• Chapter 9 •

85 10 4
                                    

~Pagi yang sama untuk cerita yang berbeda~

*****

Sabtu 04.30

Selepas shalat subuh,Bening berniat untuk melihat sunrise di taman kompleks.

Dengan menggunakan Sweater abu bergambar minion dipadukan dengan celana kulot dan phasmina berwarna senada,Ia siap untuk berangkat.

Bening menuruni anak tangga dengan perlahan,memikirkan setiap kejadian yang terjadi di hidupnya tak luput dari hadirnya cowok tengil yang selalu menjahilinya.

Ia terlonjak kaget karena ada yang menepuk bahunya.

"Ehh Ummi." ucapnya saat menoleh kebelakang.

"Hayoo ngelamunin apa nih?" goda Nissa.

"Ihh enggak kok mi." elak Bening.

"Kamu mau kemana sayang?pagi-pagi kok udah rapih."

"Itu mi,Bening mau ke taman."

"Ohh,yaudah hati-hati ya."

Bening mengangguk lalu menyalami tangan Nissa.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum sallam."

                       ***

  Jarak dari rumah menuju taman memang tak terlalu jauh,sebab itu Bening lebih memilih berjalan kaki dari pada memakai kendaraan,hitung-hitung olahraga.

Tiba di taman,Bening langsung duduk di bangku taman yang menghadap ke ufuk timur.Keadaan taman masih sepi,hanya ada beberapa pengunjung dan Gerobak-gerobak penjual makanan,biasanya semakin siang akan semakin ramai.

  Pagi itu langit tak berawan,Bening tersenyum menyaksikan sinar keemasan yang beranjak malu-malu.

"Apa sih bagusnya sunrise?sampe sebahagia itu ngeliatnya,mending juga ngeliat gue,yang jelas-jelas bisa ngebahagiain lo." Celetuk orang dari belakang membuat Bening menoleh.

"Althaf?" Lagi-lanjut bening dalam hati.

Althaf tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya.

"Hai no name!" sapa Althaf riang sambil melambaikan tanganya lalu duduk di pinggir Bening.

"aku punya nama Thaf,jangan panggil aku no name!" ucap Bening sambil bergeser sedikit memberi jarak.

"Oh ya? Nama lo siapa?"

"Bening Alfathunnisa."

"Oke Afa."

"Kok Afa?"

"Anggap aja panggilan sayang dari gue." ucap Althaf dengan pdnya.

"Ishh apa sih Thaf!" Ucap Bening sambil menunduk.

"Ciee malu cieee." goda Althaf.

Brukkk

Mendengar suara sesuatu jatuh,Bening langsung mengalihkan pandangannya ke depan dan betapa terkejutnya dia melihat anak laki-laki dengan kisaran usia tiga tahun sudah bersiap untuk menangis.

"Hei,Kamu kenapa sayang?" tanya Bening yang sudah berjongkok untuk menjajarkan tingginya dengan anak kecil tersebut.

"Cakit kak hiks..hiks" jawab anak kecil tersebut dengan gaya cadelnya.

"Jangan nangis dong." Ucap Bening sambil menggendong anak kecil tersebut,lalu membawanya ke bangku taman.

"Nama kamu siapa?" tanya Bening.

"Jio." jawab Zio parau.

"Orang tua kamu mana sayang?" tanya Bening lagi.

Zio hanya menggeleng sambil mengusap air matanya.

"Duhh enak yah jadi kamu Zio,bisa disayang-sayang terus." Celetuk Althaf.

Zio menoleh "Makcudnya apa om?" tanya Zio polos.

Melihat Althaf melotot,membuat Bening harus menahan tawanya.

"Om? Ya Allah Zioo,Ini gue udah ganteng kece badai,kamu panggil om?"

"Telus apa dong?"

"Tante." jawab Althaf asal.

"Husstt,Althaf jangan ngajarin yang gak bener dong!" seru Bening.

"Fa,liat deh bapak-bapak sama ibu-ibu itu,pasti mereka ngira kita KB,cengengesan mulu dari tadi." ucap Althaf sambil menunjuk bapak-bapak beruban dan ibu-ibu berkerudung merah tak menghiraukan seruan Bening.

"Hah?KB?maksudnya?"

"Iya KB,Keluarga Bahagia,gue bapaknya lo emaknya dan si Zio anaknya." jawaban Althaf membuat pipi Bening bersemu merah.

"Zio!"

Seruan berat seseorang membuat semuanya menoleh ke asal suara.

"Abang!"

"Kak Senja."

"Bangsat!"

Ucap Zio,Bening dan Althaf bersamaan.

Suasana pun menjadi canggung diantara mereka.

"Zio kita pulang yuk."

"Ndak au,Jio au main cama kakak ini!" seru Zio sambil memeluk Bening erat.

"Zio,kasihan loh kakaknya,pulang yuk." bujuk Senja.

"Ndak au bang!" Seru Zio lagi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Ck..bujuk anak kecil aja gak bisa,giliran nikung gercep banget!" celetuk Althaf.

"Thaf!" tegur Bening.

"Zio jangan nangis lagi dong,yaudah sekarang Zio mau apa?" tanya Bening halus.

"Eckim." jawab Zio sambil menampilkan giginya.

"Tapi kamu belum makan Zio!" tegur Senja.

Zio cemberut membuat Bening gemas sendiri.

"Yaudah kita makan dulu yuk." ucap Bening sambil menoel hidung Zio,membuat si empunya hidung mengangguk antusias.

Bening berjalan lebih dulu,meninggalkan Althaf yang emosinya sudah di ubun-ubun dan Senja dengan muka temboknya.

"Bang bubur ayamnya tiga porsi ya sama teh manisnya tiga juga." ujar Bening saat tiba di kedai bubur ayam.

"Siap neng."

  Suasanya kembali canggung saat Althaf dan Senja datang.Bening yang berada di tengah-tengah mereka pun bingung harus berbuat apa.

Akhinya bubur ayam pesanan mereka datang,mereka makan dalam diam,Zio sama sekali tak memakan buburnya,jadilah Bening yang memakannya.

Bening terus berfikir apa yang harus ia lakukan,sampai akhirnya ia tersedak.

"Hukk..uhuukk."

Althaf dan Senja sama-sama gesit menyodorkan Teh manis kepada Bening.

Bening menimbang-nimbang memikirkan harus menerima teh manis milik siapa.

Sampai akhirnya Zio menyodorkan teh manisnya dan dengan senang hati Bening langsung menerimanya.

"Makasih Zio." ucap Bening sambil tersenyum lebar.

"Cama-cama kaka tantik." jawab Zio tak kalah sumringah.Lalu mereka tertawa bahagia,ralatt Bening dan Zio tertawa bahagia karna Althaf dan Senja hanya memasang wajah dingin.

Rada nyesek yah dikalahin sama bocah ingusan kayak Zio~Althaf.

 

BENINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang