11. Sebelas

135 24 0
                                    


Trisha menatap bola yang berada di tangannya. Ia sering melihat bola berwarna orange di tv, tapi ia belum pernah memegang apalagi memainkannya sebelum hari ini. Gadis itu menoleh untuk mencari keberadaan Bima. Namun lelaki itu sedang asik memainkannya bersama Kenzie.

Blash!

Bola di tangan Trisha terlepas dari genggamanya, membuat gadis itu mencari orang yang berani menjatuhkan bolanya. Seketika itu juga, Trisha menatap sebal ke arah Andin yang kini sedang mendribble bola basket.

"Kalo cuma di pandang, ni bola nggak akan gerak," ujar Andin seakan menjawab plototan Trisha.

"Balikin," perintah Trisha yang tanganya terulur untuk meminta bola.

Andin menggeleng, gadis itu berlari menjauh. "Rebut kalo bisa."

Mendapat tantangan membuat Trisha berlari mengejar Andin. Meskipun Andin tidak berlari cepat, nyatanya Trisha juga tidak bisa merebut bola yang sedari tadi dimainkan oleh gadis di hadapannya.

"Mau lo apa sih?" tanya Trisha sebal.

Andin tersenyum mendengar itu. Ia kembali berlari ke arah ring basket. Gadis itu mengangkat tanganya siap melemparkan bola basket ke arah ring.

"Main," ujar Andin setelah bola yang tadi dilemparnya masuk mulus ke dalam ring.

Andin kembali mengambil bola yang memantul ke bawah, gadis itu mendekat ke arah Trisha. "Lo bisa?" tanya Andin.

"Bisalah," jawab Trisha enteng, gadis itu sudah melipat tanganya di depan dada.

Mendapati jawaban itu membuat Andin berlari menjauh dari Trisha. Tepat lima meter dari jarak trisha berdiri. Gadis itu berteriak.

"Tangkap!" teriaknya sembari melemparkan bola basket ke arah Trisha.

Mengerti bahwa dirinya yang dimaksud Andin membuat Trisha menurunkan tanganya. Ia tidak tahu bagiamana menangkap bola yang kini melaju ke arahnya dengan cepat. Tahu bahwa dirinya tidak akan bisa menangkap bola dari Andin membuatnya menyilangkan tangan di depan kepala.

Tindakan yang dilakukan Trisha adalah sia-sia, karena Andin sengaja melemparnya dengan kencang. Membuat laju bolanya cepat dan menghantam tangan Trisha. Gadis itu jatuh terduduk dengan pekikan yang ia keluarkan.

Andin menaikan alisnya ketika melihat tingkah Trisha yang tak bisa menangkap bola darinya. "Apa banget dah," ujarnya kesal.

Tentu saja pekikan Trisha dapat terdengar oleh orang-orang yang berada di lapangan basket. Seketika semuanya telah mengerubungi gadis itu tak terkecuali Bima, yang kini telah membawa serta Trisha dalam gendongannya.

Andin mengaduh saat seseorang menjitak kepalanya. Gadis itu menoleh ke arah orang yang berani melakukan tindakan itu.

"Sengaja banget ya," ujar Kenzie.

"Apa si, main jitak orang aja, ini kepala bukan batok kelapa," sahut Andin.

"Tu anak juga orang, bukan papan tembak," balas Kenzie menunjuk Trisha yang masih berada dalam gendongan Bima.

Andin berdecak sebal menyaksikan itu, dari sekian banyaknya orang kenapa harus Bima yang menggendongnya.

"Mana gue tau dia nggak bisa main basket," bela Andin saat Kenzie menatapnya dengan tatapan menuntut.

***

Trisha terdiam dalam gendongan Bima. Walaupun Bima sering melakukannya, namun kali ini ia merasa asing. Gadis itu hanya diam tanpa mau berkata sepatah katapun. Entah mengapa dirinya tahu satu kata saja keluar dari mulutnya, bisa membuat Bima menurunkannya saat ini juga.

"Yang nyuruh lo ikutan olahraga siapa?" tanya Bima saat lelaki itu mendudukan Trisha di ranjang yang berada di UKS.

Lama tak ditemuinya jawaban yang keluar dari mulut Trisha, membuat Bima berdecak kesal menyaksikan gadis di depannya ini hanya menunduk. Bagi Bima, keterdiaman Trisha adalah sebuah ketakutan. Lelaki itu tau bahwa saat ini Trisha merasa enggan untuk berbicara, terlebih dengannya.

Mengerti bahwa gadis itu tidak akan menjawab pertanyaannya, membuat Bima berdiri. Tepat saat Bima mulai melangkah untuk meninggalkan UKS. Sebuah tangan mencegahnya, seakan menarik Bima keposisi sebelumnya.

"Jangan tinggalin gue lagi," ujar Trisha masih dengan wajah yang tertunduk.

Bima diam, baginya tidak ada yang perlu dijawab dari ucapan Trisha barusan.

"Jangan bersikap cuek lagi," lanjut Trisha.

"Kalo gue nyuruh lo kembali ke zona nyaman lo, lo mau?" tanya Bima sembari memutar tubuhnya menghadap Trisha.

Trisha mendongak, ia menatap kedua mata elang Bima yang seakan menusuknya. "Kenapa lo sealu ngelarang gue untuk sekolah?" tanya Trisha.

"Bim, gue bisa jaga diri kalo itu yang lo khawatirin."

"Jaga diri?" tanya Bima, lelaki itu tersenyum meremehkan. "Jatuh di lapangan basket seperti tadi, itu namanya bisa jaga diri?"

"Kalo lo belum bisa kembali ke zona nyaman lo, gue juga nggak bisa kembali kayak dulu lagi," final Bima sebelum meninggalkan Trisha dengan segala pertanyaan terpendam.

=== Delusi Waktu ===

2 Oktober 2017

Delusi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang