Artikel Update!
❝Apa gue bilang, Mark itu cuman modal tampang!❞ seseorang bergosip heboh di belakang gue, pasti perkumpulan cewe-cewe sialan itu lagi.
❝Tampang? Duh komuk ala pantatnya Chanyeol ae belagu najis.❞ sambung gadis lainnya.
Dengan sangat sabar gue tetap diam di meja kantin, berupaya tutup telinga sebisa mungkin.
Tapi mereka malah makin menjadi-jadi.
❝Udah lah, artis macem Mark tuh enaknya dikeluarin SM. Gak guna!❞
Dari kejauhan, seorang gadis lainnya mendatangi meja mereka dengan semangkuk mie panas.
Dalam hitungan detik mie itu sudah mendarat dengan mulus di atas tiga kepala gadis sialan tadi, si empunya ngomong, ❝Jangan bacot-bacot aja lo! Emang lo lo pada udah bisa ngapain hah? Bisa jadi artis juga? Jadi trainee aja maybe kalian bertiga ditolak mentah-mentah!❞ sembur gadis itu dengan wajah yang berapi-api.
Salah satu dari ketiga gadis itu berdiri sambil menghentakkan tangannya sekeras mungkin pada meja kantin, ❝Mulut-mulut kita! Masalah lo apa bangsat?!❞
❝Mie-mie gue juga kan? Jadi terserah gue mau buangnya kemana, kan?!❞ balas Sienna, 17 tahun kamtib bagian kemanan yang hobi makan bon cabe.
Gadis kedua berdiri, ❝Tapi lo buangnya ke kepala kita-kita! Ngerti nggak sih?!❞
Intinya, mereka ngomong udah nggak nyante.
Selanjutnya Sienna menendang meja kantin itu lalu berteriak dengan lantang, ❝Dan kalian ngegosipin yang enggak-enggak tentang idola gue, ngerti nggak sih?!❞ balas gadis itu.
Setiap hari, ini bagaikan dejavu. Kata orang, artis itu nggak akan sukses tanpa haters. Bukan artis namanya kalau nggak punya haters. Tapi coba bayangkan, kalau seandainya Mark mendengar dengan telinganya sendiri omongan gadis-gadis lain diluar sana yang menganggap dirinya buruk dan tidak pantas jadi idola semua orang, bagaimana?
Mark will be broke, and thinking about thats judges all the time. And then oneday, he will be crazy.