2/10

274 25 14
                                    

Yuk di vote dulu, biar authornya seneng..

Happy reading..

Kyungsoo menggerakkan jemarinya untuk menekan beberapa digit password apartemen miliknya.

Tingg...

Sebuah dentingan menandakan bahwa pintu terbuka. Dengan cekatan, Kyungsoo meraih gagang pintu dan memutarnya. Kyungsoo melangkahkan kakinya masuk.

"Aku pulang," teriak Kyungsoo sembari mengganti sepatunya dengan sandal rumahan.

Nyonya Do menyambut anaknya dengan seulas senyum.

"Wah, kau sudah pulang ternyata," kata Nyonya Do.

"Eomma harus pergi sebentar, makanannya sudah eomma siapkan di meja makan," terang Nyonya Do kemudian menyambar tas miliknya.

"Nde eomma," balas Kyungsoo sebelum Nyonya Do pergi meninggalkan apartemen.

Kyungsoo segera mengganti baju dan menikmati makanannya. Setelah itu ia merebahkan dirinya disofa.

Tingtong..

Suara bel apartemen membuyarkan lamunan Kyungsoo. Kyungsoo bangun dan membuka pintu.
Dia membulatkan matanya sesaat setelah pintu terbuka dan menampilkan sosok yang ada di pikirannya akhir akhir ini.

Sohyun langsung menghambur memeluk tubuh Kyungsoo. Kyungsoo mengernyit bingung, namun ia memilih membalas pelukan Sohyun.

"Mianhe, Kyungsoo-ya," ucap Sohyun pelan dengan sedikit isakan.

Gadis itu terus menangis dan mengucapkan kata maaf. Perlahan Kyungsoo melepaskan dekapannya, sorot mata Kyungsoo beralih untuk menatap mata Sohyun. Keduanya beradu pandang cukup lama, hingga akhirnya Kyungsoo buka suara.

"Uljima," Kyungsoo menghapus air mata Sohyun dengan ibu jarinya.

"Maaf karena aku telah salah paham kepadamu, Maaf karena aku tidak bisa memahami posisimu, maaf karena aku marah padamu, maaf karena-" ucapan Sohyun tercekat, karena jari telunjuk Kyungsoo terlebih dulu mendarat sempurna di bibir Sohyun.

"Kau tidak perlu meminta maaf,"

Kyungsoo tersenyum. Ia merengkuh tubuh mungil Sohyun, membawa gadis itu kedekapannya.

*****

"Sohyun, bolehkan aku menanyakan satu hal?" Tanya Kyungsoo.

Mereka sekarang berada di Sungai Han dibangku yang sama dengan terakhir kali mereka mengunjungi tempat ini. Kyungsoo menatap Sohyun intens.

"Katakan!" Perintah Sohyun tanpa mengalihkan pandangannya.

Walaupun ini kali keduanya duduk ditempat ini, namun dia masih kagum dengan semua yang ada disini. Tuhan sangat teliti, setiap detail tempat ini Dia ciptakan mendekati sempurna. Setiap guratannya sangat indah, membuat siapa saja akan cemburu pada keelokan Sungai Han.

"Mengapa kau selalu menerima semua perlakuan buruk ibumu?"

Kyungsoo masih memandang Sohyun, memperhatikan setiap lekuk garis wajahnya yang menurut Kyungsoo begitu cantik. Sohyun menerawang jauh kedepan.

"Karena dia ibuku," jawab Sohyun singkat namun sanggup membuat kedua alis Kyungsoo bertautan

Sohyun menghiraukan gemerisik angin yang sedang menggodanya dengan menerbangkan anak rambutnya. Dia larut dengan semua keindahan yang tempat ini torehkan. Tempat ini seakan memberikan ketenangan bagi siapa saja yang mengunjunginya.

Sohyun melanjutkan kalimatnya. Kyungsoo diam seakan paham jika Sohyun ingin mengeluarkan apa yang selama ini dipendamnya.

"Yang aku rasakan saat ini bukanlah rasa sakit, ini adalah sebuah bukti kasih sayang ibuku,"

"Jika orang lain tahu bagaimana kisah hidupku, aku yakin mereka semua pasti akan menganggap ibuku orang jahat. Benar bukan? Padahal, apa yang tampak belum tentu benar,"

"Bukankah asap muncul karena ada api? Sama, ibuku juga punya alasan untuk melakukan semua hal itu padaku,"

"Dulu sewaktu ayahku meninggalkan kami. Demi melanjutkan hidupnya yang baru, ibuku harus mengemban 2 tugas sekaligus. Saat itu usiaku sekitar 5 tahun. Ibuku yang hanya seorang ibu rumah tangga tanpa pendapatan, harus membanting tulang untuk memenuhi semua kebutuhan kami,"

"Selain itu ia juga harus memenuhi kewajibannya untuk mengurusku yang masih kecil. Bukan hal yang mudahkan? Tapi ia berhasil melakukan semua itu, buktinya kami bisa bangkit saat ini,"

"Yang ia inginkan hanya agar aku bisa sukses, menjalani hidupku tanpa bergantung pada orang lain. Ibuku tidak ingin aku menjalani kehidupan yang sama dengan yang dia alami dulu. Bergantung pada seseorang dan tiba tiba orang itu hilang dari hidupmu dan meninggalkan semua kewajibannya. Ibuku ingin aku bahagia," jelas Sohyun panjang lebar tanpa sadar sudut matanya telah terlebih dahulu meneteskan cairan bening.

Kyungsoo benar benar kagum dengan sosok disampingnya. Dia bisa bertahan walau jalan hidupnya bisa dibilang tidaklah mudah. Benar kata Sohyun, tidak akan ada asap tanpa ada api. Semua hal pasti punya alasan. Namun kadang orang justru mengabaikan hal itu, terlebih dulu menilai mana yang baik dan mana yang buruk  dengan hanya melihat apa yang tampak. Kyungsoo beruntung karena menyukai gadis setegar Sohyun.

Kyungsoo segera menggenggam tangan gadis itu, memberi kekuatan dan ketenangan melalui sela sela jemarinya yang telah tertaut. Perlahan, ia membelai lembut surai Sohyun.

Kyungsoo lantas menggerakkan tangannya untuk menuntun kepala Sohyun bersandar dibahunya. Kyungsoo membiarkan Sohyun menumpahkan semua air matanya, membiarkan kemejanya basah akan air mata milik gadis itu.

Tak ada niatan sedikitpun dihati Kyungsoo untuk meredakan isak tangis Sohyun. Sekali lagi, Kyungsoo ingin membiarkan gadis itu menumpahkan semua hal yang dipendamnya, dan berharap tidak akan ada lagi setetes air mata yang menggenang dipelupuk mata Sohyun, gadis yang amat dia cintai.

Final?

Haloo teman teman..
Gimana puas gak sama endingnya?
Ini belum tentu jadi ending loh.. kalo kalian pengen lanjut aku bakal lanjutin dan gak jadi buat part ini sebagai ending. Tergantung sama dukungan kalian sih.. maksudnya apa gunanya buat cerita kalo nggak ada yang ngedukung.

Jadi, aku minta pendapat kalian, apakah kalian pengen cerita ini selesai sampai disini atau pengen cerita ini diterusin?

Aku mah ngikut pendapat terbanyak ajaa..

Salam.. MiraAyumi.

Gomawo, Mianhe, SaranghaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang