Entah

16.6K 1.9K 261
                                    

Satu persatu, petugas acara pertunjukan kelas ini, maju persatu. Dan tibalah pertunjukan Rajidan yang memang sudah di tunggu-tunggu.


"Tanpa membuang banyak waktu. Kami mohon pada Rajidan, untuk memberikan pidato atau ceramah singkat."
"Kepada Rajidan, kami persilahkan."

Mc sudah memanggil Rajidan yang tengah mengalami kegugupan setengah mati itu, untuk maju kedepan.

Dengan perlahan, Rajidan mulai melangkah ke depan panggung, dan disaksikan oleh tiga angkatan sekaligus.

"Inget aja Ba, kita kakak kelas, kakak kelas penguasa dan gak pernah salah.." ucap Aidan memberi motivasi yang sebenarnya tidak ada pengaruhnya bagi Rajidan.

"Bacot ah, diem." Ucap Rajidan mendadak sewot. Aidan ingin sekali memukul mulut Rajidan saat itu juga.

"Gue doain gagal lo, amin." Aidan menyumpah serapahkan teman baiknya ini.

Rajidan menatapnya tajam. Dan mulai menaiki tangga aula untuk dia berceramah.

"Assalamualaikum.." ucapnya sebagai tanda pembuka.

"Waalaikumsalam.." ucap seluruh siswa maupun siswi serta guru yang mendengar salamnya.

"Pada kali ini, saya akan memberikan sedikit wejangan masa kini, yang biasa di sebut juga dengan ceramah." Ucap Rajidan terdengar sedikit membosankan.

Namun tidak dengan siswi-siwi di depannya yang malah cekikikan tak menentu karena wajah tampannya itu.

"Kalian tau apa itu solat?" tanyanya tiba-tiba.

Semua gadis-gadis mengangkat tangannya karena ingin mendapatkan perhatian dari sang kakak kelas.

"Itu tuh, yang gendut lagi makan." Tunjuk Rajidan pada seorang pria gempal yang sedang memakan camilannya.

"Ngapa natap saya kamu, jawab solat tu apa.." ucap Rajidan kesal. Sepertinya masa periode Rajidan datang pada hari ini.

"Solat itu, waktu kita curhat sama Tuhan kak." Ucapnya asal. Rajidan hanya menggelengkan kepalanya.

"Jadi guna solat itu cuma buat curhat doang? Kalo susah doang inget Tuhan? Kalo lagi seneng inget siapa?" Tanya Rajidan dengan tatapan bertanya.

"Pacar kak..."
"Ya mantan sabi lah..."

Jawaban-jawaban adik kelasnya terdengar sangat kurang ajar dan sembarangan.

"Saya doain pulang ntar kena azab Allah. Amin." Ucap Rajidan santai.

"YA JANGAN LAH KAK!" Teriak mereka dengan keras dan serentak.

"Lah masih takut sama azab Tuhan juga? Saya kira cuma takut sama kecuekan gebetan aja..." ucap Rajidan dengan nada menyindir.

"Kalo Azabnya kami takut kak. Serius deh, ga boong." Ucap salah satu adik kelas perempuannya dengan tatapan polos.

"Kalo takut sama azab, kenapa solat ditinggalin? Kenapa larangannya masih dikerjain ? Sehat gak nih kalian?" tanya Rajidan dengan tatapan bingung.

"Ya sehat kak, sakit dikit lah gegara kena tinggal mantan," ucap salah satu murid pria dengan cengiran khasnya.

"Muka lo buluk sih," ucap Rajidan tak tanggung-tanggung.

"Makanya berwudhu, biar muka ada cahaya dikit." Ucap Rajidan sambil tersenyum.

"Kaya saya kan, saya ganteng ga?" tanya Rajidan percaya diri sekali.

"Ganteng kak!" Ucap siswi perempuan dengan keras.

"Kaga.." ucap siswa pria tak kalah kerasnya juga.

The somvlak 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang