Sembilan - New Life

71 7 2
                                    

Pemandangan kota pada pagi hari tampak cukup sibuk, lalu lintas yang sangat ramai, banyak orang bepergian untuk memulai aktivitasnya. Ada yang pergi ke kantor, ada yang pergi ke pasar, dan juga ada yang pergi untuk sekolah.

Sreetttttt... Bunyi suara gorden terbuka.

"Riko bangun, sudah jam berapa ini?" kata-kata yang terucap hampir setiap pagi oleh Mama Riko.

"Jam berapa memang Ma?" tanya Riko yang sambil kedua tangannya menarik selimut.

"Sudah hampir jam delapan Ko." Mama yang menarik selimut Riko.

"Apa Ma??" Riko langsung bangkit dari tidurnya.

"Telat dong aku Ma?" lanjut Riko.
"Mama sudah siapin bekal makanan buat sarapan kalau kamu tidak sempat makan dirumah" Mama yang kali ini melipat selimut Riko.

"Terimakasih ya Ma" Riko mencium  pipi mamanya.

"Iya,  sama-sama, apa sih yang enggak buat anak kesayangan mama" Mama yang juga membalas mencium kening Riko.

Riko tersenyum bahagia di pagi hari ini.

"Sudah kamu mandi sana, kemeja putih dan celana hitam sudah mama siapin. " suruh mama terhadap Riko.

"Iya Ma, oke" jawab Riko yang langsung berlari.

***

Daun-daun berguguran, senja mulai hilang tertutup oleh awan putih yang lumayan tebal. Langit biru juga mulai tergantikan oleh langit hitam. Cahaya kecil mulai menyinari, lebih dari satu. Renaisans Coffee sore ini sedikit agak sibuk karena kepadatan pelanggan. Riko tiba di halaman parkir Renaisans Coffee, ia memarkir motornya, dan ia bergegas untuk masuk menepati janjinya, walaupun ia belum pulang sama sekali setelah melaksanakan kegiatannya. Bagi Riko janji tetap janji, walaupun agak sedikit terlambat.

Di meja nomer tujuh belas, seseorang memainkan sedotan minumnya, memutar-mutarkan sedotannya tersebut didalam gelas minuman yang ia pesan, ia menunggu lumayan agak lama, hampir satu jam ia duduk sendiri, minumannya pun sudah mulai surut habis di minumnya.

"Maaf ya aku terlambat" suara tersebut langsung mengadahkan kepalanya yang semula tertunduk.

"Kamu darimana?" Vena yang tadi memainkan sedotan minumnya kini tangannya melepaskan sedotan dan menunjuk ke arah jam yang tertempel pada dinding didepannya. "Jam berapa ini?".

"Kamu cantik kalau lagi marah kayak gini, pakek baju merah lagi" Riko tidak menjawab pertanyaan Vena melainkan Riko memujinya.

"Biasa deh, rayuan mautnya sering keluar kalau lagi buat salah" Vena melebarkan bibirnya kesal, dan mengerutkan dahinya.

"Ya memang kamu cantik Ven hari ini" Riko menyanggah pernyataan Vena.

"Oh jadi selama ini aku enggak cantik" Sanggahan balik Vena.

"Enggak gitu Ven, maksutnya hari ini tambah cantik. Kamu mah setiap hari cantik" Riko mengedipkan satu matanya.

Riko kemudian duduk, Vena yang berhasil dirayu kini tidak lagi marah. Mereka berbincang serius kali ini, entah apa yang mereka bicarakan.

***

Perjuangan yang berat bagi remaja yang baru lulus SMA untuk merintis sebuah usaha, berhadapan langsung dengan tantangan yang besar, dengan pengalaman yang mungkin belum ada. Banyak hal yang perlu diperhatikan, banyak pula hal yang harus dilawan. Itulah motto dari pengusaha remaja ini. Sejak lulus SMA ia meninggalkan kota lamanya, kota yang telah memberinya kehidupan selama delapan belas tahun. Ia meninggalkan kota dengan alasan yang tidak jelas, semua orang bertanya-tanya akibat kepindahannya tersebut. Kini ia merintis usahanya dari nol. Dengan bantuan sang nenek ia sangat senang, ia mulai belajar mandiri, fokus untuk masa depan dan membuat masa lalu menjadi pelajaran sebagai bekal untuk meraih masa depan.

"Ren, kamu harus beli tepung hari ini" suara Nenek pagi hari, yang sudah ingin memulai aktivitasnya sebelum para pekerja hadir.

"Uang yang kemarin dulu ya Nek yang dibuat beli tepung" Sontak renata langsung merespon utusan sang Nenek.

Iya. Renata kini sudah mulai merintis karirnya sebagai pengusaha. Merintis dengan bantuan sang Nenek tercinta.

***

Suasana dikampus cukup ramai sekali, walaupun hari efektif kuliah belum juga dimulai. Dikampus kali ini penuh dengan Maba, Mahasiswa Baru yang usai melaksanakan kegiatan OSPEK. Pemandangan hari ini penuh dengan warna putih dan hitam, karena warna baju tersebut sebagai ketentuan untuk megikuti kegiatan OSPEK bagi seluruh maba, termasuk juga Aldo dan Riko.

Tangga Tanya -Sebuah Cinta SMA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang