PROLOG

935 69 7
                                    


PROLOG

Adakalanya sebuah harapan berbaur dengan imajinasi tinggi yang menjadikannya tampak begitu nyata. Membaur bersama cerita yang terbawa dalam mimpi dan mengharapkan sebuah keinginan untuk dicapai meskipun tau itu hanyalah delusi semata.

Sama halnya dengan Trisha Afriani, gadis berusia 17 tahun yang memiliki harapannya sendiri. Suatu keinginan yang menjadikan sebuah angan tertulis dalam sebuah cerita. Cerita yang membawanya seakan terlibat dalam alur kisahnya.

"Kenapa lo selalu ngeliat langit?" tanya seseorang di sampingnya.

Trisha mendengus. Ia kesal kepada seseorang yang berani menanyakan pertanyaan itu berulang kali. Membuatnya jengah ketika harus menjawab dengan jawaban yang sama. "Abimayu Nagendra. Bisa nggak lo rekam aja jawaban yang udah pasti keluar dari mulut gue."

Bima tertawa ketika mendapati kekesalan sahabat karibnya itu. "Gue Cuma tanya, Sha. Salah?"

"Ya enggak. Tapi pertanyaan lo itu termasuk dari jajaran pertanyaan yang selalu lo ulangi setiap harinya," kesal Trisha.

Bima terdiam. Rahang tegasnya mengeras, seakan memikirkan sesuatu dari ucapan Trisha. Lama, dibiarkannya detik waktu berlalu begitu saja. Lelaki itu menatap kearah langit, berharap apa yang dinantikan sahabat kecilnya itu bisa terwujud di malam terakhirnya.

"Sha," panggil Bima lirih.

"Hm?"

"Lo udah nyelesein novel lo?" Pertanyaan itu entah kenapa terlintas dalam pikiran Bima.

Trisha tersenyum sumringah. "Udah. Tinggal nulis kata end. Dan Boom semuanya berakhir."

"Semuanya," gumam Bima untuk dirinya sendiri. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat seakan menegaskan betapa perihnya kata-kata itu.

"Bintang jatuh," pekik Trisha saat benda langit yang jaraknya ribuan tahun cahaya dari bumi itu melintas membentuk binaran cerah nan indah di cakrawala malam.

"Gue berharap persahabatan gue dan Bima bisa berjalan abadi meskipun terpotong tali kematian," ucap Trisha tulus. Namun, Bima segera menatap gadis itu dengan tatapan mata sendu. Kalo bisa, ia ingin membungkam mulut sahabatnya sekarang juga. Memberikan penjelasan bahwa permintaanya itu berbahaya.

 === Delusi Waktu ===

NB: Dari sebuah kota, aku selalu memikirkanmu.

31 Agustus 2016.

Delusi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang