Hari ini adalah hari dimana Bening akan menginjakan kakinya ke pendidikan Sekolah Menengah Atas,setelah dua minggu ia liburan karena kelulusannya pada sekolah menengah pertama di pesantren.
Jika kalian bertanya bagaimana kehidupan Bening bersama Azzam dan Nissa? Jawabannya adalah ya,bening memang sudah tinggal dengan mereka sejak sebulan yang lalu,Bening pun sudah terbiasa memanggil Abi dan Ummi.
Azzam dan Nissa sangat menyayangi Bening seperti anak kandung mereka sendiri.Bahkan saat Bening pergi ke mini market dan lupa jalan pulang,Nissa di rumah sudah menangis tersedu-sedu.
Bening pov
Selesai menunaikan sholat subuh aku sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah baruku.
Sekali lagi aku bercermin untuk melihat penampilanku,baju yang masih biru putih *karena aku masih peserta MOS* jilbab putih dan papan nama yang dikalungkan di leherku.
Hufftt banyak sekali yang aku fikirkan,seperti,apakah aku akan memiliki teman?apakah di sana aku akan merasa nyaman?atau apakah kisah ku akan berubah?hmmm entahlah.
Aku menuruni satu demi satu anak tangga mengikuti langkah kaki ku menuju ruang makan.Di sana sudah ada Abi dan Ummi yang sedang tersenyum kepadaku,aku pun membalas senyum tulus mereka.
"Assalamu'alaikum Abi,Ummi." salam ku pada mereka.
"Wa'alaikum sallam." jawab mereka bersamaan.
"Bening,sini nak,kita sarapan bersama." ajak Ummi.
"Iya ummi." ucapku sambil menganggukan kepala.
Aku memperhatikan ummi yang sedang mengoleskan selai ke roti ku,ku pandang wajahnya yang putih dan bersinar,guratan-guratan tipis terukir di wajahnya,menandakan dia adalah wanita yang sudah berumur.
Lalu aku beralih menatap wajah Abi,terlihat jelas dari wajahnya bahwa dia adalah seorang yang berwibawa dan tampan.
Terkadang aku berfikir,mengapa mereka begitu suka rela menerimaku dalam keluarga mereka?tapi aku tak ingin mempermasalahkan hal itu.Aku sudah sangat bersyukur karna dapat merasakan kasih sayang orang tua.
"Kenapa melamun nak?ayo habiskan rotimu." Ucapan lembut abi membuyarkan lamunanku.
"Ehh maaf Abi."
Lalu aku segera menghabiskan sarapanku,saat aku selesai meminum susu,ayah mengajak ku berbicara.
"Bening,nanti kamu diantar-jemput oleh pak Tono,dia supir kepercayaan Abi."
Aku mengangguk "Nggih Abi."
"Yasudah kalau begitu Bening berangkat sekolah dulu,Assalamu'alaikum." pamitku sambil bangkit dan menyalami Abi dan Ummi.
"Wa'alaikum sallam."
"Ehh sebentar nak." cegah Ummi saat aku mulai melangkah.
Aku menoleh "Ada apa
Ummi?"Ummi mendekat lalu mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari dompet nya dan menyodorkannya kepada ku.
"Ini uang saku mu,nak."
Aku melongo meliat uang sebesar itu dibilang uang saku.
"Nih,cepat berangkat nak,nanti kamu bisa terlambat." Dengan gerakan cepat Ummi memberikan uang seratus ribu itu lalu membalikan badanku dan sedikit menuntun ku.
Butuh beberapa detik untuk aku tersadar dari lamunanku,setelah aku menyadari apa yang terjadi,aku langsung membalikan badan dan menyalami Ummi lagi dan dengan langkah cepat aku keluar rumah menuju mobil.
°°°°°
Saat berada di dalam mobil, aku banyak bercakap-cakap dengan pak Tono banyak sekali yang kita bahas mulai dari bagaimana suasana kehidupan di pesantren Al-Multazzam sampai dengan bagaimana pertama kali pak Tono bertemu dengan Istrinya.
Dan tiba-tiba mobil berhenti.
"Loh pak, kenapa berhenti?"
"Lah non,ini kan udah di depan sekolah."
Aku menengok ke jendela mobil,dan ternyata memang benar,aku sudah sampai di sekolah.
Aku bergegas keluar dari mobil,tapi sebelum mobil dan pak Tono pergi,aku berseru pada pak Tono.
"Pak,jangan panggil Bening dengan sebutan non yah,panggil apa aja selain non."
"Baik non,ehh neng."
"Nah kan enak didengernya."
"yasudah kalo begitu bapak pergi ya neng,nanti pulangnya bapak jemput,Assalamu'alaikum." ucap pak tono sambil menstarter mobil.
Aku mengangguk "Wa'alaikum sallam."
Aku melihat jam di pergelangan tanganku, 06.57 Astagfirullah tiga menit lagi bel masuk akan berbunyi.Aku segera mempercepat langkahku.Tapi tiba tiba ada yang menarik tanganku.
"Fathur,lo itu sebagai wakil ketos harusnya bisa datang lebih pagi,kita udah ditungguin di aula sekolah Thur."
Apa yang dia bilang?Fathur?Oh jelas-jelas namaku Bening.
"Lo dengerin gue nggak sih?" lalu dia berbalik menghadapku dan melepas pegangannya.
Nah kan,dia bingung.
"Ehh kok bukan Fathur." ucapnya sambil menggaruk tengkuknya.
Aku menunduk,dalam hati aku merutuki kelakuannya yang tiba-tiba menarik ku Astagfirullah.
"Emm maaf dan maaf lagi karna saya harus langsung pergi."
Hah?pergi?
Aku melongo melihat dia yang sudah menarik ku ke koridor sekolah lalu langsung pergi seenaknya.
Dasar!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
BENING
Teen FictionDia Bening,gadis manis berusia 16 tahun yang baru merasakan kasih sayang orang tua melalui orang tua angkatnya. Lalu bagaimana kesehariannya menjalani hidup yang jelas berbeda dengan kehidupannya dulu di pesantren? Dan bagaimana rasanya saat ia sela...