28. RUMIT

566 64 27
                                    

Penjahat itu berumur 16 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penjahat itu berumur 16 tahun. Remaja putus sekolah yang lebih suka menghabiskan waktunya dengan nongkrong dan merokok atau menonton film porno daripada berpikir di bangku belajar. Tipikal remaja yang menggantungkan hidup dan masa depan pada mimpi, bukan usaha dan perencanaan matang.

Ibunya--Bibi, meminta maaf sampai bersujud di kaki Mika, tapi tangisnya tidak mengembalikan yang telah hilang. Setelah menjalani sidang yang menguras emosi dan perasaan, Penjahat itu akhirnya dijatuhi hukuman. Hanya 5 tahun penjara. Sedangkan Matahari menanggung trauma dan sakit hati selamanya.

Trauma psikis yang dialami Matahari membuatnya harus rutin menemui psikolog. Entah sampai kapan. Entah berapa lama.

Tidak ada seorangpun dari kami yang puas dengan keputusan hakim. Dan sebenarnya berapapun lamanya Penjahat itu di penjara, ia masih bisa bernapas di dunia, kami tidak akan puas.

***

Aroma gurih tercium menggoda ketika aku turun ke dapur. Di balik kompor, Mika sedang memasak sesuatu. Tangannya menari dengan lincah di atas panci dan wajan. Menyulap bahan mentah menjadi masakan. Kegiatan yang nyaris tidak pernah kulakukan sejak aku sakit akibat kecelakaan. Dan kalau dipikir-pikir, aku memang tidak pernah sehebat itu. Memasak dua jenis masakan di saat yang bersamaan, seperti yang sekarang dilakukan Mika.

"Hei," sapaku, "perlu bantuan?"

Mika menoleh dan tersenyum lembut. Sikap pecicilannya berubah sejak Tari tertimpa musibah.

"Udah hampir siap kok," kata Mika. "Lo bantu ngabisin aja nanti."

Mika mengambil mangkuk dari lemari piring dan menuangkan sayur ayam buatannya dengan hati-hati.

"Gue bisa keenakan lo masakin terus setiap hari," kataku.

"Gue senang kok bisa masak buat banyak orang," Mika tersenyum. "Hitung-hitung ucapan terima kasih lo sama Zaki mengizinkan gue dan Tari tinggal sementara di sini."

"Lo tahu kami gak pernah keberatan, Mika. Siapa lagi yang akan lo andalkan selain gue? Bukannya gue pamrih, tapi lo juga termasuk orang yang akan gue cari kalau keadaan gue buruk."

Sejak kejadian itu, Mika memang tinggal di rumahku. Dan aku tidak keberatan dengan itu. Ia harus kerja, dan menitipkan Tari kepada orang lain bukanlah pilihannya. Aku juga tidak akan setuju. Dan yang lebih penting, Tari tidak ingin kembali ke lingkungan itu. Pernah beberapa waktu lalu, Mika membujuknya kembali ke rumah tapi Tari menolak. Ia bahkan menangis bahkan sebelum Mika menurunkannya di depan gerbang. Mika butuh waktu untuk mencari rumah kontrakan baru.

Mika dan Tari menempati salah satu kamar di lantai bawah. Jauh dari jangkauanku dan Zaki. Aku tidak pernah merasa terganggu, dan kurasa Zaki juga begitu.

Suara dehaman membuatku menoleh. Zaki berdiri memerhatikan kami, sudah berpakaian lengkap tapi dasinya belum tersimpul. Ia meletakkan tas kerjanya di atas meja, dan menghampiriku.

Fixing a Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang