Sabrina menatap ke arah Attariq dengan tatapan murka, lebih tepatnya ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran pria yang otaknya mungkin ditinggal di rumah ini. Dengan tanpang tak berdosanya Attariq makin menunjuk-nunjuk Sasa dan menyuruhnya bergabung.
Sasa yang awalnya mau berlari pun langsung mendapatkan ancaman dari Attariq.
"Sasabrina kalau misalnya kabur gue kejar loh, mau duduk ke sini apa gue yang ke sana?" tanya Attariq dengan nada yang sudah dapat dipastikan bahwa semua orang mendengarnya.
"Sa, lo aja deh ke sana, gue gabung sama anak-anak aja ya. Sorry," bisik teman Sasa yang langsung meninggalkannya saat itu juga. ia takut dibully dan didamprat oleh tiga angkatan sekaligus.
Apalagi Sasa, saat ini dirinya ingin sekali meninggalkan Bumi untuk pergi ke Mars. Sasa pun pada akhirnya menghampiri Attariq yang sudah berdiri, bersiap untuk mengejarnya atau lebih tepatnya ingin memaksanya bergabung.
Begitu Sasa menghampiri Attariq, dengan senyuman manis nan jahil khas Attariq. Dia menyuruh Sasa untuk duduk, ditengah-tengah mereka. Tentu saja semua yang ada di situ otomatis memperhatikan Sasa.
"Siapa nih?" tanya Aidan penasaran, pasalnya Attariq tak pernah mengusili adik kelas. Paling-paling ia hanya mengusili teman seangkatannya saja. Jika ia ingin menjahili adik kelas pun tidak sampai ditarik ke tongkrongannya saat ini.
"Riq, gue bisa-bisa disamperin anak cewe satu sekolah!" pekik Sasa dengan menatap Attariq kesal. Tentu saja ia malu dengan rasa takut yang lebih mendominasi.
Walaupun Sasa bisa melawan dan tidak bisa dianggap menjadi anak mami alias dia juga bisa bela diri. Namun tetap saja, Sasa bukan tipe orang yang suka mencari gara-gara seperti Attariq.
"Ye anak monyet, di tanya malah ketawa-tawa!" ucap Aidan sambil melemparkan tissue yang ada di depannya pada Attariq.
Pasalnya Attariq hanya cengengesan saja sambil memandang Sasa yang sudah ingin menjadikan Attariq sate guling. Mendengar amukan Aidan pun akhirnya Attariq menoleh.
"Kenalin, ini temen bimbel gue. Namanya Sasa," akhirnya Attariq mengenalkan Sabrina pada mereka semua. Rajidan dan Devan mengangguk sambil tersenyum, Sasa pun begitu. Sementara Aidan masih menatapnya dengan penuh curiga.
"Kok lo mirip sama seseorang?" tanya Aidan sambil menatap Sasa lekat-lekat.
"Lo punya kakak?" tanya Aidan lagi sambil mengingat-ingat dimana ia menemukan perempuan yang juga mirip dengan Sasa.
Sasa menggeleng, ia memang tidak memiliki saudara lain karena ia anak tunggal. Ia pun bingung dengan apa yang Aidan ucapkan. Walaupun jujur, Sasa sedikit deg-degan ketika Aidan menatapnya intens dan Attariq juga ikut-ikutan menghadapnya.
"Udah, pesan dulu aja. Malah diskusi, bukan forum diskusi ini," celetuk Devan yang langsung beranjak untuk memesankan mereka makanan. Tentu saja Annabell ikut dengan Devan karena tarikan Devan.
"Wah, Devan beneran suka sama Annabell ini mah," kata Attariq yang takjub melihat Devan menggandeng tangan Annabell dan Annabell yang tengil karena digandeng Devan.
"Wah, akhirnya Dena bisa bahagia juga karena Devan bisa move on," kata Rajidan yang mendapat anggukan dari Attariq. Namun tidak dengan Aidan yang malah tersenyum kecut, dia seharusnya tidak boleh mengingat Dena sebagai mantan pacarnya.
Sasa menyadari perubahan sikap Aidan pun langsung menyenggol Attariq. Attariq langsung menoleh ke Aidan, begitu juga dengan Rajidan, mereka langsung terdiam dan mengulum bibir masing-masing. Sasa menggeleng, padahal niatnya untuk memaki Attariq sudah di ubun-ubun.
Melihat ekspresi menyedihkan ketua osis yang gadang-gadang sangat bucin ini membuatnya ikut tidak enak. Aidan hanya memainkan ponselnya yang ia keluarkan, kemudian Attariq pergi menuju Devan untuk membantunya membawa makanan. Rajidan juga membatu Annabell untuk membawa makanan serta minuman.
"Lo, beneran enggak ada apa-apa sama Attariq?" tanya Aidan begitu mereka tinggal berdua di meja kantin.
"Iya, gue harus ada apa-apanya emang?" tanya Sasa balik. Aidan yang tadinya tidak menatapnya langsung menghentikan tatapannya pada ponsel kemudian menatap Sasa intens.
Sasa terlihat sangat santai dan tidak takut, kemudian Aidan menggeleng.
"Gue cuma enggak mau temen gue kenapa-napa, apalagi patah hati. Kalau dia udah nunjukin kalau dia suka dan lo enggak suka, feel free untuk nolak dia. Karena dia orangnya bakalan terus berjuang ampe dia nemu jawaban yang pasti," tambah Aidan sebelum akhirnya makanan mereka datang.
"Tenang aja Kak, gue enggak bakalan begitu. Lagi pula kita cuma teman," timpal Sasa kemudian membantu Attariq untuk membagikan semangkuk bakso yang mereka makan.
"Sasa kenapa betah banget sih di sini?" sindir Annabell yang menatap Sasa sewot.
"Lah suka-suka dia mau dimana, lo tuh ngapain di sini mulu. Udah enggak ada yang mau temanan sama lo apa gimana?" bukannya Sasa yang menjawab, malah Attariq yang menatap Annabell tak kalah sewotnya.
"Santai Riq, Annabell kan cuma bercanda," Baba menjadi penengah pertikaian antara Attariq dan Annabell yang baru saja mulai.
"Yah enggak asik lo, Ba. Masak baru aja mau perpecahan keluarga malah di lerai," ucap Aidan yang tadinya semangat melihat Attariq bertikai dengan Annabell. Pasalnya setiap Attariq berkelahi dengan Annabell pasti ia terhibur.
"Dih, siapa juga yang beneran, gue juga bercanda kali," bela Attariq yang tidak menganggap dirinya marah namun hanya ingin bercanda dengan Annabell.
"Gue enggak bercanda. Ngapain sih Sasa deketin suami ketiga gue?" tanya Annabell lagi pada Sasa
"Dih sejak kapan gue jadi suami ketiga lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The somvlak 2
Humor2 Tahun Berlalu, kehidupan Empat sekawan itu tentu mengalami perubahan. Aidan yang di desak sang Bunda agar cepat memberikan cucu. Rajidan yang di desak untuk cepat mengumandangkan Ijab Qobul. Devan yang di desak untuk menyusul sang Kakak yang me...