Bab 5

435 68 4
                                    

Lee Donghae sedari tadi mundar mandir keluar masuk toilet. Pria itu memegang perutnya yang sakit. Bulir-bulir keringat meluncur dari jidatnya. Untung saja demam yang dialaminya sudah turun jadi pria itu tidak perlu semenderita tadi pagi. Jika saja ia tidak bersikeras menolak kerumah sakit, mungkin saat ini pria itu akan sehat dan tidak lagi merepotkan adik-adiknya.

"Oh ayolah Hae-oppa! Suntikkan dokter tidak sesakit yang oppa bayangkan."

Lee Jieun melipat kedua tangannya jengkel. Jika saja orang yang dihadapannya sekarang berusia lima tahun, maka gadis itu dapat mengerti ketakutan yang dialaminya. Tapi ini seorang pria dewasa berumur 25 tahun. Gadis itu bahkan menyumpahi kakak laki-lakinya itu di dalam hati karena ketakutannya akan jarum suntik.

"Jieun benar. Jika tidak ke rumah sakit, Hyung akan kehilangan banyak cairan."

Kyung-soo ikut menasehati Donghae, kakak sepupunya itu. Sedang Lee Donghae hanya menggelengkan kepalanya. Sambil memegang perutnya yang sakit dia kembali mengingat kejadian semalam.

Flash back!

Sebuah pesta perpisahan diadakan di salah satu kediaman guru sekolah SM. Guru tersebut merupakan guru senior yang telah mengabdi selama bertahun-tahun untuk memajukan pendidikan sekolah SM. Diusia yang tidak muda lagi, sang guru memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai wakil direktur sekolah tersebut.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, sang guru mempersilahkan tamunya untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan.

Beberapa guru pria menganggap pesta akan membosankan jika tidak di adakan sebuah lomba. Sehingga semua tamu menyetujui usulan tersebut. Hingga akhirnya permainan yang terpilih adalah adu cepat makanan masakan pedas. Semua guru pria harus ikut tanpa terkecuali. Jika tidak, mereka akan mendapat hukuman yang paling memalukan.

Lee Donghae pada dasarnya lemah akan masakan pedas panik. Bahkan Yoona yang tahu akan masalah Donghae segera menghampiri pria itu.

"Aku akan mengatakan pada guru lain jika kau bermasalah dengan masakan pedas. mereka pasti mengerti."

Donghae menggeleng. Pria itu bersikeras untuk ikut. Harga dirinya lebih penting dibandingkan kesehatannya. Hal ini membuat Yoona marah.

"Keras kepala! Jika terjadi apa-apa padamu, kau tanggung sendiri."

Yoona pergi menjauh. Namun dalam hatinya mengkhawatirkan pria itu.

End!

Tiba-tiba perut Donghae kembali berkontraksi. Dengan segera dia berlari menuju toilet. Sehun yang melihatnya berteriak pada kakak sepupunya itu.

"Hyung jangan lupa siram yang banyak. Aku tidak ingin tetangga kita menghirup bau busuknya."

Donghae ingin sekali melempari anak itu dengan sendal yang dikenakannya. Namun hal yang lebih penting telah menantinya. Jieun memegang perutnya, bukan karena sakit seperti yang dialami kakak kandungnya melainkan sedari tadi dia sibuk menertawai pria itu.

"Aku akan ke supermarket. Kalian ingin sesuatu?"

Kyung-soo menghampiri kedua adik sepupunya. Sehun menggeleng.

"Aku ikut, Oppa. Aku akan ganti baju dulu."

Jieun berlari masuk kedalam kamarnya. Sambil menunggu gadis itu, Kyung-soo masuk kedalam kamar Donghae.

"Hyung! Apa kau mau titip sesuatu? Aku dan Jieun akan ke supermarket."

Kyung-soo mengetuk kamar mandi pria itu. Dari dalam sana, Donghae berteriak agar Kyung-soo membeli tisu toilet. Karena mereka hampir kehabisan stok akibat sakit perut yang dialami pria itu.

Going CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang