8. Delapan

143 25 0
                                    


Jika kemaren Kenzie di dekati banyak gadis maka saat ini Trishalah yang mengalaminya, bukan sesama gadis melainkan lelaki yang kini juga menanyakan pertanyaan yang sama.

"Nama lo Trisha?"

Trisha mengangguk, gadis itu tersenyum saat pertanyaan-pertanyaan diluncurkan untuknya.

Tidak seperti Kenzie yang risih dengan kerumunan, Trisha malah tersenyum seakan ia senang mendapat perlakuan seperti saat ini. Karena apa yang ia dapati adalah hal baru yang bahkan tidak pernah ia temui dalam rentang waktu 17 tahun.

Kerumanan itu tidak bertahan lama saat Kenzie menggebrak mejanya. Lelaki itu tidak peduli seberapa banyak tatapan tajam mengarah kepadanya. Ia tetap menarik Trisha agar terbebas dari kerumunan.

"Maaf ya," ujar Trisha saat Kenzie menariknya keluar dari kelas.

"Seru ya, Ken."

Kenzie menggeleng mendengar pernyataan Trisha. Lelaki itu terus menariknya pelan untuk mengikuti langkahnya menuju kantin. Ada berbagai macam pendapat yang dilontarkan ke arah mereka berdua.

"Dengerin gue, jangan bicara dengan siapapun apalagi dia cowok," ujar Kenzie yang telah duduk di bangku kantin.

"Kenapa?"

"Mereka berbahaya," ujar Kenzie tenang.

Trisha memutar bola matanya. Gadis itu tahu bahwa Kenzie telah berbohong kepadanya. Namun ia tidak menyangkal ucapan Kenzie karena saat ini ia menemukan Bima sedang duduk di bangku pojok kantin bersama gadis yang tadi menyita perhatiannya.

Tanpa menunggu lagi, gadis itu melangkah mendekati Bima. Duduk di sebelah lelaki itu tanpa mempedulikan Andin yang kini menatapnya heran.

"Hai, Bim, tau nggak tadi masa gue disamperin gitu sama cowok-cowok." Trisha mengungkapkan segala rasa senang yang sedari tadi dipendamnya. Ia tidak peduli walaupun tadi Bima terang-terangan melakukan penolakan atas kehadirannya di sekolah ini.

"Lo lagi makan apa si?" tanya Trisha saat menyadari Bima tidak mempedulikan ceritanya. Gadis itu telah merebut sendok Bima dan memasukan kemulutnya. Sejenak ia terdiam namun detik berikutnya gadis itu melakukan kegiatan itu lagi.

Bima sendiri, lelaki itu tidak mempedulikan Trisha yang masih menginvasi makanannya. Ia tidak keberatan dengan tingkah Trisha terlebih ia tidak mau menciptakan keributan ataupun mendorong gadis itu menjauh.

Suapan ketiga gagal saat Andin dengan geramnya membuang sendok yang ada di genggaman Trisha. Gadis itu mendongak melihat siapa yang berani membuang sendok yang tadi digunakannya.

"Siapa si lo?" tanya Andin.

Mendapati sendok yang tadi digenggamnya menghilang, membuat Trisha menatap Andin marah. Gadis itu menjambak rambut Andin kasar. Membuat pekikan tertahan dari orang yang dijambaknya.

"Aw," rintih Andin ketika Trisha semakin kuat menarik rambutya.

Tanpa menunggu detik berikutnya, tangan Trisha telah terlepas dari rambut Andin.

"Jangan sentuh dia," ujar Bima tajam, lelaki itu masih mencekal tangan Trisha.

"Dia ngebuang sendok gue," bela Trisha pada dirinya sendiri.

Bima menyentakkan tangan Trisha kasar, Lelaki itu berdiri mengajak serta Andin untuk mengikutinya. "Kalo lo nggak mau dapet masalah, mending lo balik ke zona nyaman lo."

=== Delusi Waktu ===

"Tolak aja gue ribuan kali di sini, Bim," ucapan itu terlontar saat Bima berdiri di depan mejanya.

"Gue nggak akan pergi, gue mau deket sama lo," lanjut Trisha, gadis itu menunjuk Andin dengan dagunya. "Gue nggak suka ngeliat lo deket dia."

"Kalo lo emang nggak suka liat gue deket sama Bima, ya lo nggak perlu duduk di bangku gue," sahut Andin.

Mendengar tantangan membuat Trisha berdiri dari posisi duduknya. "Ini bukan bangku lo, ini bangku milik sekolah, dan nggak ada haknya lo ngeklaim ini."

Andin berdecak. "Gue yang lebih dulu duduk di situ."

"Gue yang lebih dulu kenal Bima."

Andin diam. Gadis itu tidak dapat membalik kata-kata Trisha. Sebagai gantinya ia menatap Bima, menuntut penjelasan dari apa yang baru saja Trisha ucapkan. Namun lelaki itu hanya diam tanpa mau mengucapkan sepatah katapun.

Lama keterdiaman menjadi milik Bima, sebelum akhirnya ia berucap. "Gue nggak kenal dia." Lelaki itu duduk di bangkunya, tak mengacuhkan Trisha yang kini mentapnya tercengang.

"Berhenti bertingkah seakan lo kenal gue," ujar Bima sekali lagi. Lelaki itu memberi kode agar Andin segera duduk di sampingnya.

Mengerti itu membuat Andin melangkah dengan kemenangan ke arah Trisha yang masih betah berdiri di depan bangkunya.

"Lo nggak malu?" tanya Andin datar. "Mending lo minggir deh sebelum gue seret lo."

"Bim," panggil Trisha tak percaya. Lelaki itu seakan tak mendengar panggilannya.

Kenzie menarik Trisha agar ia duduk di bangkunya sendiri. Pelan ia berbisik. "Ada gue di sini."

=== Delusi Waktu ===

11 Agustus 2017

Delusi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang