05

702 95 8
                                    


Aku terperanjat dan seketika terbangun dari tidur entah apa yg mengejutkanku padahal saat ku lihat sekelilingku tak ada siapapun disekitar,kupikir sudah pagi,ternyata senja baru saja usai,kulirik layar handphoneku yg masih menunjukkan pukul 18:00
"Ini masih terlalu siang untuk bangun" lirihku

Aku menyambar kembali bedcover ku dan hendak melanjutkan tidur,namun tak bisa. Apa yg menggangguku pun aku tak tahu. Apa ini karena pernikahan ku besok? Batinku.
"Astaga,besok!!! aku lupa aku belum menghubungi keluarga park!" seketika aku meloncat dari ranjang ,meski ini pernikahan yang tak kuinginkan tapi itu akan tetap terjadi juga kan? Setidaknya aku harus mempersiapkan wali yang akan mengantar ku ke altar

Aku bersiap secepat kilat,dan melaju dengan sporty yaris putih menuju kediaman keluarga park,aku tak punya keluarga lain selain keluarga jimin yang sudah lama menerimaku di tengah tengah mereka,kuharap jimin sudah bisa menerima keputusanku

Kuhentikan laju mobilku yang sudah melewati gerbang dan memasuki halaman rumah keluarga park, aku merapikan kembali diriku di spion mobil yg sudah terparkir di dihalaman luas rumah keluarga park, lalu berjalan menuju pintu masuk rumah itu.

Awalnya aku ragu untuk membunyikan bel, tapi sudah di depan pintu mau tidak mau aku harus tetap bicara pada mereka

~Ding dong

Ceklek~

pintu kayu bernuansa campuran vintage dan modern itu terbuka menampakkan sosok pria berambut silver dengan ekspresi datar lalu memutar bola matanya saat melihatku "halo oppa,apa kabar?" sapaanku yg tak digubris ia berbalik lalu meninggalkanku dengan pintu yg sudah terbuka

"Jimin siapa yang daa" ucapan bibi park terhenti saat melihatku berjalan di belakang jimin.

"Ohh miran,sudah lama sekali yaa" bibi park memberiku pelukan hangat yang nyaris tak pernah ku rasakan

Aku duduk di sofa putih berbahan kulit impor di ruang keluarga,dan menjadi bagian dalam perjamuan keluarga kecil ini,aku duduk disamping bibi park dihadapanku duduk paman park yg melipat surat kabar harian yg sudah selesai dibacanya.

* * *

"Apa kabar,paman?" tanya miran kepada pria paruh baya yg duduk di sebelah jimin

"Baik nak,kau semakin cantik saja ya" balas tuan park

"Terimakasih paman" ucap miran dengan senyum tipis nya

"Apa yang membawamu kemari saayang?" tanya nyonya park lembut

Gadis itu terlihat menutupi kegugupannya di depan keluarga ini ia tak ingin mereka tahu bahwa pernikahan yg akan ia jalani bukanlah pernikahan yang ia inginkan. "Kedatanganku kemari ingin meminta kalian menjadi waliku besok" ucap ragu ragu itu keluar dari mulut miran yang merasa tertekan dengan tatapan tajam dan sinis dari jimin yg tak mengharap pernikahan itu terjadi

"Memangnya ada apa dengan besok?" tanya tuan park sambil meraih cangkir teh di hadapannya

"Besok aku akan menikah" jawab miran tertunduk

"Menikah?dengan siapa? Tuan park kembali meletakkan cangkir ditangannya

"CEO min" jawab miran pelan

"Jadi kabar itu benar?tapi kenapa harus dengannya?" tanya tuan park dengan nada yg sedikit di tinggikan
Ekspresi wajah nya sama dengan ekspresi yg diberikan jimin saat pertama kali mendengar kabar ini

'' tenanglah ,kau tidak perlu marah begitu, miran melakukanya pasti ada alasan" nyonya park berusaha menenangkan suami nya yg mulai marah ituu

''Apa pun itu alasanya,paman kecewa padamu miran!" tuan park berdiri dan meningglkan miran hal yg sama pula dilakukan oleh jimin,hanya nyonya park yg masih bersama nya.

Miran tak sanggup menahan air matanya pertanyaan itu adalah pertanyaan yg tk ingin dijawabnya ia hanya ingin orang2 terdekat nya mendukung keputusan yg ia buat,ia pun tak menyangka dengan respon tuan park selama ini tuan park adalah sosok yg bijaksana dan selalu berfikir positif tapi hari ini ia menampakkan sosok lain dari dirinya.

Nyonya park tampak menenangkan mi ran yg menangis dalam pelukannya ia merasa tk enak atas sikap suami dan anaknya tadi

"tenanglah miran,kau tidak usah khawatir bibi akan pastikan bsok kami akan menjadi wali mu" ucap nyonya park sembari mengusap air mata gadis itu

"Maafkan aku bi,paman pasti sangat marah padaku" jawab miran tersedu

"Besok amarahnya hilang dia akan segera menerima keputusanmu,sekarang kau pulang dan beristirahatlah besok adalah hari besar mu" pinta nyonya park yg mengecup pucuk kepala miran

***

Aku menuruti permintaan bibi untuk pulang dan beristirahat. Namun padat nya kota soul menghalangiku untuk cepat sampai dirumah bunyi klakson dimana mana semua orang menjadi tidak sabaran.

Malam ini perjalanan ku kerumah ditemani dengan tetesan deras hujan . Jalanan kota yang bercahaya karena sorotan lampu kendaraan.

"malam ini kenapa harus macet?" gerutuku .
Aku memutar beberapa lagu kesukaanku yg menciptakan suasana klasik dalam mobil

Aku yang bosan mulai memperhatikan aktifitas orang orang sekelilingku melalui kaca mobil. Mereka yang awalnya berjalan santai mulai mencari tempat berteduh karena hujan yg semakin deras,mereka yg sedang jatuh cinta saling bergandeng untuk menghangatkan satu sama lain.

Sungguh membosankan,sampai mataku menangkap seorang ibu yang mendekap erat anak dipelukannya dibawah atap sebuah halte bus agar tidak merasa kedinginan

Aku iri dengan anak itu karena aku tak memiliki ibu seperti ibunya. Sudah lama aku tak mengunjungi ibu dan besok adalah pernikahanku dia harus tau itu.

Aku melirik jam tangan yg menunjukkan pukul 19:20 dan segera menghubungi dokter kim yang menangani ibu untuk meminta izin darinya agar aku bisa menemui ibuku.

Untungnya dokter kim mengizinkannya dan dia juga belum pulang ,karena akhir akhir ini ibu sangat sensitif ibu tetap harus dibawah pengawasannya

Saat tiba di tempat dimana ibu dirawat aku hanya bisa memandang dari balik kaca besar transparan kedap suara dihadapan ku aku tak sanggup melihat kondisi orang yg melahirkan ku sangat menyedihkan aku gagal menjadi anak berbakti

"Kau sudah sampai miran?" tanya dr.kim padaku

"Oh,dokter maaf aku merepotkanmu malam malam begini" jawabku berusaha menyembunyikan air mataku

"Apanya yang repot,ini memang sudah tugas ku" ucap dr.kim dengan senyum tipis diwajahnya

"Bolehkah aku masuk dan menemuinya?"pintaku pada dr.kim

''Aku tak yakin dengan hal itu,akhir akhir ini ibumu sangat sensitif aku takut dia akan melukaimu nanti'' jawab dr.kim ragu

"Tidak akan,aku adalah darah dagingnya lagipula kau bersamaku jika terjadi sesuatu aku akan langsung memanggilmu" pujukku

Dengan sedikit keraguan persetujuan nya kudapatkan, akhirnya aku dapat melihat dari dekat sosok yg selama ini kupanggil ibu.

"Ibu aku datang'' bisikku di telinganya, namun ibu hanya menatap lurus kosong kedepan.

"Maafkan aku yg jarang berkunjung,besok aku akan menikah,andaikan saja ibu bisa hadir aku akan sedikit berbahagia di hari pernikahanku,tapi tak apa karena kesehatanmu lah yg paling penting"

tanpa sadar air mata ku sudah mengalir di pipi aku rindu dengan omelan nya seketika aku mengingat kilas balik kehidupan bahagia kami. "Aku pamit,aku sangat menyayangimu bu" ucapku sambil melepaskan genggaman dari tangannya

Aku tak sanggup jika harus berlama lama disini,itu akan membuat ku jauh lebih sakit.

Aku berpamitan pada dokter kim dan memberitahunya tentang pernikahanku, kuharap dia bisa hadir


Gimana???

Dark SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang