Paginya aku bangun, keluar untuk mandi dan mencari sarapan di sekitar penginapan. Kebetulan dekat dengan pasar, sehingga banyak sekali pedagang makanan disini.
Aku membeli nasi bungkus, dan sempol.
Sempol adalah makanan yang rasanya seperti nugget, otak-otak. Akujuga membeli martabak mini rasa keju coklat. Aku bertemu dengan Yudha yang juga sedang mencari makanan, sambil mencari untuk oleh oleh katanya.
Kata pak Warno, makanan khas Malang ya apel, atau pisang. Aku lebih memilih apel, dan akan lebih murah dan segar jika membeli apel langsung di petani nya. Aku mengunjungi petani apel Malang yang jaraknya 15 menit jika ditempuh jalan kaki, membeli 2 kilogram apel untuk dibagikan di Bandung sana.
Setelahnya kami membeli pernak-pernik mengenai Semeru, baju, gantungan kunci, stiker, dan lainnya.
Uangku sudah mulai menipis, walaupun tiket kereta sudah kubeli saat awal berangkat, tapi tetap saja perlu adanya cadangan, barangkali ada keperluan yang tidak terduga.
Menjelang sore, aku berpamitan kepada Pak Warno dan Istrinya, memberi sedikit uang dalam amplop dan kepada anaknya, untuk jajan mu kataku pada anaknya.
"Kalau kamu sudah besar, kamu harus ke Bandung" imbuhku pada anaknya.
Dia balas dengan senyum dan ucapan terimakasih olehnya. Tak lupa juga aku ucapkan terimakasih, atas diijinkannya menginap semalam, atas cerita yang dibagikan kepadaku, atas dibuatkannya kopi asli Malang.
Aku kembali jalan, mencari angkutan umum untuk bisa menujun stasiun Malang.
Rasanya sudah tidak sabar, ingin segera bertemu dengan orang yang menunggu kami dirumah, menebus segala kekhawatiran mereka dengan keselamatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Mahameru.
PrzygodoweIni mengenai perjalananku ke Semeru 2015 lalu, yang merubah sebagian dari pola pikirku. Juga mengenai pembelajaran yang Semeru ajarkan kepadaku dalam diam nya. Semoga kelak kalian dapat kesana, dan aku yakin kalian pun mencintainya, sama sepertiku.