• Chapter 6 •

146 13 8
                                    

Bening menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah yang tergesa-gesa,sebenarnya ia tak berani datang ke sini tapi,hati kecilnya berkata bahwa ia harus datang ke tempat ini.

Bening baru mengetahui bahwa Senja tengah dirawat di Rumah Sakit,itu pun saat Abil tengah membicarakan berita terbarunya,ditambah Mentari yang mengetahui tempat Senja dirawat.Ahh teman-teman barunya memang sungguh aneh.

Ruangan Anggrek nomor 5 Bening berucap dalam hati.

Perlahan Bening memegang kenop pintu bersiap untuk membukanya.

Ceklekk...

Belum sempat Bening mendorongnya,pintu tersebut sudah ditarik dari dalam.

Terlihat seorang wanita setengah baya memakai khimar lebar sedikit terkejut,didetik berikutnya wanita tersebut mencoba untuk bersikap biasa.

"Ehh ada tamu!" Serunya, "Mau ketemu Senja yah?" lanjutnya bertanya.

Bening pun langsung menyalami wanita setengah baya tersebut yang ia yakini adalah Ibunda dari kakak kelasnya.

"Iya tante." jawab Bening kikuk.

"Ayo silahkan masuk,Senjanya baru aja sadar,tante mau nebus obat dulu." Bening mengangguk sambil tersenyum.

Bening melangkahkan kakinya dengan pelan,sambil memperhatikan Senja yang fokus membaca buku,Bening berjalan mendekat,lalu meletakan parsel buah-buahan yang ia bawa di atas meja kecil sebelah brankar Senja.

Bening tetap berdiri sambil memperhatikan Senja yang masih fokus membaca buku.

Kata Ummi,jangan duduk sebelum dipersilahkan-batin Bening.

Merasa pegal sendiri karna sudah dua puluh menit berdiri akhirnya Bening mencoba untuk memulai percakapan.

Baru saja Bening membuka mulutnya,Senja sudah berbicara lebih dulu.

"Ngapain lo berdiri terus?ganggu tau gak?!duduk!"

kok sakit yah?-batin Bening.

Bening membungkam mulutnya dan langsung duduk di kursi sebelah brankar Senja sambil menunduk.

Senja mulai fokus kembali dengan bukunya.

"Aku ganggu ya kak?" Bening memberanikan diri untuk bertanya duluan.

"Enggak." jawab Senja yang masih fokus dengan bukunya.

Merasa keadaan sangat awkward akhirnya Bening menjelaskan tujuannya kesini.

"Sebenernya Aku mau minta maaf sama Kakak,karna gara-gara aku kakak jadi kayak gini." Ucap Bening dengan satu tarikan nafas.

"Hmm." Senja hanya merespon dengan gumaman membuat Bening salah tingkah.

"Kakak udah sadar?" Pertanyaan macam apa itu?

"Hmmm." Respon Senja masih sama membuat Bening menghembuskan nafas gusar.

"Yaudah kak,kalau gitu Aku pulang dulu." Bening pun bangkit dan hendak berjalan keluar,tapi tiba-tiba..

"Tungguu!" Seru Senja.

Deg Bening pun berbalik dengan wajah gugup.

"Kenapa kak?kakak sakit?mau aku panggilin dok..."

"Tas lo ketinggalan." potong Senja datar lalu melanjutkan kegiatan membaca bukunya kembali.

Bening berjalan mendekat,lalu mengambil tasnya yang tergeletak di kursi dengan wajah semerah tomat.

Tanpa sadar Senja mengulum senyum dibalik buku tebalnya.

*****

Bening berjalan menuju halte sambil mencoba menghubungi pak Tono dengan Iphone berwarna rose gold pemberian dari Abinya.

"Assalamu'alaikum,halo pak?Bisa jemput Bening?"

"........."

"Ohh,yaudah gak apa-apa nanti Bening naik taxi aja."

"........."

"Iya pak,Assalamu'alaikum."

"........."

Bening duduk di halte sambil menatap langit sore yang mulai mendung.Ia tersenyum,tak lama rintik hujan pun mulai turun.Bening menghirup udara yang menguar dari tanah.Ia sangat menyukai hujan.

"Main hujan kayaknya seru deh." Bening mulai bermonolog sendiri.

Tanpa sadar,Ia telah keluar dari halte,menyusuri jalan sambil menikmati tiap tetes air hujan.

Bening menengadahkan kepalanya menatap hujan yang jatuh ke wajahnya,sejenak ia memejamkan matanya menikmati sensasi berbeda saat rintik hujan jatuh ke mata dan mengalir ke pipinya.

Tak lama Bening mengernyitkan dahinya saat ia tak merasakan rintik hujan lagi.

"Kok hujannya berhenti." ia mulai membuka matanya secara perlahan.

Bening terkejut karna yang ia lihat adalah teman satu angkatannya yang sedang berusaha menutupi kepalanya dengan jaket hijau army.

"Jangan main hujan,nanti sakit." ucapnya.

"Althaf." Bening bergumam sendiri.

"Iya ini gue." jawab Althaf yang mendengar gumaman Bening.

Bening segera menundukan kepalanya.

"Ngapain kamu!" seru Bening.

"Yang harusnya nanya itu gue,ngapain lo main hujan sendirian kayak bocah."

"Kayak bocah?!" ucap Bening tak terima.

"Iye,ayo ikut gue,biar gue anter lo pulang." tegas Althaf.

"Gak!Aku bisa pulang sendiri." jawab Bening tak kalah tegas.

"Bandel,sekarang lo liat ujung jalan itu." ucap Althaf sambil menunjuk ke ujung jalan yang sepi,Bening mengikuti arah pandang Althaf.

"Di situ banyak preman kampung yang badannya gede-gede,kalo lo lewat ke situ sendirian bisa dipastikan tas lo bakal diambil dan paling-paling lo bakal di bunuh terus jasad lo dibuang ke kali." ucap Althaf menakut-nakuti membuat Bening bergidik ngeri.

"Dan karna lo sok-sokan mau pulang sendiri,yaudah gue balik duluan." ucap Althaf sambil berjalan menjauhi Bening.

Bening menggigit bibirnya,lalu cepat cepat berbalik.

"Althaff !!" Serunya membuat Althaf berbalik.

"apa?" tanya Althaf.

"Ikuttt.." teriak Bening sambil berlari kecil mendekati Althaf,dan Althaf pun hanya terkekeh melihat Bening yang gampang dibodohi dengan cerita konyol karangannya.






BENINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang