Sepuluh - "Aku beli ini ya Sayang"

77 7 6
                                    

Lagi dan lagi, mereka berdua satu kampus, itu tandanya sejak mulai taman kanak-kanak mereka selalu bersama. Mungkin itu bagian dari takdir yang diberikan oleh Tuhan. Mereka juga satu fakultas, dan satu kelas. Kelak jika mereka berdua lulus akan memiliki gelar SH. (Sarjana Hukum). Entah apa yang membuat mereka untuk memilih jurusan hukum, yang jelas di pikiran mereka adalah selalu bersama.

Setelah pintu gerbang kampus terlewati, mereka berhenti dirumah makan sebelah kampus, mereka yang ingin mengisi perut kosongnya tersebut.

"Kamu pesan apa Do?" Tawaran Riko kepada Aldo. Seperti biasa, dalam hal pesan memesan Riko yang akan bergerak.

"Pecel saja deh aku, sama minumnya teh hangat Ko" Jawab Aldo yang sambil melepas atribut OSPEK nya.

"Oke Do. Aku juga deh sama" Riko kemudian duduk.

"Kamu sudah tau?" lanjut Riko yang bertanya kepada Aldo.

"Tau apa sih Ko, lo suka bikin gue penasaran" Aldo yang mengusap keringat di keningnya sambil menjawab pertanyaan Riko.

"Renata? " Suara Riko mengecil.

"Renata? Kenapa lagi, bukannya dia sudah keterima di Fakultas Kedokteran sama Vena sama Rara ya" Jawab Aldo santai.

"Ini nih, anak yang hidup dijaman serba canggih tapi sama berita enggak update" Riko yang sambil menggelengkan kepalanya.

Makanan yang dipesan Aldo dan Riko tiba, diletakkan di meja oleh sang pelayan.

"Renata itu sudah enggak disini lagi" Riko melanjutkan pernyataannya.

"Loh kenapa?" Aldo yang tadinya menatap nasi pecelnya, kini lansung menatap Riko.

"Nggajelas alasannya" Jawab Riko santai.

***

Didalam kampus masih banyak mahasiswa baru yang belum meninggalkan kampus, termasuk juga Vena dan Rara, mereka berada di kampus karena masih menunggu beberapa informasi dari teman-temannya. Rara hanya diam, bermain seutas rumput memutar-mutarkan di kedua jari telunjuknya. Sedangkan Vena sibuk dengan atribut-atribut ospeknya, ia melepaskannya dan memasukannya kedalam tasnya.

"Ayo Ra pulang, nanti kita tanya di whatsapp saja informasi buat hari senin" ajakan Vena yang sudah selesai dengan kesibukan atribut ospeknya.

"Wah kamu ini gimana Ven, tadi minta buat nunggu, sekarang minta pulang" Rara yang agak menyangkal pernyataan dari Vena.

"Capek banget Ra, mau istirahat aku"
Vena dengan nada yang manja.

"Yasudah, ayo pulang" Rara yang kali ini menerima ajakan Vena.

Mereka berdua berjalan menuju ke pintu gerbang depan kampus.

"Ven" Panggil Rara ketika baru berjalan lima langkah.

"Kenapa Ra?" jawab Vena.

"Aku sampai saat ini masih belum mengerti tentang kepindahan Renata keluar kota" Rara yang bicara sambil mengangkat kedua bahunya.

"Akupun juga begitu Ra, kenapa coba dia harus pindah. Dia kan sudah se fakultas sama kita, sudah se jurusan juga. Kan enak" Jawab Vena.

"Kamu tau Renata tinggal dimana?" Tanya Rara yang kali ini memberhentikan langkahnya.

"Katanya sih dirumah Neneknya" Vena yang juga tidak melangkah.

"Tahu alamatnya" Rara yang mengangkat dua alisnya.

Vena hanya menggelengkan kepala.

Rara memasang wajah kecewa setelah menerima jawaban dari Vena.

"Nanti kita cari tahu saja, tanya ke mamanya" Vena yang mengangkat jari telunjuknya.

"Tumben pinter" Rara tersenyum lebar.

***

"Buku yang itu bagus kayaknya" Suara perempuan yang sambil menunjuk kearah suatu buku menyeret tangan Aldo untuk segera menuju kearah buku tersebut.

"Iya-iya sebentar, Greenlan saya kunci dulu" Aldo yang kemudian mengunci motor andalannya tersebut.

Kemudian mereka tiba tepat didepan buku yang dimaksudkan.

"Tuhkan segera di filmkan bukunya, kamu mau baca enggak?" Tanya sang perempuan.

"Mau dong, entar kan kita bisa nonton bareng film nya" Aldo tersenyum lebar.

"Aku beli ini ya Sayang" Kedipan satu matanya yang diperuntukkan untuk merayu Aldo.

"Biasa deh matanya" Aldo tertawa.

"Boleh ya boleh" tanya sang perempuan tersebut.

"Awas kalau sampai enggak dibaca, kan kamu enggak biasa baca buku bergenre Action, biasanya baca buku yang Romance" Aldo yang sambil memegang bagian kepala atas sang perempuan.

"Janji deh pasti dibaca" sang perempuan tersebut memeluk Aldo dengan satu tangannya.

Tangga Tanya -Sebuah Cinta SMA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang