13. Tiga Belas

118 25 0
                                    

Kenzie menyerobot snack di tangan Bima, ia mendudukan tubuhnya di samping lelaki itu. Kenzie tidak peduli menanggapi tatapan tak bersahabat dari Bima, ia hanya santai sembari menonton tv.

"Trisha tadi pinsan," ujar Kenzie tanpa diminta. "Itu alasan kenapa gue pulang telat."

Bima terkejut atas ucapan Kenzie, namun hanya sekejap karena kini ia memasang wajah datarnya lagi.

"Lo yakin mau terus cuekin dia?"

Bima tidak menjawab, ia hanya memfokuskan pandanganya ke arah tv yang sedang menyala. Ia berusaha keras untuk tidak menyahuti Kenzie.

"Dia cantik," ujar Kenzie. "Saat matanya terpejam."

Mendengar itu mampu membuat Bima menatap tajam ke arah Kenzie. Tanpa ucapan pun hal itu mampu membuat Kenzie tersenyum menang. Akhirnya ia bisa membuat Bima tak lagi bersikap tak acuh.

"Andaikan gue bisa ngecup bibirnya," lanjut Kenzie tanpa mempedulikan rahang Bima yang telah mengatup kaku. "Gue bisa aja si, tapi lo tau kan. Lebih bagus kalo dia sadar."

Hilang sudah semua sikap tak acuh Bima mendengar penuturan itu. Dicengkramnya kerah kemeja Kenzie, dibawa sertanya lelaki itu berdiri.

BUG!!!

Satu hantaman itu dilayangkan Bima untuk Kenzie, membuat lelaki itu tersungkur ke lantai. Namun, Kenzie tak keberatan menerimanya, ia senang karena kini ia tahu apa yang bisa membuat Bima kembali kesifat aslinya.

=== Delusi Waktu ===

Bima terdiam ketika melihat mata Trisha terpejam. Ia menghela nafas pelan, tangannya menyentuh kening gadis itu. Memastikan bahwa saat ini Trisha baik-baik saja.

Sungguh ini bukanlah kemauanya untuk bersikap tak peduli kepada Trisha. Ia hanya tak mau lagi membuat gadis itu seperti bonekanya. Bima sadar atas apa yang telah ia lakukan kepada gadis itu selama bertahun-tahun. Ia salah telah membuat Trisha beranggapan bahwa ia hanyalah bonekanya.

Sekalipun, tak pernah terlintas di fikiran Bima, bahwa ia menganggap Trisha demikian. Ia hanya tak mau Trisha merasakan sakit yang luar biasa ketika semua orang benar-benar tak menerimanya. Saat itu terjadi Bima berjanji kepada dirinya sendiri, lelaki itu adalah orang pertama yang akan melindungi Trisha dan tak akan pernah pergi.

Diusapnya pelan kepala Trisha, saat itulah mata Trisha terbuka.

"Bim?" tanya Trisha pelan. Jelas sekali bahwa gadis itu tidak sadar seratus persen.

"Gue di sini," ujar Bima pelan.

Trisha tersenyum mendengar itu, ia menarik tangan Bima untuk dipeluknya. "Gue takut ini cuma mimpi."

Mata Trisha kembali terpejam, sadar atau tidak gadis itu terus memeluk tangan Bima tanpa sedetik pun melepaskannya.

Bima menerawang ke arah balkon kamar Trisha. Sekalipun Trisha tak pernah membukanya jika malam, terlebih gadis ini pinsan dari sore, itu artinya ia tak akan sanggup membuka pintu balkon.

Mengerti ada sesuatu yang aneh, membuat Bima berdiri, namun langkahnya terhenti ketika seorang gadis terlebih dahulu menampakkan dirinya. Berjalan pelan ke arah Bima yang hanya menatapnya diam.

"Gue pingin lo cerita," ujar Andin lirih.

=== Delusi Waktu ===

Marah, itulah yang Trisha rasakan saat ia melihat Andin duduk di samping Bima. Kalo saja bisa, ingin rasanya ia melenyapkan Andin saat ini juga. Namun, gadis itu sadar bahwa ini masih pagi bahkan jam pelajaran pun belum dimulai.

Trisha mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, gadis itu hanya memasang muka datar tanpa mau menoleh ke belakang. Ia tidak mau peduli apa yang sedang mereka berdua lakukan. Dalam hatinya Trisha menggerutu, dirinya mengingat apa yang tadi malam ia saksikan. Namun sekali lagi, Trisha harus menganggap kehadiran Bima semalam hanyalah mimpinya karena sikap lelaki itu, masih saja seperti kemarin.

"Pagi, Sha." Kenzie datang entah darimana. Lelaki itu merangkul Trisha tanpa mempedulikan bagaiamana reaksinya.

"Pagi, Ken. Udah sehat?"

"Eits..." Kenzie merajuk mendengar pertanyaan itu. "Kode banget si lo."

Trisha tersenyum ketik melihat raut wajah Kenzie yang sarat akan kekesalan.

"Udah baikan, lo?" tanya Kenzie pada akhirnya.

"Udah," jawab Trisha cepat.

"Lagian lo si, ngapain juga lo pake pinsan segala," ujar Kenzie. "Ujan-ujanan dikit aja bisa pinsan."

"Apa!"

Itu bukan suara Trisha, itu suara Bima yang kini telah berdiri dari posisi duduknya. Terang saja suara itu membuat Trisha dan Kenzie menoleh. Mereka berdua menaikan alisnya secara bersamaan. Sungguh dalam obrolan itu tidak ada sedikitpun yang menyangkut tentang Bima. Lalu kenapa lelaki itu seakan terkejut?

"Apa?" tanya Kenzie saat Bima menatapnya tajam.

"Hujan-hujanan?" tanya Bima.

Kenzie menjawabnya dengan anggukan sebelum ia kembali menatap Trisha.

"Lo sadar apa yang udah lo lakukan?" tanya Bima sekali lagi, membuat Kenzie harus kembali memfokuskan pandangannya ke arah Bima.

"Apa dah, lo nggak jelas," sahut Kenzie malas.

"Ngapain lo ngajak dia hujan-hujanan?"

Kenzie menaikan alisnya. "Ya nggak ada alasan, emang hujan gimana lagi? Kayak lo nggak pernah hujan-hujanan."

"Kenapa lo mesti bawa dia juga?"

"Yaelah, Bim. Nggak usah rempong kek emak-emak ngapa? Semua orang juga pernah hujan-hujanan." Kenzie menatap kesal. Ia beralih menatap Andin. "Ya nggak, Ndin?"

Merasa namanya dipanggil gadis itu hanya mengangguk tanpa tau apa yang menjadi pertanyaan.

"Noh, cewek lo aja pernah, kenapa lo malah sewot ke Trisha, harusnya kalo lo emang nggak suka, tinggal bilang ke cewek lo itu."

Mendengar bahwa dirinya disebut, membuat Andin megerjapkan matanya. Gadis itu berdiri seakan ingin menjelaskan bahwa apa yang Kenzie ucapkan itu salah. "Gue bukan-"

"Lo bener, seharusnya gue bilangin cewek gue aja." Bima menyela kata-kata Andin sebelum ia menarik gadis itu untuk megikutinya keluar kelas.

Trisha yang sedari tadi tidak mengeluarkan komentar, kini mengerjap beberapa kali untuk mencerna apa yang baru saja terjadi di hadapanya. Ia bertanya pada dirinya, apakah benar, Bima dan Andin mempunyai hubungan sedekat itu? Sedikitpun dia tidak tau bahwa Bima dekat dengan gadis selain dirinya, mengingat bahwa lelaki itu sangat dingin terhadap lingkungannya.

"Gue cemburu," ujar Trisha singkat.

Kenzie menoleh ke arah Trisha, ia menundukkan kepalanya. "Nggak perlu. Cemburu hanya untuk orang-orang yang mencintai."

=== Delusi Waktu ===

21 November 2017

Delusi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang