akhirnya(?)

781 125 7
                                    

"Attariq! Emang sarap ini orang!" teriak Aidan kesal. Pasalnya Attariq yang tadinya menyuruh Aidan untuk cuci muka, malah kembali tidur dengan tidak berdosanya.

'Brukk'

"Anjrit!" teriak Attariq kaget karena di dorong dari tempat tidur menuju lantai yang dingin.

"Ada masalah idup apa sih lo?!" teriak Attariq kesal pada Aidan yang menatapnya puas mengejek.

"Ngapa gue punya temen kaya lo! Itu masalah hidup gue, bro!" teriak Aidan tak mau kalah. Devan dan Rajidan hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat drama yang terjadi pagi hari ini.

"Yaudah. Gue ga bakal lagi jadi temen lo!" ucap Attariq final.

"Ya Bagus!" Aidan mengiya-kan perkataan Attariq.

"Jangan minta-minta tolong bujuk bunda lagi lo. Gue ogah jadi tameng lo biar keliatan baik. Cih." Attariq mencibir Aidan yang gengsinya masih setinggi surga ini.

"Yaudah santai. Gue bisa minta Baba atau Devan. Emang disini cuma lo aja yang mau di jadiin tameng?" tanya Aidan tak kalah sengitnya.

"Kayanya kita berdua ogah sih," Akhirnya Devan menimpali pertengkaran kedua sahabatnya ini.

"LOH KOK GITU?!" pekik Aidan karena merasa dicurangi oleh Devan. Attariq tersenyum bangga.

"Mampus lo, yang belain lo selama ini cuma gue, Dan. Lo sia-siain gue gitu aja. Jangan harap aku akan kembali, *kisanak!" Attariq melenggang pergi karena malas berbincang lagi dengan Aidan.

***

"Bunda! Pudding Vanilla Attariq dong..." Attariq yang berlari dari kamar Aidan menuju dapur, dengan cepat meminta makanan kesukaannya kepada Athena yang sedang menyiapkan makanan semua anak lelakinya.

"Pagi-pagi makan pudding, mau nyusahin gue, lo?" tanya Athena sensi. Attariq memanyunkan bibirnya karena kesal.

"Ya kan, dikit doang Bun..." Pujuk Attariq kepada Bundanya.

"Gak, kalo sakit perut tar nangis-nangis ke Bunda. Bunda mau pergi hari ini, tar ga ada orang. Nanti siang aja makannya!" Athena berucap dengan final. Attariq hanya dapat menelan ludah kekesalan karena puddingnya pasti sudah di sembunyikan di dalam lemari es yang biasanya di gembok oleh bunda.

"Tega banget Bunda tu..." Attariq kesal, namun tak bisa marah karena pudding dingin di pagi hari membuatnya kerap sakit perut.

"Bunda kasih, tapi kalo sakit perutnya ngadu ke Mama Yasmin gimana?" tanya Athena sambil tersenyum manis.

"Gak, siang aja. Makasih." Attariq berputar arah menuju kamar Aidan, lagi. Karena kesal Athena menggodanya.

***

'Brakk'

"AIDAN! AKU TAU AKU BERSALAH, MAAFKAN AKU!!!" teriak Attariq sesaat setelah menggebrak pintu Aidan.

Tiga makhluk yang sedang memainkan telpon pintar mereka masing-masing terlonjak kaget karena terialan dan gebrakan pintu.

"Emang sarap ini anak..." Guman Devan melihat Attariq yang tengah memeluk lengan Aidan.

Aidan yang sudah biasa mendapatkan perlakuan tak normal dari Attariq hanya menghembuskan napasnya perlahan. Lelah mengapa Attariq begitu unik pagi-pagi dan menguras emosinya.

"Sabar, untung anak manusia. Coba anak cicak. Saya tendang juga..." Rajidan menggelengkan kepalanya sesaat setelah terkaget.

"Aidan... Ayo kita temenan lagi..." Attariq masih senantiasa bergelung di lengan Aidan. Aidan hanya diam dan menatap ponselnya datar.

"Aidan kamu gak mau main sama aku lagi? Kamu tega?" Attariq membuat suara seakan-akan ingin menangis. Tujuannya agar Aidan kesal dan mengiyakan semua perkataannya.

"Ayo sarapan. Gue laper." Ucap Aidan sesaat setelah melepaskan gelungan Attariq.

Attariq tersenyum lebar dan merangkul Aidan keluar.

"Gitu dong..." Ucapnya sambil terkekeh geli. Aidan mudah sekali memaafkannya.

***

Mereka semua sarapan dengan khitmatnya. Attariq juga melupakan pudding dan Mama Yasminnya dengan sekejap. Athena dan Rendra sudah siap untuk pergi.

"Attariq, tadi Yasmin bilang ke Ayah. Kalo kamu mood, pulang. Mama kamu masakin ayam pedas manis." Ucap Rendra sambil tersenyum. Ia tak memaksa Attariq. Attariq terdiam tak melanjutkan makanannya.

"Bawa semua anak itik ini juga boleh..." Saran Rendra pada Attariq. Biasanya, saran Rendra kepadanya selalu di dengarkan olehnya. Athena diam, tak ingin berbicara.

"Inget. Mama mu berjuang juga buat kamu, bukan Bunda aja. Ayah ga mau kamu jadi lelaki pengecut kaya gitu Riq. Benci sama ibu kandung kamu sendiri. Ayah gak pernah ngajarin kamu kaya gitu." Kali ini Rendra mampu menohok semua telinga yang ada di meja makan. Bukan hanya Attariq saja.

Attariq menunduk. Athena menatapnya dengan tatapan seorang ibu yang mengharapkan anaknya bahagia. Ia sudah terlalu sayang dengan keempat anak ini. Tak ingin mereka semua tersakiti.

Namun beda dengan Attariq, dia menyakiti dirinya sendiri karena masa kecilnya. Pendekatan yang ibunya berikan, membuat dirinya semakin membenci ibunya. Bukan benci, lebih tepatnya kecewa.

"Attariq nanti bakal dateng ke sana. Sendiri." Ucap Attariq final nan dingin. Tidak ada rasa apa-apa disana. Hampa. .

"Kalo lo mau, gue sama yang lain siap nemenin lo." Aidan memegang bahu Attariq memberikannya semangat. Attariq menggeleng dan langsung meninggalkan rumah Aidan menuju rumahnya.

Aidan hendak mengejarnya namun Athena menahan tangan anak semata wayangnya itu. "Gak usah, biar aja dia baikan sendiri sama mamanya."

"Kalo dia malah kabur bukannya makan disana gimana?" tanya Aidan pada ibunya.

"Kabur juga tar balik lagi. Dompetnya dia bunda umpetin. Hihi." Athena tertawa tak berdosa karena menyembunyikan dompet Attariq yang mencegahnya memesan ojek apapun.

***

Attariq kebingungan di depan gang karena dompet yang biasanya ia bawa di celananya hilang tak berjejak.

Handponenya ada, namun tak bisa digunakan untuk memesan apapun. Attariq membawa handphone yang baru saja di belinya. Bukan handphone yang biasanya ia pakai kemana-mana.

"Kenapa lo bego banget si, Riq. Ini gaada apa-apa cuma game doang. Mau mesen game lo?!" pekiknya pelan dan frustasi kepada dirinya sendiri.

Tak ada pilihan lain selain pergi ke rumahnya sendiri. Walaupun enggan, Attariq hanya bisa pasrah dan berjalan dengan lunglai.

***

*kisanak : sapaan bagi orang yang ingin di ajak bicara.

Sorry for typos, garing, dll ya.
Hepi riding.

The somvlak 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang