Tujuh - Cinta yang berkelas

91 11 1
                                    

Pagi yang cerah sang surya memancarkan sinarnya dengan sangat tajam hingga menembus kedalam kulit, tetapi tidak menurut Aldo, Pagi ini adalah pagi yang mendung dengan balutan awan hitam yang sangat tebal, yang juga akan memunculkan badai kemudian dirinya ingin menghampiri badai tersebut dan kemudian hilang terbawa oleh badai tersebut. Itulah hal yang sedang mewarnai hati seorang Aldo, Galau, patah hati, kecewa, sedih, bercampur aduk menjadi satu. Ia duduk termenung di kelas sambil menggambar, tidak jelas apa yang ia gambar, kemudian seseorang masuk kelas dan mengucapkan salam, Renata yang baru datang dengan membawa buku yang ia peluk ditangannya.

"Pagi Do" dengan senyum lebar Renata menyapa Aldo.

"Iya" tidak sama seperti Renata, Aldo hanya mengeluarkan senyum yang sedikit agak memakasa.

Entah Aldo mengapa seperti ini, mungkin karena suasana hatinya yang sedang terluka.

Aldo dan Riko kali ini memilih untuk makan siang di kantin, mereka biasanya membawa bekal makanan sendiri dari rumahnya, Aldo dan Riko memilih bakso sebagai menu makan siang mereka sambil mengisi waktu istirahat. Aldo yang duduk menunggu Riko memesan bakso, kemudian Riko membawa dua mangkuk bakso dan satu dikasihkan kepada Aldo.

"Gimana? " tanya Riko sambil mengasihkan satu mangkuk kepada Aldo.

"Apanya gimana Ko" tanya balik Aldo kepada Riko.

"Hati elu lah, udah diungkapin" kali ini Riko sambil menuangkan kecap kedalam mangkuknya baksonya.

"Elo nggak lihat apa kemaren? Orang dia udah jalan sama orang" jawab Aldo yang sambil memasukkan sesuap bakso ke mulutnya.

"Cemen lu, cuma jalan kan mereka, nggak pacaran? Apa salahnya orang jalan" tegas Riko.

"Ya kan kalo jalan pasti pacaran Ko, gimana sih lo" jawab lebih tegas Aldo.

"Emang lo tau mereka udah pacaran apa belum?" tanya Riko tegas.

"Ya engga tau sih, mungkin sudah, orang mereka sudah jalan berdua" suara Aldo mengecil.

"Sok tau lo itu, mereka belum pacaran" ucap Riko.

"Emang lo tau darimana? " tanya Aldo sambil memajukan wajah nya ke wajah Riko.

"Vena" jawab Riko sangat pendek.

"Elo sering chat sama Vena?" tanya balik Aldo.

"Maybe" Riko mengangkat kedua tangannya.

Setengah bulan berlalu, UAS semakin dekat, Aldo dan Riko yang sudah semakin siap untuk menghadapi Ujian Akhir Sekolah, tetapi tidak ada kata siap untuk mengungkapkan rasa kepada Renata bagi Aldo, Aldo tidak cukup memiliki banyak nyali untuk melakukan hal tersebut, ditambah lagi setelah melihat Renata jalan dengan Raka di taman kota, nyali Aldo semakin surut, Riko sang sahabat ikut kesal melihat Aldo yang tidak sesegera mungkin mengungkapkan perasaannya tersebut, Riko sendiri tidak tau persis apa yang dipikirkan oleh Aldo.

Aldo dan Riko yang sedang duduk di tangga sekolah, mereka berdua bersantai menikmati kekosongan jam pelajaran hari ini. Seperti biasa, Riko adalah orang yang paling keppo dengan  seorang Aldo. Tidak bosan bosan Riko bertanya kepada Aldo tentang dirinya. Ketika asik mengepoi Aldo, ada Renata, Rara, dan Vena yang melewati depan tangga.

"Eh mau sampai kapan" tanya Riko kepada Aldo sambil menyoleknya.

"Renata lagi kan yang elo bahas, ngumpulin tugas lagi nih gue" Aldo dengan nada kesal menjawab.

"Ya mau siapa lagi, cuman dia yang ada di hati elo" Riko sambil menunjuk dada Aldo.

"Udah deh tauk, ndangerti gue" Aldo yang malas membahas tentang hatinya.

"Elo udah nyerah? Cemen banget sih lo, ngelawan rasa malu diri sendiri aja tidak bisa, gimana elo mau menaklukan dunia. Katanya Aldo sang penakluk dunia, mana? " ujar Riko dengan nada tegas.

Aldo hanya terdiam.

"Lo dengerin nih, kita sebagai manusia harus yakin dan percaya sama diri sendiri sebelum kita yakin dan percaya sama orang lain. Kita harus melakukan apa yang kita bisa lakukan, masalah hasil itu urusan belakang, tetapi kita juga harus yakin proses itu pasti berbanding lurus dengan hasil, kita harus selalu menjejakkan kaki dan tidak boleh menyerah, seperti halnya kita menaiki tangga ini Do, kita harus meginjakan kaki kita di satu persatu anak tangga untuk dapat sampai di atas, kalo kita menyerah kita ya ndak bakalan bisa sampai di atas. Jadi elo jangan menyerah dengan apa yang ingin lo capai. Kalahkan semua rintangan yang menghalangi elo. Elo itu bisa" sambung Riko dengan sangat tegas dan bijak.

"Bener juga lo Ko" jawab Aldo dengan semangat yang bangkit menyala nyala.

"Sekarang lo lakukan apa yang harus lo lakukan yang menurut lo menjadi hal yang paling terbaik buat diri lo. Semua keputusan ada di tangan elo" Riko sambil menepuk bahu Aldo.

Malam ini Renata, Vena, dan Rara akan pergi ke taman kota bersama, mereka ingin jalan-jalan bersama sebelum menghadapi UAS kenaikan kelas. Vena dan Rara yang sudah berpakaian rapi sudah siap untuk berangkat, mereka menunggu Renata yang sedang berganti pakaian. Vena tipe anak dengan style yang kekinian, jadi tidak salah kalau Vena dikatakan yang paling update tentang fashion dibandingkan Renata dan Rara. Rara gaya pakaiannya biasa, tidak seperti Vena. Rara adalah anak yang tidak terlalu memikirkan gaya berpakaian sama halnya seperti Renata. Kemudian tak lama Renata sudah selesai dan mereka bertiga pun berangkat.

Setibanya di taman kota mereka bertiga berjalan-jalan bersama dan langsung membeli jasuke (jagung, susu, keju), mereka menikmatinya sambil duduk bertiga. Taman kota malam hari lebih indah dibandingkan dengan siang hari, karena bila malam hari terdapat lampu-lampu yang sangat berkilau, lampu ini menghiasi seluruh taman kota. Ditambah lagi dengan lampu yang membentuk sebuah bunga dengan jumlah yang sangat banyak sekali, berbagai macam warna yang ditampilkan, hal ini yang menambah suasana semakin menyenangkan.

Saat yang ditunggu-tunggu tiba, Raka datang dengan penampilan yang casual, penampilannya tampak spesial malam ini.

"Sudah lama kalian?" sapa Raka kepada Vena, Rara, dan Renata.

"Barusan aja kok Ka." jawab Renata.

"Yasudah deh aku jalan dulu ya sama Rara, mau cari makan, lapar nih" ucap Vena.

"Iya ini laper banget" sambung Rara.

"Ayuk Ra" ajak Vena sambil mengalunkan tangannya kepada Rara.
"Lo, kalian kemana" potong Renata yang bingung.

"Duluan ya Ren" pamit Vena.

Renata semakin bingung.

Raka kemudian duduk disamping Renata, kini hanya tinggal mereka berdua disitu yang sedang duduk. Wajah Renata semakin kebingungan, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Wajahnya sangat sekali menunjukkan kebingungan.

"Tidak usah bingung Ren" ucap Raka sambil melihat Renata.

"Aku yang merencanakan semua ini" tambah Raka.

Renata terdiam tanpa kata.

"Cinta berkelas yang kamu ucapkan kemarin memotivasi diriku sendiri Ren. Jadi semakin mengerti apa itu yang namanya cinta. Cinta yang saling melengkapi, cinta yang saling menutupi, dan cinta yang saling membahagiakan" Raka yang sambil menghadap kepada Renata.

"Maksut kamu? " Renata bertanya kepada Raka.

"Maksut aku malam ini adalah malam untuk mewujudkan sebuah cinta yang berkelas, cinta yang saling melengkapi, menutupi, dan membahagiakan seperti yang kamu ucapkan" Raka beranjak dari duduknya.

Dia jongkok dengan lutut kanan yang menyentuh tanah dan telapak kaki kiri menyentuh tanah sambil memegang tangan Renata.

"Tepat pada hari ini, malam ini, jam ini, menit ini, dan detik ini, aku ingin menciptakan cinta yang berkelas tersebut bersamamu, maukah kamu menjadi bagian dari cinta berkelas itu dan menjadikanku laki-laki yang paling bahagia malam ini? "
Ungkapan hati seorang Raka.

Renata terdiam dengan mata yang berkaca kaca dan sedikit mengeluarkan air mata.

Tangga Tanya -Sebuah Cinta SMA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang