Bab 2

605 80 1
                                    

Lee Donghae adalah salah seorang guru di sekolah menengah SM. Dia merupakan guru matematika yang bisa dikatakan galak. Bahkan murid-muridnya menjulukinya "killer smile". Walau galak, dia memiliki banyak penggemar baik dari kalangan siswi sampai guru perempuan disekolah. Alasannya karena Lee Donghae sangat tampan dan kaya. Bagaimana tidak, diusia yang baru menginjak 25 tahun pria itu telah memiliki properti yang harganya selangit. Mobil mewah, apartemen mewah, dan banyak lagi. Hal itu terbilang wajar saja, toh pria itu lahir dalam keluarga yang kaya raya. Bahkan pendiri yayasan SM yang menaungi sekolah SM adalah kakeknya.

Lee Donghae kini terlihat jalan di koridor menuju ruangannya. Saat melewati ruang kelas 12-3 pria itu memelankan langkahnya. Dari balik kaca jendela kelas, dia dapat melihat dengan jelas seorang guru wanita yang begitu dikenalnya. Guru yang bernama lengkap Im Yoona tersebut entah mengapa menarik perhatian pria itu. Bahkan akhir-akhir ini wajah cantiknya selalu terbayang di kepala Donghae.

Lihatlah sekarang. Bahkan jantungnya berdetak begitu cepat kala wanita itu tersenyum padanya. Dengan senang hati Donghae pun membalasnya dengan senyum tak kalah manis.

Sedetik setelah sadar akan kelakuannya. Donghae buru melangkah meninggalkan kelas tersebut. Malu, itu yang dirasakannya. Bagaimana bisa dia tertangkap basah sedang memperhatikan guru wanita itu. Wanita itu pasti akan menggoda dirinya saat bertemu. Perlu diketahui jika Yoona dan Donghae pernah menjalin hubungan saat SMA dulu.

Disisi lain, Im Yoona tersenyum bahagia saat mengetahui pria yang masih dicintainya itu diam-diam memperhatikannya. Pasalnya selama ini Donghae selalu dingin padanya.

Yoona sadar itu merupakan kesalahannya sehingga pria itu berbuat demikian. Donghae masih marah padanya, karena berakhirnya hubungan mereka karena keegoisan Yoona sendiri.

Mengingat kenangan itu membuat Yoona sedih. Seandainya mereka tidak mempertahankan ego masing-masing mungkin saat ini mereka masih bersama.

"Mrs. Im."

"Ah... Sehun. Sudah selesai membuatnya?"

Sehun mengangguk kemudian kembali ke bangkunya. Perlahan Yoona berdiri ditengah-tengah kelas agar semua murid dapat melihatnya.

"Perhatian semuanya. Hari ini ibu akan memberikan kalian tugas kelompok. Tapi pembagian kelompok ibu yang akan membaginya."

Kelas mulai ricuh. Sebagian siswi menolak usulan Yoona. Mereka ingin memilih kelompok sendiri. Rasanya lebih puas pikir mereka.

"Tidak ada yang boleh protes. Baiklah, tadi ibu sudah menyuruh Sehun untuk membuat nomor dan menggulungnya. Masing-masing dari kalian mengambil satu. Nomor yang sama akan menjadi satu kelompok. Mengerti?"

Mereka semua mengangguk. Tak terkecuali Krystal. Namun, dalam hati gadis itu berdoa agar tidak sekelompok dengan Sehun. Sudah seminggu setelah kejadian di ruang kesehatan Krystal menghindari Sehun. Bahkan untuk saling bertatapan saja krystal tidak mau.

Bukannya dia marah pada laki-laki itu. Hanya saja semenjak kejadian itu, jantung gadis itu akan berdetak lebih cepat saat melihat Sehun.

"Krystal?"

"Ya?"

"Ambil nomormu."

"Eh..."

"Kau mengkhayal?"

"Ah maafkan saya Mrs. Im."

Krystal mengambil satu gulungan dari wadah yang diberikan Yoona. Yoona kembali berjalan menyusuri kelas untuk membagikan nomor tersebut. Setelah selesai, wanita itu kembali ke depan kelas.

"Semuanya telah mendapat nomor. Jisoo catat nomor dan nama teman-temanmu kedalam kelompoknya masing-masing."

"Ibu akan memanggil nama kalian. Dan yang disebut namanya menyebutkan nomornya. Mengerti?"

Going CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang