• Chapter 8 •

89 13 3
                                    

  ~Debaran jantung ini adalah awal dari pahit-manisnya perjuangan~


***

  Tak terasa bel pulang sudah berbunyi,siswa-siswi pun berhamburan menuju gerbang,tapi berbeda dengan kelas X Ipa 2.Kelas yang diajar oleh guru berperut buncit dan berkaca mata bulat itu belum menunjukan tanda-tanda akan keluar.Guru bernama pak Nasrul tersebut masih saja asyik menjelaskan materinya yang entah didengarkan atau tidak oleh muridnya

Akhirnya Fajar selaku ketua kelas pun memberanikan diri untuk berbicara.

"Maaf pak,bukan bermaksud tidak sopan,tapi bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu." jelas Fajar takut-takut.

"Ohh sudah bel pulang,maaf bapak tadi keasyikan ngajarnya,maklum lah,bapak kan kalo ngajar selalu pake perasaan." ucap pak Nasrul panjang,membuat setiap siswa mengernyitkan dahi karena ucapan pak Nasrul kadang kurang bisa dimengerti.

"Yasudah sekarang sebelum pulang kita berdo'a menurut kepercayaan masing-masing tanpa ada konspirasi hati ataupun keterpurukan batin iya toh ya?"

Penghuni Ipa 2 pun semakin bingung dengan apa yang diucapkan oleh pak Nasrul,tapi ya diiyain aja lah,kalau tidak ya alamatnya gak bisa pulang. "Iyaaaa pakk."

Setelahnya,pak Nasrul pun keluar dari kelas X Ipa 2 tapi baru beberapa langkah keluar,ia menghentikan langkahnya lantaran melihat Rafka duduk di bangku depan kelas Ipa 2 sambil bermain game online di hpnya.

Pak Nasrul menggelengkan kepalanya sambil berucap "Dasar kids jaman now."

Rafka yang sayup-sayup mendengar pun menjawab.
"Dasar kids jaman batu." yang disambut dengan tepukan di bahunya.

"Apaan sih?!" bentak Rafka sambil berbalik dan mulutnya yang hendak menyemprot orang yang menepuk bahunyapun langsung terkatup rapat.

"Ehh bapak." ucap Rafka sambil cengengesan.

"Tadi bilang apa?"

"Kids jaman batu." ucap Rafka lancar,lalu sedetik kemudian ia menepuk mulutnya sendiri karena telah membangunkan macan semanis hello kitty,ehhh.

"Sini!..bapak pengen nyleding kepala kamu dengan sejuta amarah yang berkobar di dada!" ucapan pak Nasrul sambil menepu-nepuk dadanya.

"Waduhh jangan dong pak,nanti kalo bapak nyleding kepala saya terus saya mati,nanti bapak masuk penjara,kalo bapak masuk penjara nanti bapak gak kerja,kalo bapak gak kerja nanti anak istri bapak gak bisa makan,kalo anak istri bapak gak bisa makan mereka bakal nyari laki-laki yang bisa ngasih mereka makan,kalo mereka udah ketemu sama laki-laki yang bisa bahagiain mereka nanti bapak ditinggalin,kalo bapak ditinggalin,bapak bakal jadi duda,kalo gak percaya..."

"Tanya aja pak Haji." serobot pak Nasrul sambil menjewer Rafka.

"Aduhh duhh pak sakitt."

"Udah ngomongnya?"

"Udah pak,sekarang saya boleh pulang kan?"

"pulang-pulang ndass mu,sekarang ikut saya ke BK."

"Wadohhhh pak jangan dong,saya mau nganter Abil pulang."

"Diem kamu,biar Abil pulang sama yang lain,biar ditinggalin juga kamu,jadi jones deh haha." ucap pak Nasrul diselingi tawa.
      
                        ***

  Bening tengah berjalan di pinggir lapangan basket bersama Naya,Abil dan Mentari. Ya Abil benar-benar tidak jadi pulang bersama si doi karena pak Nasrul yang menyeret Rafka ke BK.

Althaf yang sedang mendrible bola pun langsung melemparnya begitu saja dan langsung mengambil tasnya saat melihat Bening lewat.

"Anjirr pala gue benjol!" seru Afnan karena bola basket yang Althaf lempar mengenai kepalanya.

"No name! No name!" Panggil Althaf sambil berlari mendekati Bening.

Bening yang sedang asyik mengobrol dengan temannya dikejutkan dengan Althaf yang tiba-tiba berada di hadapannya.

"Pulang bareng gue,gak ada penolakan!"

"Eciyeeee,panas-panas gini disamperin cogan." celoteh Abil yang dihadiahi pelototan dari Bening.

"Emm aku dijemput sama Abi." jawab Bening.

"Lahh bukannya Abi lo gak bisa jemput?" tanya Mentari.

"eng......"

"Abi?Abi siapa?lo udah punya pacar?" Althaf memotong ucapan Bening.

"Yaelahh dasar ogeb,lo tau Abi gak sih? Abi itu bokapnya Bening." ucap Naya

"Ohh namanya Abi? Lagian gak sopan banget manggil nama doang." jawab Althaf.

"Aduhhhh Abi itu bukan nama orang Thaf,Abi itu panggilan Ayah dari bahasa Arab." cerocos Abil.

"Diem lo,pulang sana!" seru Althaf.

"Wadohh,balik deh balik,Bening lo tiati ya." ucap Mentari sedikit menakut-nakuti.

"yahh masa aku ditinggal sih." keluh Bening.

"Lo pulang sama gue no name." ralat Althaf sambil menarik tangan Bening.

Tapi Bening langsung menarik tangannya kembali.

Althaf mengeryitkan dari tanda tak mengerti,tapi akhirnya ia paham saat Bening berucap.

"Bukan muhrim."

Althaf kembali dibuat bingung saat Bening masuk ke dalam mobilnya tapi duduk di kursi penumpang.

"Lo pikir gue supir?"

"Maksudnya?" Bening tak mengerti apa yang Althaf katakan,jelas-jelas ia tidak mengatakan bahwa Althaf itu supir.

"Duduk di depan!" titah Althaf.

"Hah?"

"Budek lo? Duduk di depan atau gue yang nyeret langsung lo ke depan."

Bening menghembuskan napas kasar lalu mengikuti apa yang Althaf katakan.

"Udah kan?" tanya Bening.

Deg Althaf jadi kikuk sendiri karna ia bisa melihat dengan jelas wajah Bening,mulai dari mata redupnya,hidung yang bisa dibilang kayak perosotan dan bibir tipis berwarna pink pucat.

"Thaf,ayo jalan." ucap Bening membuyarkan lamunannya.

"Eng...i-iya."

  Busett kok jadi deg-degan gini.Pulang dari sini kudu ke dokter kayaknya,takut mati muda gue.

**


A/N : Happy New year 2018.
Tinggalkan jejak ya,jangan jadi sidders loh;)

BENINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang