tiba-tiba

17.1K 1.8K 135
                                    

"Aduh. Gimana nih, saya gugup."
"Astagfirullah, batalin aja lah! Saya gak kuat."
"Ya Allah, ya tuhanku, my god, my sunset, my..."

"Sunrise on the darkest day.." Attariq memotong perkataan Rajidan yang bagi dirinya, sangat menganggu itu.

"Mau nyanyi sana ke panggung!" Ucap Rajidan sinis. Attariq menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kalo gua nyanyi, semua bakal terpesona sama kegantengan gua, kalah nanti yang minat sama lu," ucap Attariq sombong, dan segera pergi dari hadapan Rajidan dan teman-temannya.

"Ngambek kan tuh orang, Baba sih.." Aidan menepuk pelan pundak Rajidan sangking kesalnya.

"Kok saya sih?! Kan dia sendiri yang pergi." Teriak Rajidan marah.

"Kok lu emosi sih?!" teriak Aidan tak kalah kuatnya.

"Kalian sih?!" teriak Rajidan lagi. Aidan menatapnya dengan tatapan sinis.

Dan Rajidan melakukan hal yang sama. Namun sepertinya tak bisa.

"Apa lu ngecil-ngecilin mata? Mau sinis tapi ga bisa? Makanya gedein dulu mata lu, baru marah-marah." Teriak Aidan saat merasa dirinya sedikit lagi menang.

"Kamu juga, pendek-pendek aja, gausah ngedongak pas lihat saya. Apa tuh dagu di naik-naikin. Ga nyampe ya ngeliat saya? Makanya rajin-rajin lompat tali. Jangan manjat mulu, pendek dah tu."

'Jleb'

Ucapan Rajidan kali ini sangat-amat dalam bagi Aidan. Sehingga Aidan sendiri pun tak dapat menampiknya lagi.

"Lo-gue end Ba!" Ucap Aidan merajuk dan segera pergi dari tempat itu juga.

Tinggal-lah Devan yang sedari tadi memainkan HPnya dengan serius.

"Dev.." baru saja Rajidan memanggil namanya dengan pelan. Devan malah menunjukkan kelima jarinya pada wajah Rajidan.

Pertanda Rajidan harus diam saat ini, dan jangan berbicara padanya. Rajidan pun menatapnya heran.

"Jangan ngomong sama gua dulu Ba, dikit lagi victory nih," ucap Devan sambil menatap HPnya lagi.

Rajidan yang penasaran dengan apa yang dimainkan Devan-pun langsung melihat ke arah telpon genggam milik Devan ini.

"LAH DEVAN!"

***

"ATTARIQ! TUNGGU!" Teriak Aidan, ketika menemukan sahabat sejatinya itu.

Attariq yang tadinya sedang berada di bangku taman pun menoleh ke arah Aidan bingung.

"Cape ngejar-ngejar lo Riq." Ucap Aidan sambil mengibas-ngibas bajunya kedepan dan kebelakang.

"Lah? Gue kan dari tadi duduk. Ngapain lu kejar?" tanya Attariq bingung. Suara yang Attariq keluarkan pun tak kalah kerasnya, dan itu membuat Aidan malu sekali.

"Bisa kecil dikit gak sih suaranya?" tanya Aidan sambil menahan nada suaranya.

"Bisa bisa," ucap Attariq patuh dan langsung mengecilkan suaranya.

"Tadi tuh, gue manggilin lo kan, eh tapi lo ga noleh-noleh, jadi gue lari ngejar lo. Eh si orang ini noleh, lah bukan elo!" Cerita Aidan pelan. Attariq yang mengernyitkan dahinya pertama tadi, lantas terbahak karena cerita Aidan tadi.

"Terus gue dari lari ke dia langsung belok, sambil teriak 'Attariq tunggu!' Gitu, biar yang tadi gue kejar ga curiga kalo gue salah orang. Kan tengsin eiyke." curhat Aidan lagi. Dan Attariq makin terbahak dibuatnya.

The somvlak 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang