9. HADIAH

878 86 9
                                    

"Zevita, sarapannya udah jadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zevita, sarapannya udah jadi...!"

Zaki berteriak memanggilku tepat ketika aku turun ke ruang makan. Sebulan sudah kami menikah, dan selama ini Zaki-lah yang menjadi koki. Dia memasak setiap pagi. Atau kalau tidak sempat kami akan membeli makanan yang sudah jadi. Kemampuan memasaknya jauh lebih baik dariku. Mungkin karena sudah biasa tinggal sendiri. Jika Zaki memasak, maka aku mengerjakan tugas rumah yang lain; mencuci piring, membuang sampah, bahkan memasang galon.

Kami melakukan pekerjaan sesuai kemampuan masing-masing. Bukan berarti Zaki tidak mampu mengangkat galon. Dia tidak malu memasak, sama sepertiku yang tidak keberatan kebagian tugas mengganti lampu. Aku masih ingat nasihat papa, berumah tangga adalah tentang bekerja sama.

"Eh, lihat deh, aku dapat hadiah sepatu," kataku mengumumkan. Zaki memerhatikan flat shoes baru yang sedang kucoba. "Bagus gak?"

"Dari siapa itu?" tanyanya. "Dari kemarin kamu nerima bingkisan terus."

"Dari follower aku," jawabku. "Aku juga dapat ...," aku membuka bingkisan yang lain, "ya ampun dress Gucci!"

Zaki mengangkat alis melihat pakaian yang kutunjukkan. Sebuah midi dress berwarna putih dengan pita di bagian lehernya.

"Itu yakin dari follower kamu?"

"Iyalah."

"Itu bukan barang murah, lho, Zev."

Aku memang sering menerima hadiah-hadiah dari para pembaca blogku. Mulai dari barang-barang sederhana seperti t-shirt dan catokan, sampai kosmetik impor.

"Aku tahu. Tapi ini dikirim Agis. Dia sih, aku kenal. Beberapa kali kami pernah ngobrol lewat email. Tapi sekarang malah gak ada suratnya, cuma ada ucapan selamat ulang tahun doang."

"Memangnya kapan kamu ulang tahun?"

Aku mencibir. Suami macam apa yang tidak hapal tanggal lahir istrinya? Harusnya aku tidak kecewa. Sejak awal, Zaki memang bukan tipe lelaki romantis. Lelaki macam apa yang melamar wanitanya di food carnival? Di hadapan gerobak-gerobak jajanan?

"30 September, " kataku.

"Hari ini?" tanyanya dengan mulut penuh makanan. "Sorry, aku lupa. Selamat ulang tahun."

Zaki mengajakku melakukan tos dan tertawa melihat wajah cemberutku.

"Kamu gak ngeri apa ngasih alamat rumah kita ke stranger? Gimana kalau ada yang nguntit coba?"

"Aku udah sering kayak begini. Bukan cuma sekali-dua kali. Biasanya mereka email atau DM aku di Instagram, nanya harus ke mana kalau mau ngasih hadiah. Aku juga gak langsung ngasih alamat aja, aku stalk dulu orangnya. Akunnya asli atau engga, kalau yang mencurigakan gak aku kasih."

Fixing a Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang