak lelakinya hampir tidak pernah lagi memarahi Chelsea, hanya kerinduan yang memenuhi rongga perasaannya. Dan baru baru ini, Chelsea baru tahu bahwa ia bukanlah kakak kandungnya, melainkan adalah kakak dari ibu yang berbeda dengan Chelsea. Lagi, adik lelaki Chelsea satu satunya, hari ini menemuinya setelah hampir 4 tahun ini mereka tidak pernah bertemu karena Chelsea yang sibuk dengan kuliahnya.
Adiknya itu pasti sudah besar sekarang. Dulu mereka seringkali bertengkar hanya karena chanel televisi. Ah, Chelsea benar benar merindukan adik lelakinya itu. Karena hanya dia satu satunya orang di keluarganya yang dapat Chelsea percaya, setelah almarhum ayahnya.

Chelsea memandang satu per satu teman temannya. Di ujung sana ada Angel yang sedang ber selfie ria dengan teman satu kost-annya, kemudian Marsha yang bercengkerama dengan ayah ibunya, ada juga teman satu kelasnya yang lain, teman dari satu organisasinya. Chelsea mengedarkan pandangannya, adiknya melambai kearah Chelsea dengan sebuket bunga di tangan kanannya. Dan ibunya, berdiri di samping kiri adiknya, Troy.
Chelsea berjalan menghampiri keduanya. Namun tetiba seseorang memegang pergelangan tangannya, Chelsea menoleh kemudian mengerutkan kening. Alfin? Tumben sekali pria bertubuh tinggi itu menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Chelsea, masih dengan kening yang berkerut.

"Aku mau menikahimu." bagai mendengar sambaran petir, Chelsea membelalakan matanya hingga bola matanya seperti hendak keluar dari tempatnya. Chelsea gelagapan dibuatnya,

"Kau gila?!" hanya itu yang bisa Chelsea ucapkan sekarang.

Alfin menggeleng,
"Aku sudah lama menahan diri untuk tidak masuk dalam kehidupanmu. Yang aku tahu, kau bukan tipe perempuan yang suka diajak senang senang selama pacaran. Jadi kupikir akan baik melamarmu sekarang." ucap Alfin.

Chelsea melongo dibuatnya. Sedetik kemudian, Chelsea menghembuskan nafas panjang.

"Alfin, kau tahu? Kau orang pertama yang berani melamarku dan di hari kelulusanku. Aku tidak mengerti apakah ini hadiah kelulusanku atau justru akan menjadi beban tambahan dalam perjalanan hidupku. Untuk sekarang, aku sungguh minta maaf aku tidak bisa menerimamu. Aku masih harus melanjutkan study-ku, dan kupikir kau tahu bahwa aku sebentar lagi akan terbang ke Korea untuk itu. Kupikir tadi Ms.W telah mengatakannya dengan sangat jelas. Dan Al, aku masih ingin menikmati masa mudaku. Usiaku baru 21, dan aku bahkan belum memberikan apapun untuk orang orang disekitarku. Al, ibarat aku adalah tas ber merek keluaran terbaru, maka kau adalah pelanggan. Kau hanya tertarik pada sesuatu yang tidak pernah kau jumpai sebelumnya. Aku bagai sebuah tas yang menarik perhatianmu, kemudian kau membeliku dan memajangku di rumah besarmu. Untuk sesaat, itu terlihat bagus, tapi lama kelamaan kau akan bosan dan bahkan membuangku. Pikirkan Al, apakah kau benar benar menyukaiku atau hanya tertarik kepadaku. Menikah bukan persoalan main main, masa depanmu taruhannya." ucap Chelsea dengan menepuk pelan pundak Alfin, membiarkan lelaki bertubuh tinggi itu terdiam di tempatnya.

Baru beberapa langkah, seseorang kembali menepuk pundak Chelsea. Chelsea sedikit tersentak, aroma parfumnya khas sekali. Chelsea menoleh dengan hati hati..
"Apa kau bahkan tidak mau mengucapkan selamat untukku?"  ucap Bagas dengan senyum di bibirnya. Chelsea membelalak.

"Bagas? Kenapa gue... Lo? Ada disini?"

"Hei, ini hari kelulusan buat lo, tentu gue ada disini. Aduh aduh, yang cumlaude, seneng ye.." ucap Bagas sambil memegang tanda yang menjelaskan bahwa Chelsea lulus dengan gelar cumlaude di bahunya. Chelsea masih tidak percaya dengan penglihatannya. Berkali kali Chelsea mengucek mata demi memastikan apakah matanya baik baik saja atau tidak.

"Jangan ngeliat gue kek gitu napa? Kayak ngeliat hantu aja lo. Ayo, gue ceritain kenapa gue ada disini." Chelsea menurut saja pada Bagas yang menarik pergelangan tangannya.

"Jadi sebenernya, gue bisa lulus bulan ini, cuma karena gue musti sidang dua kali disini sama di singapura, pembimbing gue ber inisiatif buat ngejadiin satu sidang gue dan lulus bulan depan. Toh, sama aja kan.. Cuma beda tiga bulan kelulusan lo sama gue, hehe. Dan karena urusan gue di Singapura udah selesai, ya gue pulang kesini buat ngurusin berkas sama pertanggung jawaban selama gue di kelas internasional." Chelsea mengangguk paham sekarang.

"Chel, apa perasaan lo sama gue udah berubah?"
Chelsea melumat bibirnya yang kering, kemudian merogoh saku bajunya. Chelsea menyerahkan sebuah bando bertuliskan nama Bagas, yang Bagas beri pada Chelsea dua tahun lalu. Bagas menatap benda mungil di tangannya tersebut.

"Gas, makasih lo udah percaya sama gue selama ini, lo juga bikin gue jadi manusia yang kembali bisa percaya sama oranglain. Lo ngerubah banyak hal dari hidup gue. Tapi gas, gue mesti pergi ke Korea setelah ini, gue dapet beasiswa buat ngelanjutin study gue disana dan gue gak mungkin sia sia-in kesempatan itu." Chelsea berhenti sejenak, untuk mengambil nafas dalam dalam.

"Karena itu, gue balikin lagi kepercayaan yang udah lo titipin ke gue. Karena gue gak bisa janji kali ini, apa gue masih bisa jaga kepercayaan lo soal perasaan gue atau enggak. Gue hidup bukan pada zaman penuh drama gas. Gue musti nampar diri gue tiap hari buat sadar apakah gue layak atau enggak, sebagai perempuan khususnya. Untuk itu gas, gue balikin kepercayaan lo sama gue.

Chelsea berdiri dari tempat duduknya, untuk kemudian melangkah jauh meninggalkan Bagas yang termangu menatap kepergian Chelsea.
Chelsea mengacak rambutnya frustasi, hari ini ia sudah mematahkan hati dua pria tampan di kampusnya. Entah karma apa yang besok akan menghampirinya.

Good bye, gas...

Thanks for read and vote
Salam
Cen

Dear, NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang