Bab 1

1.4K 107 5
                                    

Riuh suara menggema di salah satu ruang kelas sekolah menengah atas SM. Kelas yang dihuni sekitar 30 siswa siswi tersebut terlihat kacau balau. Beberapa diantara siswa siswi tersebut tengah membuat kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok memiliki kegiatan masing-masing, diantaranya menonton film, bergosip, bernyanyi, bahkan menjahili satu sama lain. Sedang sisanya hanya duduk diam di bangku masing-masing.

Salah seorang siswi berambut coklat ikal menghembuskan nafas kesal, siswi tersebut merasa terganggu karena keributan yang disebabkan oleh teman-teman kelasnya.

Gadis itu kemudian menatap satu persatu teman kelasnya hingga matanya tertuju pada seorang siswa yang tengah tertidur pulas dibangkunya. Ia sedikit heran pada temannya itu pasalnya siswa yang menjabat sebagai ketua kelas tersebut dapat tertidur pulas ditengah keributan ini.

Gadis itu segera menuju bangku sang ketua kelas berharap ketua kelasnya itu bisa meredakan keributan yang terjadi. Walau dalam hati,  ia merasa ragu jika sang ketua kelas dapat diandalkan.

"Oh Sehun bangun!"

Sayang. Gadis itu hanya mendapat angin lalu pasalnya sang ketua kelas Oh Sehun tidak merespon sama sekali panggilannya. Tidak tinggal diam, ia pun mencoba mendang-nendang kecil kaki Sehun berharap laki-laki itu bangun. Namun, tak ada respon berarti yang didapatnya.

Gadis itu mulai kehabisan kesabaran, ia mengulurkan tangan untuk menyentuh pundak Sehun, Namun diurungkan niatnya. Tidak ingin menyerah, ia kemudian beralih pada seorang sisiwa bermata bulat yang sedang asik membaca komik di bangku yang berada disamping Sehun.

Sebenarnya Gadis itu sangat malas untuk berurusan dengan siswa bermata bulat itu yang notabene adalah saingannya di kelas. Tapi mau bagaimana lagi, dia membutuhkan laki-laki itu untuk membangunkan Sehun.

Tok... Tok

Siswa bermata bulat itu mengalihkan atensinya dari komik didepannya. Alisnya terangkat saat melihat orang yang begitu dikenalnya.

"Oh? Wendy Son. Si peringkat dua."

Memutar bola matanya jengah. Son Wendy, siswi berambut coklat itu kesal mendengar julukan itu dari saingannya ditambah ekspresi kaget yang dibuat-buat laki-laki itu saat berkata demikian, membuat Wendy ingin mencolok kedua mata bulatnya karena gemas. Inilah yang membuat ia malas untuk berurusan dengan laki-laki itu.

"Ya! Do Kyung-soo. Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu."

Senyum mengejek tercipta di bibir Do Kyung-soo. Laki-laki itu melipat tangannya di depan dada menikmati raut wajah kesal Wendy. Hal itu merupakan hiburan tersendiri bagi Kyungsoo. Senang rasanya bisa menjahili gadis itu.

"Ada apa?"

Wendy menormalkan raut wajahnya. Tapi dia sedikit risih karena Kyung-soo menatapnya. Menatapnya dengan begitu intens.

"Itu. Bangunkan Oh Sehun. Suruh dia menenangkan kelas ini. Aku tidak bisa berkonsentrasi belajar karena begitu berisik."

"Ayolah. Ini sudah resiko karena guru tidak masuk. Kau tahu? Jika kau terus belajar itu hanya akan membuatmu stres."

Wendy kesal. Sejak awal laki-laki itu memang tidak bisa diandalkan. Gadis itu memajukan bibirnya.

"Lagi pula. Terus belajar tidak akan membuatmu mendapat rengking satu."

Kyung-soo mengedipkan matanya membuat gadis itu marah. Wendy menghentakkan kakinya kesal. Gadis itu mendumel dalam hati.

"Awas saja kau Do Kyung-soo. Lihat saja nanti aku akan mengalahkan mu. Merebut peringkat pertamamu!"

Going CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang