"Cinta berkelas itu tidak bisa di paksakan, cinta berkelas itu harus sesuai dengan perkataan hati. Satu hal itu yang belum aku kasih tau ke kamu Ka" air Mata Renata semakin menetes dengan deras.
Raka kurang paham dengan jawaban yang Renata lontarkan.
"Aku enggak bisa ngebohongi diriku sendiri Ka, maaf aku enggak bisa menciptakan cinta berkelas itu bersamamu, kamu adalah teman baik yang menurutku paling enak di ajak berbicara, paling nyambung dan mengerti tentang apa yang aku pikirkan, tapi hati ini berkata lain. Hati ini tidak memilihmu. Jadi maaf Ka aku enggak bisa" Renata melepaskan pegangan tangan Raka dan Renata bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.
Disitu tinggal Raka yang begitu merasakan hatinya sangat patah, dia masih bertanya-tanya mengapa Renata tidak memilihnya, tetapi disisi lain Raka sudah lega telah mengungkapkan rasanya tersebut dan dia sangat berlapang dada menerima keputusan yang Renata berikan.
Sangat pagi disekolah Renata tiba, tetapi kedua temannya Vena dan Rara sudah berada dikelas terlebih dahulu, Vena dan Rara langsung menghampiri Renata yang barusan duduk dibangkunya.
"Gimana Ren?" tanya Vena kepada Renata
"Aku enggak bisa sama Raka Ven, aku enggak bisa juga ngebohongi hatiku sendiri" jawab Renata.
"Berarti kamu nolak dia" sambung Rara.
"Iyalah Ra, daripada aku nerima terus aku enggak cinta, kan kasihan dia juga, sama saja aku ngebohongi dia dan ngebohongi diriku sendiri" jawab Renata.
"Yasudah deh kita bakalan selalu ndukung apa yang menurutmu baik bagi dirimu Ren" Ucap Vena
"Maaf juga ya semalam ndak bilang- bilang dulu sama elo" lanjut Vena.
"Iya Ren kita minta maaf ya" sambung Rara.
"Kalian ndak salah kok, kalian teman- teman terbaikku" Jawab Renata sambil memeluk Vena dan Rara.
Hari dimana yang dinanti-nantikan oleh Aldo dan Riko pun datang, hari dimana menjadi hari penentu, hari yang sudah melewati persiapan dengan sangat matang sekali. Aldo dan Riko berada di Ruang Tiga sedangkan Renata Vena dan Rara berada di Ruang Empat, sedangkan Raka berada diruang Delapan. Mereka semua memfokuskan dirinya untuk berperang dengan soal-soal, mereka memiliki target yang sama, yakni nilai yang baik diatas rata-rata sehingga bisa membawa mereka ke kelas Dua Belas.
Bel berbunyi, tanda Ujian sudah akan segera dimulai, dan semua siswa memasuki ruangan masing-masing yang telah ditentukan.
Burung burung bergerombol berterbangan dilangit. Burung yang berkicau dengan sangat indah diranting-ranting pohon, bersautan dengan burung yang lainnya, hal inilah yang menjadi pemandangan baru sehari hari di kelas lantai atas, kelas Dua Belas. Kelas dimana menjadi jenjang yang terakhir di tingkat Sekolah Menengah Atas sebelum memasuki perguruan tinggi. Dua bulan sudah terlewati duduk dibangku kelas dua belas, Aldo dan Riko yang masih satu kelas mereka berada di kelas Dua Belas Mipa 1. Masih sama seperti dulu, mereka berdua tetap kemana-mana selalu saja berdua. Tetapi ada yang sedikit berbeda ditahun ini, Riko sudah memiliki kesibukan sedikit sekarang, ia setiap istirahat selalu mengantar makanan ke kelas Dua Belas Mipa 2 kelas tetangganya. Riko mengantar makanan untuk Vena, kekasih hatinya yang baru jadian sebulan yang lalu.
Aldo menunggu di kantin ataupun kadang juga di perpustakaan ketika Riko sedang menghampiri Vena. Aldo ikut senang karena sahabatnya tersebut sudah mendapatkan cintanya.Hari ini Aldo menunggu di perpustakaan, ia membaca novel di perpustakaan, dia duduk santai di bangku sambil membaca, dan kemudian ada seorang anak yang bertanya padanya.
"Apakah masih ada lagi novel yang tersisa seperti yang kamu baca di perpustakaan sini?" tanya anak tersebut dengan sopan.
Aldo tercengang melihat anak tersebut, ia memandangi wajahnya, wajah yang tak asing bagi Aldo.
"Kamu..., kamu yang kemarin itu? yang ada di toko buku itu?" nada Aldo terpatah patah."Iya aku yang kemarin, yang menginginkan novel yang sudah mau kamu beli" anak tersebut menjawab sambil menganggukkan kepalanya dan juga dengan senyum yang sangat lebar.
"Seram banget ya kita ketemu dua kali dan gara-gara novel" Aldo tertawa.
"Lucu banget kita. Oh iya nama aku Sheryl" anak tersebut bernama Sheryl, ia tersenyum lebar mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Namaku, Aldo, pecinta novel yang selalu sama seleranya sama kamu" Aldo mengulurkan juga tanganya sambil tertawa.
Mereka berdua melanjutkan obrolannya, obrolan yang kelihatannya tampak asik sekali, senyuman yang sangat lebar menghiasi wajah mereka berdua, hingga lupa dengan tujuan awal yang hanya menunggu Riko.
Aldo meyakini hal inilah yang terbaik buat dirinya, ia memilih untuk memfokuskan dirinya pada pelajaran, karena banyak ujian yang akan dihadapi kedepannya di kelas Dua Belas. Masalah asmara Aldo tidak terlalu memikirkannya, ia lebih mengikuti arus, berjalan dengan sendirinya. Aldo tidak mengungkapkan rasa cintanya kepada Renata, bukan karna Aldo tidak memiliki nyali atau malu. Tidak, namun Aldo memilih untuk hanya menjadi sebatas teman dengan Renata. Teman yang saling membantu satu sama lain ketika ada yang membutuhkan. Teman yang saling mengingatkan jika salah satunya melakukan kesalahan.
Aldo memikirkan hal ini sudah sangat cukup lama. Aldo juga sudah memulai membuka hatinya kembali, bagi dia cinta pertama bukan berarti yang menjadi pacar pertama.
-Tangga Tanya-
Edwin Zakia
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangga Tanya -Sebuah Cinta SMA-
RomanceKejadian yang tak bisa dihindari oleh seorang Aldo, merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya kepada seseorang yang membuat hatinya terbuka untuk cinta. Rasa yang mulai tumbuh di jenjang SMA, yang penuh dengan tanda tanya. Tanda tanya dari cinta s...