Sebelas - Rens Cake

49 8 1
                                    

"Terimakasih ya buat hari ini, sudah diantarkan beli buku" Suara perempuan yang baru turun dari Greenlan.

"Iya sama-sama. Dibaca loh ya bukunya" jawab Aldo halus.

"Yasudah aku pulang dulu" Lanjut Aldo.

"Hati-hati ya" mengedipkan satu matanya.

"Biasah deh" Aldo juga mengedipkan satu matanya.

***

Dikamar, dengan lampu kuning yang menyala, yang hanya menyinari bagian dari wajah, sambil menatap handphonenya. Renata meneteskan air matanya, ia tampak tidak kuat dengan apa yang ia lihat di handphone.

"Renata... " keras panggil sang Nenek.

"Iya Nek" Renata yang segera mengusap air matanya, lalu beranjak dari tempat tidurnya.

Renata menuruni tangga untuk menuju sang Nenek. Nenek sedang menerima surat yang barusan diantar oleh petugas Pos, dan ingin memberitahukan kepada Renata.

"Apa itu Nek?" tanya Renata.

"Kita harus bekerja ekstra ini. Minggu depan tidak usah menerima pesanan lagi" Jawab Nenek masih memandangi surat tersebut.

"Loh kok gitu Nek?" Tanya Renata bingung.

"Baca Ren" Nenek memberikan surat tersebut kepada Renata.

"Jadi kita dapat pesanan kue dari dinas pariwisata untuk kegiatannya selama satu minggu Nek?" Renata sangat terkejut.

Nenek mengangguk cepat dan tersenyum.

Renata kemudian memeluk Neneknya.

***

Mixer terus berputar, seperti layaknya otak Renata yang terus berputar untuk menemukan suatu resep kue yang sangat spesial. Keringat di kening mulai mengelucur, rasa lelah yang tak lagi menjadi penghalang, mengingat pesanan kue minggu ini sangat banyak sekali. Renata dan Neneknya merasakan mendapatkan sebuah hadiah yang sangat besar sekali dari Tuhan dalam minggu ini. Renata memecahkan telur, dan memisahkan kuning dan putih dalam telur. Yang kuning akan dimasukkan kedalam adonan, sedangkan yang putih tidak. Setengah jam tak terasa tangannya merasakan getaran Mixer, adonan sudah mulai mengembang dan tercampur merata, itu tanda bahwa adonan sudah siap untuk dimasak.

"Nek, sudah ini adonanya, langsung Ren tuangin kedalam cetakan ya Nek" kedua tangan Renata yang memegangi wadah adonan.

"Tunggu dulu sebentar Ren" Tangan Nenek yang mengangkat, seperti wasit yang sedang memimpin pertandingan.

"Kenapa Nek?" Renata terkagetkan dengan suara Nenek yang keras.

"Bismillah dulu Ren" Nenek tersenyum sangat lebar sekali.

"Aduh Nenek, pasti kalau itu Nek, kan itu sudah jadi bagian resep rahasia kita" Renata tersenyum tak kalah lebar dengan Neneknya.

Adonan yang telah dimasak didalam oven kini sudah menjadi sebuah kue yang nikmat, aromanya yang sudah berkelana menusuk indera pencium. Kini hanya tinggal proses finishing, yakni pengemasan. Renata mengemas kue didalam plastik kemudian dimasukkan ke kotak. Sedangkan nenek yang mulai membersihkan peralatan-peralatan yang digunakan untuk membuat kue.

"Nenek, kue ini diambil apa kita yang ngirim?" tanya Renata kepada sang Nenek.

"Kita kirim saja nanti malam Ren. Sudah selesai kan?" tanya balik Nenek.

"Sudah Nek" jawab Renata sangat semangat.

***

"Kamu sudah baca bukunya?" tanya Aldo kepada pacarnya.

"Sudah dong, tapi ya masih belum selesai, kan bukunya sangat-sangat tebal" jawab sang pacar yang sambil bersandar di bahu Aldo.

"Aldo, Sheryl, ayo" Teriakan yang sangat khas suaranya, suara yang sudah bertahun-tahun selalu ada di telinga Aldo setiap hari. Suara Riko.

Iya, Sheryl seoarang pecinta novel yang bertemu Aldo di perpustakaan sekolah ketika masih duduk dibangku SMA. Bagi Aldo, Sheryl adalah seorang perempuan yang bisa membuat hatinya bahagia, bisa mengertikan apa yang sedang di pikirkan olehnya. Memang kejadian di perpustakaan sekolah adalah sebuah hal yang menjadi bagian dari cerita cinta mereka. Sheryl lah yang merubah sifat Aldo yang dulunya seorang pemalu kini menjadi seorang pemberani, berani dalam mengungkapkan apa yang ada didalam isi hati.

"Vena mana Ko?" Tanya Aldo.

"Vena sudah nunggu kita di Renaisans Coffee" jawab Riko yang sambil membuka pintu mobilnya.

"Yasudah kita langsung saja berangkat, kasihan Vena kalau nunggu lama-lama kan, menunggu itu gaenak kali" Sheryl yang langsung memberikan pendapatnya sambil tersenyum.

***

Tumpukan kotak yang berisi kue telah memenuhi keranjang, motor yang akan mengangkut keranjang sudah di persiapkan oleh Renata. Renata mengangkat keranjangnya bersama-sama dengan sang Nenek. Cahaya kuning yang sangat terang menyinari depan rumahnya. Ada mobil yang parkir didepan rumahnya, kemudian pintu mobil terbuka, dan keluarlah seorang pria dengan memakai kemeja warna biru muda, celana panjang hitam dan memakai sepatu pantofel hitam, dengan rambut yang tersisir rapi. Pria itu mulai berjalan kearah gerbang untuk membukanya. Nenek tak hanya diam, Nenek menyambut sang Pria dan membukakan gerbang.

Tangga Tanya -Sebuah Cinta SMA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang